Selayaknya, salah
adalah aib. Dalam kamus besar bahasa indonesia aib diartikan sebagai:
salah, noda atau cela. Artinya aib adalah sesuatu yang harus
dihindari karena ia akan merendahkan martabat kita sebagai manusia.
Aib yang dilakukan oleh seseorang mengakibatkan kerugian bagi pihak lain. Apakah anda sepakat bahwa kita harus menghindari
aib?
Baiklah, coba bayangkan ada
seseorang yang melakukan kesalahan (aib)
yang merugikan kita. Bagaimana
perasaan kita. Suka? Tentu tidak.
Jadi kalau kita tidak ingin tersakiti oleh aib orang lain, impas kan bila kita berkomitmen untuk tidak
melaukan hal yang sama?
Sepertinya, setiap
orang sepakat bahwa aib harus dihindari.
Tetapi faktanya, tetap saja
banyak orang yang melakukannya, termasuk yang menuliskan kalimat ini. Bahkan
kalau dipikir pikir sering terlihat aneh,
karena si pelaku dosa terlihat bangga melakukannya.
Sering kita bertemu dengan orang seperti ini. Dengan penuh kebanggaan seseorang
menceritakan dosa masa lalunya, seolah olah ia ingin orang yang mendengar
ceritanya berdecak kagum. Apakah hal itu layak kita lakukan?
Oh tidak.
Apa jadinya bila orang yang mendengar cerita itu terinspirasi untuk melakukannya. Ia berdosa dan kita promotornya. Bukankah itu berarti kita juga harus
menanggung dosanya.
Nah kalau dosa itu
berkembang karena banyak yang terinspirasi untuk melagkuannya bagaimana? Terbayang nggak bagaimana keadaan kita saat
menghadapi malaikat yang bertugas menghisab amal kita.
Aib itu dosa. Berarti harus ditobati, bukan dibuka atau
diceritakan kepada khalayak ramai.
Biarlah hanya Tuhan dan kita saja yang tahu. Kalaupun kita tidak bisa memperbaikinya,
setidaknya kita berusaha memutuskan mata rantai kelangsungan dosa itu.
Manusia itu tempat salah dan dosa, begitu kita pepatah. Coba, ada nggak yang sama sekali tidak pernah
melakukan kesalahan?
Sekalipun harus kita hindari, bukan berarti kita terbebas
dari kesalahan. Dan Allah menawarkan solusi bila kita terlanjur melakukan
kesalahan yaitu : mohonlah ampun, maka
Ia akan mengampunkan. Gampang kan?
Nah kalau kita tak mungkin luput dari dosa, ya sudah nyantai aja kaau berbuat dosa. Eit tunggu dulu. Sangatlah berbeda dosa yang sengaja dilakukan
dan dosa yang tidak sengaja dilakukan.
Orang yang sengaja melakukan dosa, berarti ia sedang menantang
Tuhannya. Sementara yang melaukan dosa
karena kealpaannya/ ketidaktahunnya masih memegang ketundukan kepda
Tuhannya.
Hayo kalau anda punya dua orang anak yang sama sama
melakukan kesalahan. Anak pertama melakukan kesalahan karena ia ingin menantang
anda sedangkan anak kedua melakukan kesalahan karena ketidaktahuannya. Apaka
anda menghukum mereka dengan hukuman yang sama?
Naluri anda pasti mengatakan bahwa hukuman anak pertama harus lebih
berat karena ada unsur menantang.
Jadi, mari kita
hindari dosa, kita putus mata rantai
dosa kita dengan tidak mengeksposenya, kita bersihkan dosa kita bila sudah terlanjur kita
lakukan dengan beristighfar sebanyaknya.
Mari kita berharap Tuhan mengampuni
dosa kita dan mari memohon diberi kekuatan untuk tidak mengulanginya.
Aamiin ya robbal 'alamin.