Selasa, 11 Agustus 2015

Masih nggak percaya?

Untuk kesekian kalinya kehidupan mengajarkan ilmu kepadaku. Ini bukan sekedar teori yang terdengar klise. Tapi sesuatu yang nyata.
Entah dapat.suntikan apa, dari mana tiba tiba suami nyeletuk: pengen nanam buah tin.
Yah.... Kenapa tertariknya baru sekarang. Padahal sejak setahun yang lalu aku sudah pernah cerita tentang pohon ini.
Tapi ya sudahlah. Aku tunggu saja kejadian selanjutnya. Hafal deh, hidup bersama dia seperti bersepeda dijalan berbatu. Banyak tiba tiba yang nggak ketahuan asal dan juntrungannya. Eh ini bukan ngeluh ya. Cuma sekedar curhat aja.
Ok singkat cerita, suami ngajak berburu buah tin ke Kediri.
"Itu yang paling dekat. Aku sudah googling"
Ya itulah andalannya.
Aku membujuknya untuk mengajak ami saja, tapi tidak berhasil. Akhirnya malah kami bertiga yang berangkat.
Dapatlah itu buah tin. Tak terkira girangnya dia, mendapatkan hasil buruan.
Hari hari setelahnya, ia disibukkan dengan tanaman tanaman berdaun menjari itu.
Suatu hari kami kedatangan tamu, buyer. Sepasang suami istri dengan balita berusia dua tahunan. Tujuan utamanya adalah membeli azolla, dagangan utama suamiku. Begitu dia berjalan didekat deretan pohon tin yang mulai sehat, spontan laki-laki itu berteriak, "Wah..
Ada pohon tin. Mantap ini. Pak jualan pohon tin juga to?"
Tampaknya surprise sekali dia. Laki laki itu ngotot membelinya meskipun sang istri rada keberatan. Yah..mungkin karena itu di luar rencana mereka. Berkali kali lelaki itu mengatakan, "Saya sudah mencarinya kemana mana. Saya ingin tanam pohon ini sejak sebelum menikah dan baru mendapatkan setelah anakku berusia dua tahun. Benar benar berjodoh".
Singkat cerita mereka beli juga meski harganya lumayan mahal.
Kejadian ini luar biasa menurutku. Masalahnya kami mendapatkan pohon itu di Kediri. Rumah pembeli tadi Jombang, sedang rumah kami Blitar. Unik kan? Logikanya, jarak Jombang -Kediri lebih dekat dengan Jombang - Blitar. Kenapa dia tidak beli di Kediri saja.
Ini menyadarkanku bahwa ketentuan Allah berlaku.
Suka suka Dia mau meletakkan dimana rejeki kita berada.
Suka suka Dia mau menunaikan hajat kita kapan. Mau seminggu, sebulan, setahin dua tahun, apa peduliNya.
Lah... Kenapa kita tetap saja nggak percaya kalau rejeki Dia yang punya, Dia yang mengaturnya.