Kamis, 26 Desember 2013

Kebun Produktif Ku



Pernah suatu ketika seorang teman bertanya apakah aku memelihara ayam di rumah? Saat kujawab tidak, sontak ia melotot, seolah sesuatu yang aneh karena aku tidak memelihara ayam. Saat itu aku tertawa dan justru menganggap dia yang aneh. Tidak memelihara ayam saja kok heboh.  Tapi dia punya argumentasi yang tidak kalah hebohnya. Kita kan tinggal di desa. Punya ruang dan lahan untuk pelihara ayam. Selain itu memelihara ayam juga menguntungkan karena ayam-ayam itu yang akan menghabiskan makanan-makanan sisa kita. Pendek kata memelihara ayam itu menguntungkan dari berbagai sudut pandang. Pakan murah (karena memanfaatkan makanan sisa), bisa menikmati daging ayam gratis dan bahkan bisa menambah income karena harga ayam kampung lumayan mahal.
Saat itu aku memang hanya tertawa saja dan menganggap temanku itu terlalu njlimet mikirnya. Hidup kenapa dibuat serumit itu.  Memelihara ayam repot ngurusin kotorannya, harus memberi makan tiap hari dan belum lagi kalau be-ol dimana-mana. Bikin repot saja. Tapi kok sekarang  kupikir kata-kata temanku itu ada benarnya ya.

Jumat, 20 Desember 2013

Menakar Sukses



 
Sekian tahun yang lalu, saat menghadiri sebuah reuni alumni aku mendapat pertanyaan seperti ini: “Bu sebetulnya ukuran sukses itu apa sih?”. Yah, tak bisa dipungkiri. Reuni  seringkali mengakomodasi kegamangan.  Pasalnya, di sana berkumpul orang-orang yang pernah melewati bersam-sama sebuah fase kehidupan dan melanjutkannya pada fase yang lain. Reuni  mempertemukannya  dengan kondisi yang  berbeda.  Ada yang datang dan  terlihat bahagia.  Tampil penuh percaya diri. Memiliki kehidupan sosial ekonomi yang mapan. Sementara ada juga yang terlihat kurang PD dan merasa tidak bahagia.   
Di sanalah kemudian beredar gosip-gosip ringan dan muncul dalam ungkapan, wah si anu sudah sukses sekarang. "Gosip Kesuksesan" ini bisa bikin miris yang merasa belum sukses lo. Akhirnya muncul perasaan gamang, dan muncullah pertanyaan itu, ukuran sukses itu apa sih?

Kamis, 19 Desember 2013

Suatu Hari di Kelas Kimia





Suasana di kelas kimia.
Selama dua pertemuan yang lalu kami belajar tentang materi, sifat materi dan perubahan materi. Pertemuan kali ini kami akan belajar tentang perubahan kimia yang dilanjutkan dengan persamaan reaksi. Siswa sudah mengenali dan bisa membedakan ciri-ciri perubahan fisika dan perubahan kimia.
Kutuliskan pernyataan di bawah ini di papan tulis:
Gas Hidrogen direaksikan dengan gas oksigen membentuk uap air”.
Pada kata gas hidrogen, gas oksigen dan uap air sengaja kuberi garis bawah sebagai kata kunci yang harus mereka cermati. Selanjutnya kutantang mereka untuk menuliskan persamaan reaksi dibawah pernyataan tersebut. Beberapa diantara mereka memberanikan diri maju ke depan menuliskan persamaan reaksi di papan tulis.

Sabtu, 30 November 2013

Hati-hati, Anda Bisa Menjadi Sumber Konflik



Kalau direnung-renungkan, seringkali munculnya konflik kecil berubah menjadi besar itu karena ada pihak-pihak yang tidak bisa menahan diri untuk tidak mencampuri urusan orang lain. Boleh sih kita sebagai penonton menilai orang lain, tapi kalau sampai masuk ranah ranah yang tidak seharusnya tentu itu akan sangat berbahaya karena akan memicu permasalahan menjadi lebih besar lagi. 

Misalnya ada dua orang berselisih paham. Sebutlah Dian dan Amira. Karena galau menghadapi perseteruan itu Dian curhat ke sahabatnya, Rosy. Namanya juga orang yang terlibat, tentu Dian curhatnya yang membenarkan dirinya. Ya mana ada orang menyalahkan dirinya sendiri. Nah si Rosy ini terpengaruh dengan curhatan Dian. Ia menilai Amira lah yang salah dalam perselisihan ini. Selanjutnya Rosy melibatkan diri dalam konflik mereka berdua dan memposisikan diri sebagai pembela Dian. Konflikpun meluas. Perseteruan Rosy dengan Amira bisa jadi lebih hebat dari pada perseteruan Dian dan Amira. Selanjutnya konflik yang semula serupa bara  menjadi kobaran api yang membakar ketiganya.

Kamis, 28 November 2013

Hari Guru: Aku dan Kalian



Setiap hari kita bertemu. Kita melewati hampir setiap saat untuk bersama. Kita saling mengisi, saling melengkapi, saling belajar dan saling membutuhkan. Itu artinya kita adalah sepasang sahabat. Lebih tepatnya, waktu memaksa kita untuk bersahabat.
Sebagai sahabat, seharusnya kita saling mendamaikan. Kita tidak saling menyakiti satu dengan yang lain.  Seharusnya kita saling berbagi rasa nyaman.  Tapi faktanya tidak selalu demikian. Karena satu dan lain hal, kita menjadi saling menyakiti.

Jumat, 08 November 2013

Cukup 2 Meter Ke Depan



Keinginanku mempunyai kolam ikan akhirnya terwujud juga. Tidak tanggung-tanggung, suamiku membuat dua kolam ikan dengan ukuran sedang. Padahal aku cuma ingin punya kolam ikan kecil saja. Di dalamnya ada beberapa puluh ikan yang bisa di panen untuk dikonsumsi sendiri. Aku pernah melihat kolam kecil seperti itu di rumah saudaraku di Jakarta. Saat itu aku berpikir, di Jakarta saja yang lahannya sempit, saudaraku masih bisa memelihara ikan apalagi aku yang tinggal di desa dengan lahan yang cukup luas.

Mempunyai kolam ikan,  beberapa ekor ayam dan tanaman sayur mayur benar-benar menjadi sebuah mimpi. Dan aku tidak bosan-bosan mengungkapkan keinginan itu pada suamiku. Biar saja dia bosan mendengarnya dan tidak punya pilihan lain selain meluluskannya. 

Kamis, 12 September 2013

Malassss.....



Hari ini, salah seorang sahabatku mengeluhkan rasa malas. Katanya: gimana sih caranya mengatasi rasa malas. Ah rasanya setiap orang pasti pernah (sering) dihinggapi perasaan yang satu ini. Malas!!. Ogah ngapa-ngapain. Bawaannya pengen bengong aja. Duduk, berbaring atau tidur-tidur ayam. Tahu sih bahwa masih banyak tugas yang harus dikerjakan. Tapi kenapa ya berat banget buat ngerjainnya. Jadi deh kita benar-benar diam di tempat, melewatkan semua tugas.
Aku juga sering dihinggapi rasa malas seperti itu. Padahal, seringkali, setelah semua berlalu, kerasa banget nyeselnya. Misalnya ketika rasa malas itu menghinggapiku di saat koreksian menumpuk. Biasanya hal ini terjadi di minggu-minggu ulangan. Aku mengajar di beberapa kelas dan biasanya jadwal ulangan bersamaan dalam satu minggu. Mengoreksi pekerjaan lebih dari tigaratus kertas kerja dalam waktu hampir bersamaan adalah pekerjaan yang sangat membosankan. Apalagi kalau tulisan mereka (maaf) tidak terbaca karena terlalu bagus atau terlalu jelek. Padahal pekerjaan masih terus berlanjut. Karena setelah koreksi harus dilakukan analisis terhadap hasil ulangan mereka. Memilah siapa yang harus mendapatkan program remidi dan siapa yang sudah tuntas. Menyiapkan soal-soal remidi dan seterusnya. Aduh... mengingat semua pekerjaan itu membuat semangat benar-benar drop.
Balik ke rasa malas tadi. Bagiku, aku setuju dengan kata-kata bijak yang mengatakan bahwa rasa malas adalah penghambat utama bagi seseorang untuk mencapai tujuannya. Dan setelah melalui riset yang cukup mendalam pada diri sendiri aku mencatat beberapa hal yang menjadi pemicu utama mengapa aku terjebak dalam rasa malas itu.
Pertama karena tugas-tugasku GJ. Ada banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan tetapi semuanya tidak detail. Suatu saat aku ingat bahwa masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan. Pada saat lain, aku tidak mengingat satupun tugas yang harus kukerjakan. Jadi boleh dibilang kesadaran akan tugas-tugas itu timbul tenggelam. Ingat – tidak ingat – ingat – tidak ingat – dst. Saat tidak ingat tugas, aku santai sekali. Tapi disaat ingat tugas-tugas itu aku jadi stress. Terlalu banyak tugas dan aku tidak tahu tugas mana yang harus aku kerjakan lebih dulu. Disinilah titik munculnya rasa malas itu.
Kedua, boring. Terlalu lama dalam rutinitas. Mengerjakan pekerjaan yang sama terus menerus. Ada kalanya pekerjaan yang datang itu harus dikerjakan dalam durasi yang panjang. Kalau sudah datang pekerjaan yang seperti itu, boringpun tidak bisa dihindari dan muncullah rasa malas itu
Ketiga, sering muncul perasaan: aman. Begini, ketika ada kesadaran untuk mengerjakan tugas, seringkali nyelonong perasaan seperti ini, tenang.... tenang. Nyantai aja, Belanda masih jauh. Toh deadlinenya masih lama. Toh bisa dikerjakan nanti setelah ini. Toh cuma tinggal ngeprint saja. Dan seterusnya dan seterusnya. Perasaan itu seolah-olah membelai, menghibur dan membuatku merasa nyaman meski mengabaikan tugas. 
Di sini, aku merasa bahwa di dalam tubuhku ada dua kekuatan yang sama-sama berebut pengaruh. Yang satu mengajakku melakukan tugas yang satu lagi mengajakku mengabaikannya. Kunamakan saja kekuatan pertama itu sebagai kekuatan negatif sedangkan kekuatan kedua kunamakan kekuatan positif. Munculnya kekuatan negatif itulah yang memicu rasa malasku.
Berdasarkan ketiga hal itu, aku harus waspada begitu rasa malas itu muncul. Aku harus mengenali munculnya rasa malasku itu disebabkan karena apa. Untuk mengatasi rasa malas yang disebabkan karena overlapping tugas-tugas, aku  harus mendata semua tugas dan menetapkan dengan tegas target waktunya. Untuk ini aku mengandalkan program “to do” di HP ku. Kutuliskan semua tugas yang harus kukerjakan. Ketentukan kapan waktu kulaksanakan tugas itu. Setiap saat kubuka catatan itu sehingga aku seperti diingatkan untuk melakukan tugas-tugasku. Kupilih tugas-tugas yang paling ringan dan memungkinkan untuk kukerjakan saat itu. Misalnya untuk beberapa tugas seperti: “bayar telpun” , “ke apotik”, “belanja” dan “tarik tunai” bisa kukalukan sekali jalan. Untuk setiap tugas yang berhasil kuselesaikan hari itu, kuhapus dan kusisakan tugas-tugas yang belum kukerjakan.  Untuk tugas yang belum kukerjakan hari itu, kuperbaiki tanggal pelaksanaannya. Ia akan menjadi tugas yang harus kukerjakan esok hari. Setiap malam kutambahkan tugas baru. Kuperbaiki tanggal pelaksanaannya dan kuperiksa setiap saat. Ini membuatku merasa sedikit enteng. Yang membuatku senang adalah ketika aku berhasil men-delete satu tugas. Rasanya plong... banget.
Rasa malas tidak selamanya hilang meskipun aku sudah memanage tugas-tugasku dengan baik. Rasa malas itu muncul kembali ketika tugas-tugas itu kurasakan terlalu monoton. Untuk rasa malas yang seperti ini, kuhalau dengan cara meramu tugas-tugas itu dengan aktivitas lain yang menarik seperti mendengarkan musik atau nonton TV. Kadang-kadang juga dengan cara “sengaja keluar dari tugas”. Melakukan sesuatu yang bisa membuat fresh. Istilahnya nge-charge energi agar kembali pulih. Cuma yang sering jadi masalah, nge-charge-nya kebablasan. Lost control deh jadinya. Maka sebelum kebablasan buru-buru deh kembali ke “list to do”.
Yang paling sulit adalah bila rasa malas itu karena pengaruh kekuatan negatif yang munculnya dari dalam. Mau tidak mau aku harus melawannya. Caranya? Aku rajin membaca buku. Menyimak kisah orang-orang sukses. Dengan menyimak kisah orang-orang sukses itu  mau tidak mau akan timbul rasa iri dan tidak puas dengan keadaan  diri sendiri saat ini. Orang-orang sukses selalu mempunyai mental baja dan bisa mendisiplinkan diri sendiri. Sikap itulah yang kuharapkan dapat menginspirasiku untuk menghilangkan rasa malas itu. 
Ada cara lain yang lebih jitu untuk menghalau  malas? Boleh donk share di sini!


Rabu, 07 Agustus 2013

LOMBA ANNIDA-ONLINE “TUNJUKKIN MAAF LO!”



Maafkan aku ayah

Aku tak pernah berani membayangkan bagaimana perasaanmu kepadaku. Sekalipun misalnya hari ini engkau masih hidup, aku tak akan pernah berani bertanya tentang itu. Aku sungguh tak punya keberanian karena aku tahu betapa banyak aku telah melukai hatimu.

 

Dari kecil aku tahu engkau adalah ayahku. Tapi entah kenapa aku selalu tidak tahan berdekatan denganmu. Mungkinkah karena peristiwa waktu itu. Ketika aku duduk dipangkuan ibu, menyaksikan tanganmu yang kasar menampar muka ibu dan aku begitu ketakutan. Dan sejak itu aku seperti melihatmu sebagai monster. Engkau selalu menggunakan kekuatan tanganmu untuk mengungkapkan kejengkelanmu. Mukamu akan berubah menjadi api yang membara dan aku akan menunggu dibagian tubuhku yang mana tangan kuatmu akan menimpaku.

 

Ayah, aku sungguh bodoh. Bagaimana mungkin saat itu aku tidak menyadari bahwa tujuanmu sangat mulia. Engkau mengajarkan sholat kepada ku dengan cara menyuruhku ikut sholat bersamamu, kemudian engkau membaca semua bacaan sholat dengan keras agar aku bisa menirukannya dari belakang. Engkau mengajariku membaca Al Qur’an dengan tongkat kecil di tangan. Aku menerimanya dengan keterpaksaan saat itu. Kurasa karena engkau mengajarkannya dengan pukulan dan cambuk.

 

Setelah ibu meninggal dan engkau memutuskan untuk menikah lagi, jarak diantara kita semakin jauh. Aku tidak mengerti mengapa engkau mengambil keputusan itu dan mungkin engkau juga tidak mengerti mengapa aku menolak keputusanmu. Waktu itu kupikir engkau telah mengkhianati ibu. Saat beliau masih hidup engkau sering membuatnya menangis. Setelah beliau meninggal engkau buru-buru mencari penggantinya. Pertanyaan yang selalu memenuhi otakku adalah: apakah engkau tidak mencintai ibu? Sementara, ibu sangat mencintaimu.

 

Semua itu kusimpulkan dari cerita ibu. Kalian berdua adalah sepasang kekasih saat masih sekolah. Kalian berdua sama-sama ngenger di rumah salah satu saudara nenek yang kaya agar kalian bisa melanjutkan sekolah. Kalian memang masih saudara satu sama lain. Setelah lulus engkau menjadi guru di suatu daerah yang sangat jauh. Kalian terpisah oleh jarak yang sangat jauh.  Ditempat baru itu engkau menikah dengan seorang gadis dan membiarkan ibu terpukul.  Sampai bertahun-tahun ibu tetap menjomblo sampai berita bahwa engkau bercerai terdengar ibu. Engkau yang sudah memiliki dua anak bercerai dan ibu dengan lapang menerimamu kembali. Bukankah itu suatu bukti bahwa ibu sangat mencintaimu. Sementara saat kita bersama aku hanya tahu engkau sering sekali membuat ibu menangis.  

 

Perasaan kecewa itu terlalu dominan menguasai hatiku, membuatku menjadi liar. Aku ingin menentangmu. Dengan menentangmu aku ingin menunjukkan protes. Aku minggat dari rumah. Ketika masuk SMA aku tidak mau tinggal bersamamu. Aku ingin sekolah di kota lain. Engkau keberatam dan aku tak peduli. Di depan semua saudara ibu aku menuntutmu untuk menanggung semua biaya sekolahku. Mereka semua mendukungku. Aku telah mempermalukanmu di depan keluarga besar ibu. Pasti saat itu engkau sangat tertekan ayah. Maafkan aku.

 

Engkau telah melakukan semua kewajibanmu sebagai ayahku. Engkau mencukupi semua kebutuhanku. Engkau membiayai pendidikanku. Engkau mengkhawatirkan kesehatanku.  Seseorang telah mengatakan kepadaku bahwa engkau selalu mendoakanku. Yah aku percaya bahwa engkau selalu mendoakanku. Aku telah mengalami pergulatan hidup yang sangat sulit. Aku telah jungkir balik menghadapi kenyataan hidup yang sangat pahit. Tetapi Allah memeliharaku untuk tetap berada di jalanNya. Allah menurunkan hidayahNya setiap kali aku hendak tergelincir. Kuyakini semua itu karena doamu. Engkau telah mendoakanku meski aku adalah anakmu yang nakal. Terimakasih karena engkau tidak membenciku meski aku telah sering menyakitimu.

 

Sayang, kesadaran itu terlambat ayah. Kusadari semuanya setelah engkau meninggal dunia. betapa ingin aku bersimpuh di depanmu, memohon maafmu. Melihatmu ridlo memaafkanku. Kini kukirimkan kata maaf ini kepadamu. Aku yakin engkau mendengarnya dan aku juga yakin engkau akan memaafkanku.

 

Untuk kesekian kalinya ayah (dan akan selalu  kuulangi), maafkan aku


tulisan ini diikutsertakan dalam lomba annida-online  Tunjukkin maaf loe bulan Juli-Agustus 2013



Jumat, 26 Juli 2013

Saat Galau Menyerang, Apa yang Harus Kita lakukan?

Bisa dipastikan semua orang pernah merasa kecewa, sakit hati, marah atau sejenisnya. Perasaan itu muncul dengan atau tanpa sebab. Kadang-kadang perasaan itu muncul karena kita mengalami sesuatu, mendapat perlakuan yang tidak baik, menerima cercaan dan lain sebagainya. Tapi kadang-kadang tanpa tahu kenapa, perasaan itu muncul begitu saja. Saat perasaan itu muncul, kita sungguh sangat tersiksa. Ada desakan dari dalam diri kita untuk melakukan hal-hal irrasional untuk melampiaskannya. Lihat saja bagaimana cara orang mengungkapkan rasa marahnya. Mulai dari menekuk wajah sampai bunuh orang. Ih ngeri kan?

