Jumat, 11 Maret 2016

Perempuan Itu Perkasa Loh

Perempuan itu memang kuat. Boleh juga disebut perkasa. Pagi ini di sepanjang perjalanan kudapati perempuan perempuan perkasaitu. Hari sudah beranjak siang ketika sepeda motor yang kukendarai melintasi tikungan pleret. Kupacu sepeda motorku dengan kecepatan rendah. Sengaja! Aku tidak punya alasan untuk terburu-buru pagi ini.


Di pertigaan SMA 1, lampu merah. Aku berhenti di sisi kiri jalan karena aku bermaksud lurus. Paling depan, persis di belakang marka, sebuah Vario dikendarai oleh seorang perempuan tambun. Melingkari pinggangnya sabuk kain panjang batik. Kain itu ia dugnakan untuk menahan balita yang duduk di depannya dari gerakan yang bisa saja menimbulkan keolengan. Di belakangnya seorang perempuan juga, dengan sepeda motor dengan keranjang besar di jok belakang. Di dalam keranjang itu ada dua termos nasi berukuran sedang, entah apa isinya. Di sebelah kananku sebuah mobil pick up warna putih.

Wuss, mereka langsung melaju kencang begitu warna lampu berganti hijau.Di sepanjang jalan ini yang kulihat adalah lalu lalang kaum perempuan dengan motornya. Terasa benar bahwa dunia ini penghuninya sebagian besar adalah perempuan. Mereka keluar rumah dengan berbagai keperluan. Mengantar atau menjemput anak anak dari atau ke sekolah, mengantarkan dagangan, berbelanja atau ke tempat perusahaan yang mempekerjakan mereka.

Itulah, perempuan itu memang perkasa. Jadi siapa bilang mereka lemah? Siapa bilang mereka tak berdaya? Kalaupun mereka terlihat menangis, itu bukan karena mereka lemah. Mereka hanya mengekspresikan kesedihan saja. Itu hanya terjadi sesaat, hanya untuk mensupport energi yang lebih besar.

Perempuan itu bisa melakukan banyak peran. Ya pedagang, ya guru, ya akuntan, ya polisi, ya hakim, ya... pokoknya banyak sekali. Perempuan juga mempunyai daya tahan yang kuat. Ia bisa menahan beban yang sangat berat, menahan sakit, menahan rindu dan menahan kepahitan hidup.

Ini penting. Seorang perempuan harus memahami kekuatannya dan tidak justru menganggap dirinya lemah tak berdaya. Tidak mengharap belas kasihan pada mereka kaum laki-laki dan tidak merasa bahwa dirinya lemah tak berdaya. Tidak diam pasrah ketika didzolimi oleh kaum laki-laki. Kita memang tidak perlu memancing keributan dengan mereka, tetapi kita juga tidak perlu merendahkan diri kita saat mendapatkan penghinaan mereka. Bukankah setiap manusia derajatnya sama di mata Tuhan?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar