Jumat, 17 Januari 2014

Menjadi Nasabah BRI Itu Harus Sabar




  
gambar diambil dari sini

Menjadi nasabah BRI itu harus sabar, itu kesimpulan dan petuahku untuk diriku sendiri.  Itu karena seringkali  aku harus meluangkan waktu ekstra untuk menyelesaikan urusan di sana. Mungkin jumlah tenaga yang terbatas. Mungkin sarana yang ada terbatas. Mungkin jumlah nasabah yang terlalu banyak. Mungkin permasalahan yang dihadapi lebih kompleks. Karena kan BRI ini melayani segala lapisan masyarakat. Baik yang sudah benar-benar melek teknologi maupun yang masih agak melek teknologi.

Rabu, 15 Januari 2014

Belajar yang sesungguhnya adalah berlatih



Berlatih adalah satu-satunya cara untuk membuat patung yang anda pahat terlihat lebih baik dari pada patung orang lain

Melakukan sesuatu secara berulang-ulang dan terus menerus itulah yang saya sebut dengan berlatih. Aku sudah memiliki ketrampilan dasar merajut sejak masih duduk di SD. Aku tidak ingat kelas berapa ibuku mulai mengajarkan ketrampilan ini. Ibuku mengajariku dengan ketrampilan paling dasar. Mulai dari cara memegang hakpen, menggulung benang di jari telunjuk dan  membuat tusuk rantai. 

Minggu, 12 Januari 2014

Proyekku


Huah... akhirnya kesampaian juga pakai bros rajut.
Lah... memang ada apa dengan bros rajut??

Belakangan ngetrend banget bros rajut. Dasarnya sih aku bisa merajut, meski nggak pinter-pinter amat.

Begitu lihat bros rajut, sempat penasaran gimana sih cara bikinnya. Sudah coba-coba sendiri nggak jadi.
Sempat browsing dan mendapatkan tutorialnya di youtube tambah bingung.

Sementara rasa penasaran itu tetap menghantui juga. Sampai-sampai dalam hati bilang: nggak bakalan pakai bros rajut kalau bukan bikinan sendiri.

Wuih ekstrim ya.

Itu karena aku yakin seyakin-yakinnya  bahwa aku bakalan bisa membuatnya sendiri. Cuma, belum ketemu caranya. Nah sejak saat itu, setiap kali ada teman yang pakai bros rajut pengennya melotot aja.

Sampailah Tuhan mempertemukanku dengan ibunya Dayu. Beliau mengaku bisa membuat bros rajut dan menawarkan diri  ngajarin aku.
Akupun nggak menyia-nyiakan tawaran itu.

Begitu liburan tiba, aku menembus hujan dengan ditemani dwi Indah. Rumahnya nggak dekat lo. Kami harus menenpuh jarak yang lumayan jauh. Harus melewati jembatan tak berbatas, bikin ngeri waktu melewatinya.

Dwi Indah dengan sabar menungguiku "berguru" membuat bros bunga. Hasilnya... super puas.
Ini dia!


Akhirnya bisa juga pakai bros bunga buatan sendiri.
Ternyata bikin bros rajut nggak begitu sulit kok. Waktu yang dibutuhkan juga nggak begitu lama.






Eh nggak hanya bikin bros pelajarannya, tetapi juga tas rajut.
Ini adalah impianku dari dulu, membuat tas rajut dan belum kesampain juga.


Ini adalah tas kamera ami.


Dia request tas kecil yang bisa muat kamera dan HP.  Bikinnya tanpa pola dan sedikit ngawur.
Tapi hasilnya nggak terlalu jelek kan.

Begitu tahu adiknya dibikinin tas, kiki jadi ikut-ikutan request. Boleh-boleh saja biar tambah terampil. Dia pilih warna ungu. Aku tawarin untuk dikombinasi dengan warna putih.

Ini dia.



Semoga tidak mengecewakan.

Sekarang jadi kecanduan merajut. Semua pengen dibikin rajutan.  Dari browsing-browsing  rajutan bisa dijadiin beragam barang. Modelnya juga macam-macam.

Mulai belajar mengenal istilah-istilah crochet dan memperbanyak pengetahuan tentang tusuk-tusuk dasar.

Sekarang mulai mempersiapkan proyek berikutnya, sepatu bayi.
Semoga berhasil.

Kejutan Hari ini

Benar-benar kejutan.
Dunia maya mempertemukanku dengan beberapa teman lamaku, teman semasa kuliah.

Awalnya, ketika sedang browsing-browsing pola rajut, ada seseorang yang add aku. Setelah kulihat aku kenal sekali dengan namanya. Wajahnya lupa-lupa ingat. Teman kuliah. Tanpa pikir panjang aku segera mengkonfirm.

Konfirmasi dilanjutkan dengan chating.  Kami ngobrol lumayan "gayeng" Saling menanyakan kabar berita. Nanyain anak juga. Sempat juga saling ingetin masa lalu. Ah jadi kangen masa itu.

Sembari chatting aku mulai ngubek-ubek temannya,  dan menemukan teman-teman lama di sana.  Sudah lama ya nggak ketemu mereka. Duapuluh dua tahun!! Waktu yang sangat lama. Pantesan bentuknya sudah berubah semua. Padahal di benakku mereka masih seperti jaman itu. Jaman masih kuliah.

Dari pertemuan itu (meski hanya lewat dunia maya) lamunanku sempat melayang ke  masa itu. Kos di perkampungan sempit. Berjalan kaki pulang balik kampus-tempat kos di bawah sinar matahari yang menyengat. Keluar masuk lab kimia organik yang pengap. Menghadapi dosen yang menegangkan dan menghadapi kiriman yang tersendat-sendat.

Setelah sekian lama, akhirnya bisa saling menyapa meskipun hanya melalui sosial media.

Sabtu, 04 Januari 2014

Gas Elpiji Langka


Gas Elpiji langka. Benar-benar langka. Sudah beberapa hari pasokan gas elpiji 3,5 kg habis bis bis. Setelah berkali-kali nolak pembeli, hari ini giliran kami yang kehabisan gas melon itu. Padahal kami sudah hemat-hematin itu gas, tetap saja kalau sudah waktunya habis ya habis.