Kalau direnung-renungkan, sering kali perasaan itu muncul karena kita merasa direndahkan. Dikata-katain jeleklah, dihina lah dicuek in atau sejenisnya. Dan kalau digali lebih jauuuuuuh lagi perasaan itu muncul ketika kita merasa lebih dari orang lain. Lebih cakep lah, lebih kaya lah, lebih pinterlah, lebih berkuasa dan lebih lebih lainnya.

Setiap orang bebas sih ya menilai orang lain. Kalau mereka suka ya mereka akan katakan baik. Kalau gak suka ya mereka katain jelek. Jadi sebetulnya penilaian itu subyektif banget kan. Seseorang memberi penilaian jelek belum tentu orang lain akan memberikan penilaian yang sama seperti itu kan? Dan jga sebaliknya. Jadi kurasa kalau kita menggunakan penilaian orang untuk pijakan bagaimana kita harus berperilaku yah kita seperti masuk hutan belantara dengan hanya ngandelin suara binatang aja. Gak ada petunjuk yang jelas.

Maka nih, kita perlu pedoman yang super obyektif. Yang gak tergantung dari batasan like or dislike. Yang bener-bener "BENER". Dia yang akan memberi petunjuk kepada kita tentang apa yang harus kita lakukan dan apa yang gak boleh kita lakukan.

Satu lagi, obat sakit hati yang super mujarab adalah : tidak merasa lebih dari yang lain. Ketika kita tidak merasa lebih baik dari yang lain, kita enjoy aja dibilang jelek. Gak masalah.Bukankah setiap orang punya sisi buruk? Bukankah setiap orang tidak sempurna? Kalau orang lain hanya bisa melihat sisi buruk kita, bukan berarti sisi baik kita raib kan? Kalau orang tahunya bagian yang jelek dari kita, bukan berarti sisi baik kita akan terhapus kan? Jadi ngapain kita ngotot agar semua orang melihat sisi baik kita. Ah buang-buang energi saja.

Jadi biarlah orang melihat kita sebagaimana adanya, semampu mereka. Kalau pas mereka berada di depan kita ya yang tampak oleh mereka tentu dada kita.  Kalau posisi mereka di belakang kita ya tentu yang akan tampak oleh mata mereka tentu bokong kita.  Mereka yang di depan kita dan melihat dada kita bukan berarti kita gak punya bokong. Sebaliknya kalau yang terlihat oleh mereka bokong kita bukan berarti kita gak punya dada. Bokong dan dada, kedua-duanya kita miliki. Keduanya membentuk kesatuan dan membuat tubuh kita menjadi serasi. (bayangin aja kita punya dada gak punya bokong atau sebaliknya, hiiiiii)

So, enyahlah galau. Enyahlah sakit hati. Enyahlah kecewa. Semua akan baik-baik saja. Ada saatnya gundah ada saatnya bahagia. Pergantian keduanya seperti pergantian siang dan malam. Saat berada di malam yang gelap gulita, kita hanya perlu bersabar, karena sebentar lagi akan ada cahaya matahari yang akan membuat semuanya terang benderang.

Hghhhh

Kamis, 11 Juli 2013

Naik Kereta Api dengan Cara Baru



Kembali naik kereta api. Kali ini perjalanan ke Malang, untuk jemput Ami. Hari ini adalah hari pertama puasa. Puasa hari pertama melakukan perjalanan dengan kereta api?. Siapa takut?  Menikmati layanan kereta api dan sekalian menyaksikan wajah perkereraapian Indonesia yang dari waktu ke waktu semakin cling. Ramadan tahun ini bersamaan dengan musim liburan sekolah. Pada jaman dahulu kala (ceile...)   saat saat seperti ini, suasana  stasiun dan di dalam kereta apinya sendiri, wuih.... ampun deh, jejel riyel berdesak desak an. nih kalau tidak percaya aku tunjuki foto-fotonya,



Foto-foto ini aku ambil kurang lebih dua tahun yang lalu, tepatnya bulan september tahun 2011. Kalau tidak salah juga saat bulan puasa. Foto paling bawah kuambil dengan kamera HP ku dari atas kereta api. Foto itu kuambil ketika aku terjepit penumpang tapi masih sempat mendengar suara ribut dibawah. Kebetulan aku terjebak dipintu masuk.  Yang aku foto itu adalah beberapa penumpang yang yang sudah beli karcis tetapi tidak bisa masuk ke dalam kereta saking penuhnya dan harus ditertibkan oleh polisi. Suasana itu mah belum seberapa. Mungkin ada diantara pembaca yang mengabadikan suasana lebih heboh lagi.  

Kamis, 27 Juni 2013

PeringatanMu, Sungguh Sangat Mengerikan.


Tiba-tiba aku merasa ada yang bergerak di telingaku. Antara sadar dan tidak kutepis sesuatu yang aku rasa hewan itu dengan tanganku. Aku seperti mendengar suara ngungngng menjauh dari telingaku. Akupun melanjutkan tidurku. Tapi hanya sebentar. Aku terganggu dengan suara mendengung di dalam telingaku. Seperti suara kepakan sayap. Suaranya begitu berat. Aku terloncat dari tidurku. Ada hewan yang masuk ke telingaku!

Kupukul-pukul sisi kanan kepalaku sampil menekuk kepala. Suara itu masih terdengar. Beberapa kali pendengaran kiriku dipenuhi suara kepakan sayap. Aduh mengerikan. Kumasukkan lidi kedalam lubang dalam telinga, berharap hewan itu keluar. Tak juga berhasil. Tak bisa dilakukan lebih dalam lagi. Lidi ini bisa merusak gendang telingaku. Pakai ujung bendel peniti. Kucari-cari peniti. Kubersihkan ujung bundelnya. Kukorek-korek telingaku dengan ujung bundel peniti itu. Yang keluar hanya kotoran-kotoran telinga yang berwarna kuning kecoklatan.

Aku benar-benar panik. Aku menjerit-jerit sambil mengoncang-goncangkan tubuh suamiku. Suamiku jadi ikutan mencari-cari hewan yang kuyakini masuk ke telingaku. Ia tak bisa melihat sesuatupun meskipun aku sudah mendekatkan lampu 50 watt di dekat telingaku.

Putus asa. Kepegang erat-erat kepalaku dengan berkali menyebut namaNya. Aku masih terus merasakan kepakan sayap di dalam telingaku. Kubayangkan seekor nyamuk terjebak dalam telingaku dan tidak bisa keluar. Apa yang terjadi kalau nyamuk itu masuk semakin dalam. Apa yang terjadi dengan telingaku yang Allah. Sesuatu yang buruk bisa saja terjadi.

Aku duduk dalam kebingungan. Tangan kiriku memegang cermin kecil. Kulihat bayanganku di dalam sana. Aku tak bisa melihat lubang telingaku. Bagaimana aku bisa mengeluarkan hewan itu bila aku tak bisa melihatnya. Aku tak bisa ya Allah. Pasrah aku melihat bayangan telingaku di dalam sana.

Tiba-tiba aku melihat sesuatu bergerak dari dalam lubang telingaku. Hewan kecil. Bukan nyamuk. Ia berjalan perlahan-;ahan dan setelah berada di luar liang telingaku ia terbang. Ya Alllah, puji syujur ke hadiratMu ya Allah. Aku menjerit kegirangan. Hewan kecil yang terjebak didalam telingaku sudah keluar atas kehendakNya. Allahu Akbar!

Kulihat jam menunjukkan pukul 01.25. Aku belum sholat Isya. Ya Allah, Engkau kirimkan hewan kecil itu untuk mengingatkan aku. Tapi sungguh, peringatanMu   sangat mengerikan.

Rabu, 26 Juni 2013

Liburan Tiba! Ngapain aja nih!


Saat menjalani rutinitas, rasanya jenuh. Pengennya segera  keluar dari rutinitas. Terus ngebayangin, gimana ya rasanya kalau bisa menikmati masa-masa santai, nggak dikejar-kejar deadline. Terbebas dari tugas. Bisa lebih lama memeluk guling. Bisa “slow motion”. Oh indahnya!!!

