Minggu, 20 Maret 2016

Tujuh Belas Tahun Euy

Tahun ini Ami tujuh belas Tahun. Wah selamat ya Miiii. Tujuh belas tahun artinya Ami sudah gede donk. Gak boleh alay deh pokoknya. Lah mesti kamu akan bilang aku alay kalau baca postingan ini.

Tujuh belas tahun artinya Ami sudah menjadi pribadi mandiri. Apaan tuh pribadi mandiri. Ah itu istilah yang aku buat sendiri. Gak bakalan ada di kamus kamus. Maksud ku pribadi mandiri itu adalah pribadi yang dianggap sudah dapat bertanggungjawab terhadap apa yang dilakukannya.

Maka, usia tujuh belas harus punya kartu Identitas diri. Kartu identitas ini berupa KTP atau Kartu Tanda Penduduk. Dengan memiliki KTP, berarti kalian sudah dianggap sebagai penduduk. Pada kehidupan sosial kalian dipertimbangkan sebagi pribadi. Kalau melanggar atau melakukan tindak kejahatan berarti kalian akan dihukum sebagai pribadi bukan atas tanggungan orangtua.

Perjalananku, Belajarku

Akhirnya kuputuskan untuk pergi ke Malang naik sepeda motor. Awalnya terpikirkan naik travel yang berangkat jam 07.00. Sampai di lokasi pukul 09.00 sesuai dengan jam yang ditentukan di undangan. Yang jadi masalah pulangnya. Di undangan hanya disebutkan jam 09.00 - selesai. Tak bisa diprediksi jam berapa acara selesai sebelum menanyakannya pada panitia penyelenggara. Terpikir juga naik bus. Turun pemberhentian bus Kacuk kemudian naik angkot. Tapi angkotnya apa dan turun dimana juga tak tahu.

Sebelum memutuskan naik sepeda motor aku diskusi dulu dengan Ami. Sudah kuduga tak perlu membujuk Ami untuk ikut bersamaku. Nyantai saja dia terima tawaranku. Gampang! katanya ketika kusampaikan kekhawatiranku tentang lokasi yang belum kuketahui.

Pagi hari,jam 06.00 kami berangkat tanpa sarapan. Aku janji mengajaknya sarapan pagi di Nayamul, warung makan di jalan lintas Malang Blitar (Jalibar). Ami yang nyetir. Aku di boncengan belakang sambil hati kebat kebit karena Ami lumayan kencang nyetirnya.

Sepanjang perjalanan, aku duduk tenang di belakang, sambil mengulur kenangan. Naik sepeda motor berboncengan ini memang sudah menjadi kebiasaan kami. Dulu ketika anak-anak masih kecil, merekalah yang duduk di belakang boncengan dan aku yang nyetir. Bila perjalanan tak terlalu jauh mereka duduk didepanku. Aku menjalankan sepeda motor dengan kecepatan rendah. Sambil jalan aku mengajaknya berbicara agar tidak mengantuk. Bila perjalanan jauh, mereka duduk di belakang. Beberapa kali harus kutepuk kakinya untuk memastikan mereka tidak mengantuk.

Kali ini Ami kecil yang dulu duduk manis di boncengan sekarang mengambil alih peranku. Bangganya dibonceng anak gadis sendiri. Dadaku serasa meletup letup saking bangganya. Apalagi Ami nyetirnya jago. Meski kencang tapi tenang. Saat menyalip kendaraan di depannya, perhitungannya juga matang.

Menjelang sampai lokasi, Ami mengajariku bagaimana menggunakan GPS. Aku gaptek. Nggak nyadar kalau HPku bisa digunakan sebagai penunjuk jalan. Ami bilang aku harus mengikuti gambar segitiga biru yang akan menunjukkan kemana kami harus berjalan. Amazing. Rute perjalanan sudah ditunjukkan. Kita tinggal mengikuti rute itu. Aku mengarahkan Ami sambil berkali-kali mengungkapkan ketakjubanku. Maksih ya Amiiii yang sudah mengajariku menggunakan GPS.




Senin, 14 Maret 2016

Ranking itu Gak Penting

"Bu, saya ranking berapa?"
Pertanyaan itu selalu ditanyakannya setiap kali pembagian raport usai. Raport memang tidak mencantumkan ranking siswa. Hal ini sesuai Permendikbud no 66 Th 2013, dimana pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria (PAK). Dalam pendekatan ini, keberhasilan siswa dibandingkan dengan capaian minimal atau biasa disebut KKM bukan dibandingkan dengan kemampuan sesama siswa. Singkat kata, siswa pinter itu bukan karena ranking satu tapi karena dapat melampaui KKM.

