Sabtu, 30 November 2013

Hati-hati, Anda Bisa Menjadi Sumber Konflik



Kalau direnung-renungkan, seringkali munculnya konflik kecil berubah menjadi besar itu karena ada pihak-pihak yang tidak bisa menahan diri untuk tidak mencampuri urusan orang lain. Boleh sih kita sebagai penonton menilai orang lain, tapi kalau sampai masuk ranah ranah yang tidak seharusnya tentu itu akan sangat berbahaya karena akan memicu permasalahan menjadi lebih besar lagi. 

Misalnya ada dua orang berselisih paham. Sebutlah Dian dan Amira. Karena galau menghadapi perseteruan itu Dian curhat ke sahabatnya, Rosy. Namanya juga orang yang terlibat, tentu Dian curhatnya yang membenarkan dirinya. Ya mana ada orang menyalahkan dirinya sendiri. Nah si Rosy ini terpengaruh dengan curhatan Dian. Ia menilai Amira lah yang salah dalam perselisihan ini. Selanjutnya Rosy melibatkan diri dalam konflik mereka berdua dan memposisikan diri sebagai pembela Dian. Konflikpun meluas. Perseteruan Rosy dengan Amira bisa jadi lebih hebat dari pada perseteruan Dian dan Amira. Selanjutnya konflik yang semula serupa bara  menjadi kobaran api yang membakar ketiganya.

Kamis, 28 November 2013

Hari Guru: Aku dan Kalian



Setiap hari kita bertemu. Kita melewati hampir setiap saat untuk bersama. Kita saling mengisi, saling melengkapi, saling belajar dan saling membutuhkan. Itu artinya kita adalah sepasang sahabat. Lebih tepatnya, waktu memaksa kita untuk bersahabat.
Sebagai sahabat, seharusnya kita saling mendamaikan. Kita tidak saling menyakiti satu dengan yang lain.  Seharusnya kita saling berbagi rasa nyaman.  Tapi faktanya tidak selalu demikian. Karena satu dan lain hal, kita menjadi saling menyakiti.

Jumat, 08 November 2013

Cukup 2 Meter Ke Depan



Keinginanku mempunyai kolam ikan akhirnya terwujud juga. Tidak tanggung-tanggung, suamiku membuat dua kolam ikan dengan ukuran sedang. Padahal aku cuma ingin punya kolam ikan kecil saja. Di dalamnya ada beberapa puluh ikan yang bisa di panen untuk dikonsumsi sendiri. Aku pernah melihat kolam kecil seperti itu di rumah saudaraku di Jakarta. Saat itu aku berpikir, di Jakarta saja yang lahannya sempit, saudaraku masih bisa memelihara ikan apalagi aku yang tinggal di desa dengan lahan yang cukup luas.

Mempunyai kolam ikan,  beberapa ekor ayam dan tanaman sayur mayur benar-benar menjadi sebuah mimpi. Dan aku tidak bosan-bosan mengungkapkan keinginan itu pada suamiku. Biar saja dia bosan mendengarnya dan tidak punya pilihan lain selain meluluskannya.