Tapi benerkah segitunya menjalani liburan. Ho.... ho.... nggak juga lo. Berdasarkan pengalaman nih, masa-masa liburan itu seringkali menjadi masa-masa zonk. Istilah paling pas (menurutku) untuk menggambarkan betapa tidak produktifnya massa-massa itu. Nyantai itu hanya hari pertama dan kedua saja. Setelah itu terasa deh garingnya. Nggak ada sesuatu yang berarti. Seluruh waktu habis didepan TV dan kegiatan yang nggak ada manfaatnya.
Pernah juga sih sebelum liburan sudah membayangkan mau melakukan ini melakukan itu. Tapi pas liburan semua rencana menguap begitu saja. Begitu masa liburan habis,  ketahuan deh semua target zonk. 

Minggu, 26 Mei 2013

Anda dan Keputusan Anda

Anda dan Keputusan Anda



Nasib anda adalah buah dari keputusan anda.
Apa yang terjadi pada anda hari ini adalah akibat dari keputusan yang anda ambil kemarin. Apa yang akan terjadi pada anda esok hari adalah akibat dari keputusan yang anda ambil hari ini. Singkat cerita, mengambil keputusan itu sangat penting. Karena salah dalam mengambil keputusan, nasib  taruhannya. Nasib baik atau nasib buruk. Kalau nasib baik sih senang ya, tapi kalau nasib buruk?
Mengambil keputusan itu penting. Sangat penting. Kalau dirunut sih, urut-urutannya begini:























 

Kita punya harapan tapi fakta yang kita hadapi nggak sama dengan harapan kita. Ada perbedaan atau kesenjangan. Kesenjangan inilah yang kita kenali sebagai masalah. Nah saat kita menghadapi masalah, kita akan berusaha mencari solusi atau jalan keluar. Disini kita dihadapkan pada beberapa pilihan. Pilihan A, B, C atau D atau mungkin masih banyak lagi pilihan yang lain. Bingung kan mau pilih yang mana?

Sabtu, 18 Mei 2013

Fakta Menarik Tentang Kesungguhan



Kalau anda berpikir untuk menjadi seorang pemain piano anda harus memiliki tangan dengan jari-jari lengkap, anda salah. Hee Ah Lee  adalah seorang pianis dari korea yang hanya memiliki 4 jari. Ia dijuluki the four finger pianist. Meski hanya memiliki empat jari Hee A telah memikat masyarakat dunia dengan permainan pianonya.
Kalau anda berpikir untuk menjadi seorang pelari harus memiliki kaki yang kuat, anda salah. Bob Willen adalah seorang bekas tentara yang kehilangan kedua kakinya tetapi ia berhasil menyelesaikan lari marathon 10 kilometer, dengan menggunakan kedua tangannya.

Jumat, 05 April 2013

Awas Bahaya Penyakit Ekskusitis



Pertama kali mengenal nama penyakit ini, rasanya aneh. Ekskusitis. Berasal dari kata excuse me. Tahu sendiri kan arti dari kata itu dalam bahasa Indonesia. Ekskusitis ditengarai sebagai suatu penyakit mental. Penderitanya adalah mereka yang cenderung memaklumkan  kekurangmampuannya. 
Pernahkah anda mendengar orang mengucapkan kalimat-kalimat seperti di bawah ini:
“Tentu saja aku tidak mendapatkan nilai sebagus dia, karena kesempatanku untuk belajar tidak secukup kesempatan yang dia miliki”
“Tentu saja dia berhasil, orangtuanya kan kaya”
“Kalau saja aku seperti dia, aku pasti akan sehebat dia. Bahkan mungkin lebih hebat dari dia”
“Gak heran kalau kamu bisa datang lebih pagi, anak-anakmu kan sudah besar”
“Pantas saja tugasnya sempurna, ia punya lebih banyak waktu untuk menyelesaikannya dari aku”
“Ah aku terlalu tua untuk melakukan semua itu”
“Aku kalah karena dia lebih berpengalaman dariku”