Meskipun begitu pemeringkatan tetap dilakukan.  Data pemeringkatan ini dibutuhkan oleh sistem PDSS untuk menentukan siswa yang berhak mengikuti SNMPTN. Wali kelas secara mandiri juga dapat melakukan pemeringkatan siswa di kelasnya. Sebagian besar wali kelas menyampaikan data pemeringkatan itu kepada wali murid saat pengambilan raport. Alhasil siswa akan mengetahui posisinya di dalam kelas melalui informasi data pemeringkatan.

Saya tidak menganggap penting data pemeringkatan ini dan tidak pernah menginformasikan kepada siswa maupun wali siswa siapa yang yang ranking satu, dua, tiga, sepuluh besar atau ranking terbawah. Makanya siswa yang ingin tahu posisinya datang menemui saya dan bertanya dia ranking berapa.

Minggu, 13 Maret 2016

Hidup, Sebuah Perjalanan



      Sore hari jam 15.00. Ami baru ingat kalo dia mendapat tugas membuat kliping Bahasa Jawa. Ia minta aku mengantarnya membeli Jaya Baya bekas. Dimana lagi membelinya kalau bukan di Blitar. Yah, yang paling gampang, memang langsung ke Blitar. Di Jalan Semeru, di depan toko buku Restu, pernah kulihat berjejer-jejer penjual majalah bekas.
      Jarak rumah kami ke Blitar kurang lebih 12 km. Karenanya gak mungkin menempuh jarak sejauh itu hanya untuk membeli majalah bekas seharga 2000. Agar tidak nanggung, aku mulai mendata beberapa keperluan. Diantaranya: aku harus menarik uang dari mesin atm, memperbaiki tas Ami yang resluitingnya rusak, pres mika ijazah Ami dan membeli majalah bekas.

Ketika Harga Cabe Melambung Tinggi

Hasil gambar untuk cabeWow harga cabe melangit. Hari ini tembus angka limapuluh ribu. Di pandeglang konon malah sampai delapanpuluh ribu. Selamat ya bagi para petani cabe. Selamat menikmati penghasilan yang lumayan baik. Selmat juga bagi olahan masakan dengan sensasi pedas. Selamat meringis maksudnya. Karena harus merogoh lebih dalam lagi demi mendapatkan sensasi pedas.

Bagi kami hidangan bercabe ini wajib hukumnya. Masakan yang tidak mengandung cabe itu kurang menggigit dan tidak menimbulkan selera makan. Hambar. Sama hambarnya dengan makanan yang tak berasa asin. Itu sebabnya perkembangan harga cabe menjadi hal yang layak di-kepoin

Jumat, 11 Maret 2016

Seandainya ...

Ingatanku melayang ke masa tiga tahun silam. Kala itu seorang siswa perempuan, sebut saja Alya, ,kelas X menangis di ruang BK. Ia menyatakan ingin keluar dari sekolah, padahal ia belum menyelesaikan satu semester. Tentu saja ini menjadi perhatian kami semua. Aneh saja. Baru beberapa bulan masuk sekolah sudah ingin keluar.  Kami desak ia untuk menyampaikan alasannya. Ketika ia membeberkan alasannya, kami sulit memahami alasan itu.

Katanya, ia harus pergi ke Lampung untuk menemui seseorang. Katanya pula, orang yang akan ditemui itu adalah calon suaminya. Mereka berkenalan melalui facebook. Ceritanya panjang lebar dan semakin panjang ia berusaha meyakinkan kami, semakin kami merasa aneh dengan cerita itu. Kami berkesimpulan bahwa ia sedang menghadapi masalah besar.

Perempuan Itu Perkasa Loh

Perempuan itu memang kuat. Boleh juga disebut perkasa. Pagi ini di sepanjang perjalanan kudapati perempuan perempuan perkasaitu. Hari sudah beranjak siang ketika sepeda motor yang kukendarai melintasi tikungan pleret. Kupacu sepeda motorku dengan kecepatan rendah. Sengaja! Aku tidak punya alasan untuk terburu-buru pagi ini.

Rabu, 09 Maret 2016

Hoax!!

Speechless. Benar benar kehilangan kata-kata ketika membaca pesan di grup WA tadi pagi. Salah seorang teman kuliah nge-share informasi tentang ditemukannya sertifikat pendidik atas nama seseorang yang ditemukan di jok bus jurusan Malang-Probolinggo.Pesan itu juga dilengkapi foto sertifikat si empunya. Ada himbauan untuk meneruskan pesan itu  ke grup lain.

Sebetulnya  pesan ini beberapa waktu yang lalu sudah pernah dikirimkan oleh seseorang di grup yang berbeda. Pesannya sama persis. Kelihatannya orang yang nge-share pesan memang hanya meneruskan dan melakukan pengeditan sama sekali. Aku tahu betapa besar perjuangan yang dilakukan seorang guru untuk mendapatkan sertifikat seperti itu. Aku tak bisa membayangkan betapa sedihnya orang yang kehilangan sertifikat ini. Dalam hati aku berdoa semoga sertifikat tersebut segera bertemu dengan pemiliknya.


Yes!!

Kelas adalah kumpulan dari pribadi pribadi unik.  Setidaknya ada tigapuluh lima siswa dalam satu kelas. Setiap siswa dalam kelas itu adalah pribadi yang unik. Lingkunganlah yang menyumbangkan andil besar membentuk keunikan itu. Dalam kelas yang merupakan sebuah kelompok,  pribadi pribadi unik ini saling berinteraksi membentuk karakteristik kelompok.

Karakteristik kelas jurusan teknik secara umum memang unik. Sembilanpuluh sembilan koma sembilan puluh sembilan persen siswanya berjenis kelamin cowok. Bahasa komunikasi mereka cenderung kasar, mengabaikan perasaan. Suka menantang dan suka ditantang. Tidak suka diremehkan tetapi selalu hobi meremehkan orang lain. Tidak bertanggungjawab, tidak disiplin dan cenderung tidak mau mengikuti aturan.

Selasa, 08 Maret 2016

Serunya Jadi Siswa SMK (1)

Hari ni aku disamperin beberapa siswa untuk ngobrol ringan. Saat ini mereka sedang menjalani masa-masa penting, tahun terakhir SMK. Aku jadi ingat obrolan dengan salah seorang teman yang juga guru SMK. Si teman saya ini dalah guru mata diklat produktif, yaitu mata diklat utama bagi siswa SMK. Bisa dibilang, dialah guru SMK yang sesungguhnya.

Waktu itu dia bertanya, "Sejak kapan ngajar di SMK?". Kubilang, "Tahun 2009". "Sebelumnya?". Wah dia kepo juga nih. Tapi aku jawab juga pertanyaannya, "Mengajar di MA". Maka dengan muka ceria penuh kebanggaan si teman saya itu berkata, "Seru kan ngajar di SMK"

Senin, 07 Maret 2016

The Radio





Aku punya kebiasaan mendengarkan radio sambil menjalani aktifitas  pagi. Stasiun radio favoritku ini  selalu mengawali siarannya dengan acara pengajian, jam lima pagi sampai jam enam. Pas banget kan. Saat itu aku sudah sholat subuh dan mulai menjerang air,  cooking rice dan cuci piring.

Jam enam acara pengajian selesai dilanjutkan dengan beberapa acara informative seperti Kabar pasar. Acara ini memantau harga sembako di wilayah kami. Reporternya mengunjungi pasar tradisional secara bergantian. Banyak sih acara acara yang menarik, tetapi karena harus berangkat kerja, biasanya aku hanya kebagian sepotong sepotong saja.

Minggu, 06 Maret 2016

Ngomongin Jodoh

Baca tulisan bang Syaiha itu bikin hati tergelitik. Kali ini yang menggelitik ku adalah  tulisannya yang berjudul : Ketika Cintamu tak direstui.

Aku jadi mikir nih. Bukan karena aku mengalami nasip seperti gadis yang ada dalam tulisan bang syaiha tetapi karena aku berada di pihak seberangnya.Bila dua generasi diperhadapkan anak dan orangtua, posisiku adalah posisi orangtua.

 gambar diambil dari sini

Dari jaman dulu, masalah cinta sejoli yang tidak direstui orangtua ini memang sudah heboh. Biasanya pembahasan tidak berimbang. Bila dipertentangkan, sudut pandangnya dari sisi anak muda. Sehingga kesannya pihak orangtua yang kebangetan. Mereka egois, tidak memahami perasaan anak muda dan lain sebagainya.