Senin, 14 Maret 2016

Ranking itu Gak Penting

"Bu, saya ranking berapa?"
Pertanyaan itu selalu ditanyakannya setiap kali pembagian raport usai. Raport memang tidak mencantumkan ranking siswa. Hal ini sesuai Permendikbud no 66 Th 2013, dimana pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria (PAK). Dalam pendekatan ini, keberhasilan siswa dibandingkan dengan capaian minimal atau biasa disebut KKM bukan dibandingkan dengan kemampuan sesama siswa. Singkat kata, siswa pinter itu bukan karena ranking satu tapi karena dapat melampaui KKM.

Meskipun begitu pemeringkatan tetap dilakukan.  Data pemeringkatan ini dibutuhkan oleh sistem PDSS untuk menentukan siswa yang berhak mengikuti SNMPTN. Wali kelas secara mandiri juga dapat melakukan pemeringkatan siswa di kelasnya. Sebagian besar wali kelas menyampaikan data pemeringkatan itu kepada wali murid saat pengambilan raport. Alhasil siswa akan mengetahui posisinya di dalam kelas melalui informasi data pemeringkatan.

Saya tidak menganggap penting data pemeringkatan ini dan tidak pernah menginformasikan kepada siswa maupun wali siswa siapa yang yang ranking satu, dua, tiga, sepuluh besar atau ranking terbawah. Makanya siswa yang ingin tahu posisinya datang menemui saya dan bertanya dia ranking berapa.


Suatu kali saya usil bertanya balik sebelum menunjukkan rankingnya. "Begitu pentingkah ranking itu bagimu?"
"Iya bu, penting sekali!"
"Kalau sudah tahu rankingmu, Untuk apa?"
"Ranking saya harus semakin turun. Kalau bisa harus ranking satu"
Saya manggut manggut sambil menunjukkan data pemeringkatan biar dia sendiri yang melihat berapa rankingnya. Ternyata bukan hanya rankingnya saja yang ia lihat tetapi juga ranking temannya. Terlihat siswa ini antusias sekali mengetahui siapa ranking satu, ranking dua, ranking tiga dan seterusnya. Setelah melihat data pemeringkatan itu,  ia pergi dengan wajah puas.

Jadi apa sih sebetulnya ranking itu? Ranking atau peringkat adalah data yang diurutkan berdasarkan jumlah. Total nilai paling besar di kelas itu menempati posisi ranking satu, total nilai dibawahnya ranking dua dan seterusnya. Artinya posisi ranking itu diperoleh dengan cara membandingkan total nilai dalam satu kelas. Maka tidak heran bila total nilai yang berbeda dari kelas berbeda rankingnya sama. Atau sebaliknya, total nilai sama dari kelas berbeda rankingnya juga berbeda.

Intinya ranking itu membandingkan kemampuan siswa satu dengan kemampuan siswa lain dikelompokkannya, bukan membandingkan kemampuan yang diperoleh siswa dengan kemampuan yang seharusnya. Oh ya ada fakta lain yang menarik. Nilai akademis yang tercantum di raport pada umumnya adalah nilai yang diperoleh siswa melalui paper tes. Dapat berupa nilai ulangan harian, nilai tugas dan nilai ulangan semester. Beberapa siswa mendapatkan nilai melalui cara cara curang seperti mencontek atau meminta jawaban kepada temannya. Akibatnya, nilai yang yang tercantum pada raport tidak mencerminkan kemampuan yang sesungguhnya. Kalau sudah demikian, data pemeringkatanpun menjadi tidak valid.

Fakta di lapangan, pemeringkatan ini menciptakan kelompok-kelompok sosial yang kurang sehat. Ada siswa pandai, siswa sedang dan siswa bodoh. Biasanya siswa pandai adalah kelompok minoritas. Saya pernah mendapati suatu kelas dimana siswa pandai justru menjadi target bullying sehingga membuatnya merasa tidak nyaman.

Jadi menurutku, ranking itu tidak penting. Yang lebih penting adalah mengetahui apakah kemampuan kalian sudah melampaui kemampuan minimal yang disyaratkan? Bila belum berarti kalian harus bekerja lebih keras untuk mencapainya, bila sudah kalian harus bekerja keras juga untuk meningkatkan. Tak usah pedulikan kalian ranking berapa. Belajarlah untuk menguasai ilmu bukan untuk mendapatkan ranking.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar