Senin, 22 Desember 2014

Merenungi Hidup

Hidup itu anugerah. Bener kan.
Dan hidup adalah kehendak. Ini juga betul.
Segala sesuatu yang hidup itu dalam ketentuannya.
Kapan kita dihidupkan, melalui rahim siapa kita dilahirkan, dari mana dan bagaimana cara kita hidup serta kapan dan bagaimana cara hidup kita berakhir pun sudah ditentukan.
Meyakininya sangat mudah.
Coba ingat ingat untuk hal hal seperti itu bisakah kita yang mengendalikan?

Rabu, 26 November 2014

Mengenang guru di hari guru

foto guru diambil dari sini




Selamat hari guru untuk semua guru! Hari ini Selasa tanggal 25 Nopember diperingati sebagai hari Guru. Banyak hal dilakukan untuk memperingati hari guru. Mulai dari memperingati di sekolah dengan melibatkan guru sebagai petugasnya, saling mengirimkan pesan selamat dan juga  bersilaturahmi kerumah guru.
Saya juga ingin memperingati hari guru ini dengan caraku sendiri yaitu mengenang guruku.

Selasa, 19 Agustus 2014

Pahitnya buah Pare



tumis pare
Buah pare itu kalau dilihat dari bentuk luarnya nggak modis banget. Kulitnya mbregidil tak beraturan menyerupai bisul. Rasanya konon juga sangat pahit.

Maka ketika suamiku memperkenalkan tanaman berdaun menjari itu sebagai pare, aku nggak ngeh banget. Biarpun aku belum pernah ngrrasain tapi melihat tampilan fisiknya saja sudah hilang selera.

Tanaman itu ditanam di dekat pintu keluar. Si pare tumbuh dengan suburnya. Dibanding tanaman lain ia juga lebih cepat berbuah. Dahannya nlolor ke mana mana sampai keluar pagar.

"Asyik ada pare!"
Itu komentar tetanggaku yang rupanya suka makan pare.
Syukurlah ada yang doyan, pikirku. Dari pada repot memanfaatkan. Akhirnya kami sepakat buah diluar pagar dia yang olah. Sedang yang didalam pagar bagianku.

Buah pertama, dipeloyotin sja sampai berwarga kuning. Buah kedua dipetik tapi dibiarkan ngendon di dalam kulkas selama berhari hari. Akhirnya nggak tega juga. Maka mulailah cari resep olahan pare.

Lupa nemu dimana, tapi masaknya mirip dengan membuat tumis daun pepaya. Perlakuan terhadap pare sebelum dimasak diremas remas dengan garam (mungkin untuk menghilangkan rasa pahitnya). Sedang pada bumbu halusnya ditambahkan jahe dan kunyit juga ditambahkan teri.

Nggak sampai sepuluh menit masakan itu jadi. Setelah dicicipi ternyata........... Nikmat sekali.


Sekolah VS Orangtua





Masuk pondok adalah program wajib yang harus diikuti oleh semua siswa di semua tingkatan. Siswa kelas XI dan kelas XII masuk pondok selama lima hari sedangkan siswa kelas X masuk pondok selama tiga hari. Selama mereka tinggal di dalam pondok, mereka wajib mengikuti semua aturan yang berlaku di pondok tersebut, yang pasti berbeda dengan aturan yang ada di rumah ataupun di sekolah.
Di antara aturan pondok yang harus dipatuhi adalah: tidak membawa HP. Kalau ada yang membawa HP maka harus diserahkan kepada pengurus pondok untuk diamankan. Dilarang membawa uang berlebihan. Di larang memakai perhiasan yang berlebihan. Tidak boleh menerima tamu pria selama di pondok, siswa masuk pondok dan pulang saat kegiatan sudahberakhir) harus diantar jemput oleh orangtua  dan setiap siswa diwajibkan mengikuti semua kegiatan yang dilakukan di pondok. Sekolah memandang baik autran tersebut dan mendukung sepenuhnya.
Tetapi tidak demikian dengan orangtua. Banyak juga orangtua yang tidak mendukung program sekolah. Mereka seperti dengan sengaja mengabaikan peraturan yang sebetulnya justru untuk melindungi anak-anak mereka. Misalnya urusan antar jemput. Dalam edaran sudah disampaikan bahwa siswa datang ke pondok diantar oleh orangtua, demikian juga saat siswa keluar dari pondok, juga harus dijemput oleh orangtua. Peraturan ini sama sekali tidak bermaksud untuk merepotkan orang tua melainkan untuk melindungi anak-anak mereka. Bayangkan seandainya anak mereka diantar dan dijemput  cowok mereka. Mereka tidak langsung pulang ke rumah tetapi mampir ke tempat lain dan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Berapa banyak sudah kasus pelecehan seksual terjadi di luar sana yang disebabkan karena hal-hal kecil diabaikan yaitu, pemantauan orangtua.
Ada juga aturan dilarang menerima tamu laki-laki selain orangtua mereka. Aturan tidak boleh membawa HP dan harus menyerahkan HP mereka untuk diamankan selama berada di pondok. Beberapa orangtua menganggap hal ini terlalu berlebihan. Terlalu mengekang. Padahal sudah terbukti banyak anak-anak yang memanfaatkan kesempatan untuk bertemu dengan pacarnya atau berhubungan lewat sms. Dan ujungnya (hampir) selalu bencana.
Keluarga vs sekolah. Kalau keduanya saling bertentangan dan tidak sepaham dalam menentukan apa yang seharusnya untuk anak-anak, maka yang terjadi adalah benturan. Dan hal itu akan mengakibatkan pertentangan batin pada anak-anak. Mereka akan cenderung berlindung pada hal-hal yang menguntungkan mereka dan mengabaikan  yang dianggap merugikan mereka. Padahal mereka tidak (belum) sepenuhnya menyadari apa yang terbaik untuk diri mereka sendiri.
Awalnya pembiasaan baik seperti menyiksa mereka. Tetapi itulah yang terbaik untuk mereka dikemudian hari. Analog yang paling sederhana adalah ketika anak-anak sakit. Mereka diharuskan minum obat. Pahit. Mereka tidak suka. Memaksa mereka untuk tetap minum obat itu tampaknya menyiksa mereka. Tapi tindakan itu akan menyembuhkan mereka dari penyakit. Ketika anak minta sirup dan orang tua memberikannya, tampaknya tindakan itu adalah bentuk kasih sayang tapi ujungnya justru menyiksa mereka di kemudian hari.
Ketika anak-anak melanggar aturan dan mendapatkan sanksi, banyak orangtua yang tidak tega dan menginginkan anak-anak mereka terbebas dari sanksi.  Tanpa mereka sadari, tindakan mereka itu membentuk pemahaman yang sangat menjerumuskan bagi anak-anak mereka. Membentuk kepribadian yang lemah, tidak tahan uji dan mudah menyerah.
Apakah sanksi ini diberlakukan untuk semua siswa? Saya hanya ingin anak saya diperlakukan adil. Pertanyaan ini adalah bentuk lain dari protes mereka. Pembelaan secara vulgar oleh orang tua akan membuat anak-anak merendahkan institusi pendidikan. Mereka merasa memiliki pelindung yang akan meluluskan semua keinginan mereka, yaitu orangtua mereka.
Setiap yang mereka alami adalah pengalaman belajar. Pertentangan sekolah dan orangtua yang mereka saksikan secara kasat mata akan menorehkan pengalaman belajar yang buruk bagi mereka dan akan melemahkan karakter mereka.
Maka perlu sekali kerja sama antara sekolah dan orangtua untuk mengantarkan mereka menjadi orang baik dikemudian hari. Sukses dan berbakti kepada orangtua. 

Senin, 11 Agustus 2014

Jodoh tak kan lari Kemana



Ada seorang ABG yang bertanya tentang mengapa cewek pada umumnya lebih memilih cowok nakal, urakan dan tidak punya tata krama sebagai pacarnya dibandingkan dengan cowok baik gak aneh-aneh dan santun.  Pertanyaan itu ditulis di statusnya dan dikomentari oleh beberapa orang temannya. 



gambar diambil dari sini 
Aku yang sudah tidak seusia dengan mereka, tetap merasa tergelitik untuk menyimak bagaimana para ABG menyikapi masalah seperti ini. Di kelas, pertanyaan pertanyaan seperti ini tidak pernah muncul. Tidak pernah juga menjadi topik diskusi.Tetapi faktanya cukup merisaukan mereka. Ini adalah masalah penting bagi mereka. 

Mereka memperbincangkannya. Ada sebagian yang pro dan sebagian yang lain kontra. Tapi semua mempunyai argumen untuk mendukung alasan mereka.

Cowok nakal, urakan dan tak punya sopan santun atau cowok baik, sederhana dan santun adalah pilihan. Namanya pilihan dan setiap pilihan selalu berujung pada konsekwensi maka ya terserah pada sang pemilih. Karena toh yang akan menanggung konsekwensinya ya mereka sendiri. Tapi menarik untuk menyimak apa yang menjadi dasar pemikiran mereka. 

Sabtu, 12 Juli 2014

Jangan abaikan kesempatan pertama

Aku menjalani masa-masa kuliahku dengan baik, menurutku. Setiap tugas kukerjakan dan aku mendapatkan nilai yang pantas untuknya. Skripsi aku selesaikan tepat pada waktunya dan akupun mendapat nilai memuaskan.  Sungguh besar energi yang aku dedikasikan untuk masa masa belajarku.

Begitu lulus kuliah, aku ditawari pekerjaan oleh salah seorang temanku. Pekerjaan itu cukup bagus dan tentu diminati banyak orang. Tapi aku ingin rehat dulu setelah mengerahkan semua kemampuanku untuk menyelesaikan studiku. Aku ingin menikmati "hari-hari nyaman" tanpa beban. Sebentar saja. Nanti tiga empat bulan kemudian  energiku akan pulih dan aku siap mengambil kesempatan untuk bekerja.

Itu adalah curhat-an salah seorang teman lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Sampai saat ini dia (temanku itu) masih tetap dalam "hari-hari nyaman" - nya yang kemudian menjadi sangat tidak nyaman. Ia sudah berusaha mencari pekerjaan kemana-mana tetapi tak satupun ia dapatkan.

Jumat, 27 Juni 2014

TAMBAHKAN GLAZUR PADA ROTI ANDA

Jadi ingat dari buku yg pernah aku baca. Ada kalimat yang bunyinya begini: tambahkan glazur pada roti anda.

Mungkin anda mengira bahwa itu adalah petuah untuk tukang roti, agar rotinya  diminati banyak orang dan banyak orang berbondong bondong membeli rotinya.
Bisa jadi.... Bisa jadi. Tapi sebetulnya petuah itu berlaku untuk kita semuanya. Yah anggap saja kita adalah seorang pedagang yg sedang menjual "sesuatu". Pastinya kita pengen banyak orang suka/berminat dengan apa yang kita jual. Minimal mereka betah berlama-lama berkunjung ke toko kita. Betah ngobrol dengan kita. Ikhlas mendengarkan apa yang kita omongin. Nah bila kita mau seperti itu maka berilah pembeli atau calon pembeli itu sesuatu yang akan membuat mereka kembali kepada kita.
Caranya?? Yah itu tadi. Tambahkan "sesuatu" yang bikin mereka berkesan. Kesan itu tak akan mereka lupakan dan membuat mereka kembali.

Rabu, 30 April 2014

Semua Tinggal Bagaimana Cara Anda Menggunakan

Suatu ketika saat seorang teman minta ijin mengcopy beberapa  file   dan kukatakan padanya: Ok aku kirimkan filenya lewat obrolan di FB ya! wajah mereka langsung berubah menjadi masam. FB lagi... FB lagi.

Begitulah, tidak sedikit orang yang menjauhi FB karena merasa neg dengan sosmed ini. Mereka beranggapan bahwa sosmed hanya sebagai sarana untuk curcol, up date status alay, mengumpat, menebar fitnah dan lain sebagainya. Munculnya masalah yang bersumber dari FB menguatkan anggapan miring mereka tentang sosmed.

Menurutku sih nggak bisa diklaim begitu rupa ya. Bahwa sebagian besar pengguna sosmed memanfaatkannya untuk curcol dan mengumpat memang aku akui. Tetapi aku rasa kita tidak harus ikut-ikutan seperti mereka. Banyak kok orang-orang yang memanfaatkan sosmed untuk hal-hal positif.

Para pengguna sosmed yang memiliki kesamaan minat membentuk grup, baik grup terbuka maupun grup tertutup. Masuk dalam grup yang mewadahi minat kita sangat menyenangkan. Di sana kita bisa berbagi ilmu.

Misalnya nih, aku sebagai guru kimia masuk menjadi anggota grup "Guru Kimia". Dalam grup itu aku bisa terlibat dalam diskusi atau cukup sebagai penyimak saja. Biarpun hanya sebagai penyimak tapi ilmunya dapat banget lo. Apa lagi kalau topik diskusinya sesuatu yang penting dan melibatkan pakar-pakar di bidangnya. Wah.... seperti berada di ruang seminar yang dihadiri oleh para pakar. Dengan menyimak diskusi mereka, aku yang semula tidak tahu jadi tahu. Apa lagi kalau bisa terlibat, wah seru sekali.

Pernah nih, waktu aku mendapat soal yang sulit dan aku share dalam grup itu. Kemudian ditanggapi oleh anggota-anggota lain. Kami saling melempar pertanyaan, melempar pendapat, berargumentasi sampai akhirnya kami mendapatkan jawabannya. Ini sungguh luar biasa. Belajar menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Seperti berada dalam sebuah forum ilmiah yang keren dan berbincang dengan orang hebat.

Aku juga menjadi anggota grup belajar merajut. Sebuah grup yang mewadahi kelompok orang-orang yang mempunyai hobi merajut. Ini juga tidak kalah seru. Anggota-anggota grup ini berlomba men-share karya mereka yang membuat anggota lain ngiler abis. Pengen membuat karya yang sama. Anggota-anggota grup ini juga saling berbagi ilmu, sehingga anggota yang sangat awam sekalipun menjadi bisa. Anggota-anggota yang sudah mahir menjadi mentor bagi anggota-anggota yang masih mulai belajar. Dan semua itu gratis. Bahkan kalau mau dilanjut untuk bisnis sekalipun sangat terbuka lebar karena beberapa anggota yang terlibat didalamnya memang pelaku bisnis.

Nah jadi kalau orang beranggapan pengguna sosmed itu orang-orang yang kurang kerjaan, menurutku kok nggak seratus persen bener ya. Semua tergantung dari bagaimana cara kita menggunakannya. Kalau mau menggunakannya untuk hal-hal positif sangat terbuka lebar kok. Pinter-pinter saja menggunakannya.

Ibarat pisau, kalau mau digunakan  mengiris daging untuk kemudian memasaknya menjadi masakan lezat ya jadinya manfaat. Tapi kalau mau digunakan untuk mengiris tangan sendiri ya jadinya masuk rumah sakit deh.

Kalau menurut pendapat anda?

Jumat, 28 Maret 2014

MESM





“Pelaksanaan kegiatan Mesm kali ini sangat menyenangkan. Pesertanya termasuk kategori enak diatur”. Begitu komentar salah seorang crew kegiatan Mesm yang diselenggarakan di Radio Mayangkara hari ini, Kamis tanggal 27 Maret 2014. Komentar senada disampaikan lagi di akhir acara. Ketika guru pendamping berdiri berjajar di depan dan peserta berjalan merambat bergantian menyalami beliau-beliau, kembali salah seorang crew memberikan komentar positifnya. “Hari ini guru pendampingnya banyak sekali. Ini menunjukkan bahwa guru-guru kalian sangat peduli  pada kalian”

Tentu saja, komentar-komentar itu membuat dada saya terasa sangat sesak karena bangga. Sebagai salah satu bagian dari institusi ini, apesiasi positif itu tentu merupakan bentuk pengakuan terhadap prestasi kami. Bangga juga karena menjadi guru dari anak-anak yang “dilihat” baik meski dalam keseharian diperlukan perjuangan dan deraian air mata untuk mewujudkan semua itu.

Rabu, 12 Maret 2014

BERBOHONG BUKANLAH PILIHAN





 sumber gambar dari sini
 
Ketika anda berbohong, melalui diri anda, dunia melabeli anda sebagai Pembohong. Sementara di tempat berbeda guru bijak menasehati muridnya: Jauhi Pembohong.

Dengan kata lain sebagai seorang pembohong, kavling anda di dunia ini semakin sempit. Anda tak akan bebas bergerak karena dimanapun anda berada anda akan berbenturan dengan dinding keras, kavling orang lain. Itulah sebabnya maka disarankan kepada anda tidak berbohong.
Anda pasti sudah sering mendengar bahwa nasihat pertama Nabi untuk seorang yang ingin bertaubat adalah : Jangan berbohong. Berbohong itu adalah pintu dari banyak dosa. Seorang pembunuhpun mengawali kejahatannya dengan berbohong.

Ibu, Ayo Dampingi Anak-Anak Menghadapi UN 2014



 
Moment ujian pengakhiran selalu penting. Banyak kegiatan yang harus dikerjakan dan membuat jadwal kerja menjadi padat luar biasa. Tetapi kali ini bukan masalah pekerjaan utama yang membuat “istimewa”.  Ah tidak bisa dikatakan bukan utama juga sih.

Tahun ini, anak kedua mempersiapkan diri alih jenjang pendidikan. Wush... istilahnya terlalu keren kali ya. Dia cuma akan berpindah jenjang dari jenjang pendidikan dasar akhir ke jenjang pendidikan menengah. Dari setingkat  SMP ke tingkat SMA.  

Perjuanganku dimulai dari awal semester ganjil. Aku melihat dia sangat tidak antusias dengan urusan belajar. Selalu ada kegiatan lain yang menyita perhatiannya. Kurasa dia memang berkebutuhan khusus. Dia bisa bertahan beberapa jam berada di depan PC jadulnya untuk melakukan apa saja. Minatnya pada desain grafis membuatku merasa menghadapi dilema.

Sabtu, 15 Februari 2014

Gunung Kelud Meletus




Sejak beberapa minggu  yang lalu, terutama setelah letusan Gunung Sinabung, berita tentang  meningkatnya aktifitas Gunung kelud juga semakin santer. Antara percaya dan tidak. Masalahnya cuaca. Pada saat letusan efusif tahun 2007, cuaca benar-benar ekstrem. Suhu udara di siang hari sangat sangat sangat panas.  Berada di luar atau di dalam ruangan sama saja. Panas sekali. Tapi kali ini tidak terlalu. Kami merasakan panas yang menyengat tetapi tidak seperti tujuh tahun yang lalu.

Tanggal 12 Pebruari diberitakan status gunung kelud menjadi Siaga. Dari urutan kelima naik menjadi urutan kedua setelah Sinabung. Dalam hati masih tenang juga. Tanggal 13 Pebruari  di sekolah berdiri tenda penanggulangan bencana. Persiapan Gunung Kelud meletus. Malam hari  status Gunung Kelud meningkat menjadi   awas dan akhirnya selang beberapa jam Gunung meletus. 

Senin, 03 Februari 2014

Mengapa Rajut?



Kesannya aku heboh banget dengan urusan yang satu inj, merajut! Tidak hanya keranjingan mengumpulkan pola rajut sebanyak-banyaknya, browsing-browsing benang dan alat rajut (dengan harapan besar: semoga bisa membelinya) tetapi juga semangat menarik orang lain untuk belajar juga merajut. Apa ini bukan euforia sesaat, Yang akan hilang beberapa saat kemudian. Yang akan pingsan dalam waktu yang lamaaaa dan akan siuman kembali entah kapan?

May be yes, may be no! Aku merasa, ilmu merajut ini perlu dilestarikan. Berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang memang sengaja di pelajari di tempat-tempat khusus, ilmu merajut ini tidak banyak ditemui di masa sekarang ini. Mungkin orang menganggap ilmu tidak terlalu penting ya. Tapi entahlah, menurutku ilmu ini sangat keren.

Aku seperti disadarkan bahwa kreasi rajut ini terus berkembang dan akan selalu memikat. Dulu aku menganggap rajutan itu sesuatu yang biasa saja. Setahuku hanya untuk syal, tas, topi dan sepatu bayi. Paling-paling barang-barang rajutan yang begitu-begitu saja. Tetapi anggapan itu sama sekali tidak benar. Ketika berselancar ke dunia maya, nyasar-nyasar ke rumah orang, mataku seperti terbuka lebar bahwa dunia rajut bener-bener keren. Benda-benda  rajutan sangat beragam dan elegant. Tidak sedikit orang yang menekuni bisnis benda-benda rajutan dan sukses.

 Sementara, menurutku tak banyak dilakukan dengan sengaja usaha untuk mentransfer ilmu ini dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya. Banyak saja kendalanya. Yang orang tua tidak mau mengajari anaknya atau juga yang si anak tidak mau diajari orangtuanya. Keduanya akan berdampak sama. Rantai ilmu itu terputus. Terbayang saja di benakku, bila suatu ketika nanti orang sangat menginginkan mendapatkan ilmu tentang merajut ini mereka harus mendatangi tempat yang jauh dan harus mengeluarkan biaya yang sangat besar. Nah loh! Ironis bukan? Padahal sebetulnya orangtua mereka mempunyai ilmu tersebut.

Maka, senyampang aku adalah orang yang sediiikit sekali mengenal ilmu ini, pengen rasanya membagi kepada orang lain. Meski anak-anakku sendiri menjawab tawaranku begini: belum tertarik! Aku memang tidak boleh memaksa orang lain untuk tertarik dengan apa yang aku lakukan, termasuk kepada anak sendiri. Tapi kurasa aku harus terus menawarkan kepada siapapun. Baik secara terang-terangan atau dengan tidak terang-terangan. Terang-terangan itu misalnya dengan mengatakan: ayo pengen belajar merajut nggak? Aku mau lo ngajari. Nah yang tidak terang-terangan itu misalnya dengan memamerkan hasil rajutanku. Yah siapa tahu ketika mereka melihat mereka tertarik untuk belajar. (modus banget kedengarannya, ha.... ha....)










Jumat, 17 Januari 2014

Menjadi Nasabah BRI Itu Harus Sabar




  
gambar diambil dari sini

Menjadi nasabah BRI itu harus sabar, itu kesimpulan dan petuahku untuk diriku sendiri.  Itu karena seringkali  aku harus meluangkan waktu ekstra untuk menyelesaikan urusan di sana. Mungkin jumlah tenaga yang terbatas. Mungkin sarana yang ada terbatas. Mungkin jumlah nasabah yang terlalu banyak. Mungkin permasalahan yang dihadapi lebih kompleks. Karena kan BRI ini melayani segala lapisan masyarakat. Baik yang sudah benar-benar melek teknologi maupun yang masih agak melek teknologi.

Rabu, 15 Januari 2014

Belajar yang sesungguhnya adalah berlatih



Berlatih adalah satu-satunya cara untuk membuat patung yang anda pahat terlihat lebih baik dari pada patung orang lain

Melakukan sesuatu secara berulang-ulang dan terus menerus itulah yang saya sebut dengan berlatih. Aku sudah memiliki ketrampilan dasar merajut sejak masih duduk di SD. Aku tidak ingat kelas berapa ibuku mulai mengajarkan ketrampilan ini. Ibuku mengajariku dengan ketrampilan paling dasar. Mulai dari cara memegang hakpen, menggulung benang di jari telunjuk dan  membuat tusuk rantai. 

Minggu, 12 Januari 2014

Proyekku


Huah... akhirnya kesampaian juga pakai bros rajut.
Lah... memang ada apa dengan bros rajut??

Belakangan ngetrend banget bros rajut. Dasarnya sih aku bisa merajut, meski nggak pinter-pinter amat.

Begitu lihat bros rajut, sempat penasaran gimana sih cara bikinnya. Sudah coba-coba sendiri nggak jadi.
Sempat browsing dan mendapatkan tutorialnya di youtube tambah bingung.

Sementara rasa penasaran itu tetap menghantui juga. Sampai-sampai dalam hati bilang: nggak bakalan pakai bros rajut kalau bukan bikinan sendiri.

Wuih ekstrim ya.

Itu karena aku yakin seyakin-yakinnya  bahwa aku bakalan bisa membuatnya sendiri. Cuma, belum ketemu caranya. Nah sejak saat itu, setiap kali ada teman yang pakai bros rajut pengennya melotot aja.

Sampailah Tuhan mempertemukanku dengan ibunya Dayu. Beliau mengaku bisa membuat bros rajut dan menawarkan diri  ngajarin aku.
Akupun nggak menyia-nyiakan tawaran itu.

Begitu liburan tiba, aku menembus hujan dengan ditemani dwi Indah. Rumahnya nggak dekat lo. Kami harus menenpuh jarak yang lumayan jauh. Harus melewati jembatan tak berbatas, bikin ngeri waktu melewatinya.

Dwi Indah dengan sabar menungguiku "berguru" membuat bros bunga. Hasilnya... super puas.
Ini dia!


Akhirnya bisa juga pakai bros bunga buatan sendiri.
Ternyata bikin bros rajut nggak begitu sulit kok. Waktu yang dibutuhkan juga nggak begitu lama.






Eh nggak hanya bikin bros pelajarannya, tetapi juga tas rajut.
Ini adalah impianku dari dulu, membuat tas rajut dan belum kesampain juga.


Ini adalah tas kamera ami.


Dia request tas kecil yang bisa muat kamera dan HP.  Bikinnya tanpa pola dan sedikit ngawur.
Tapi hasilnya nggak terlalu jelek kan.

Begitu tahu adiknya dibikinin tas, kiki jadi ikut-ikutan request. Boleh-boleh saja biar tambah terampil. Dia pilih warna ungu. Aku tawarin untuk dikombinasi dengan warna putih.

Ini dia.



Semoga tidak mengecewakan.

Sekarang jadi kecanduan merajut. Semua pengen dibikin rajutan.  Dari browsing-browsing  rajutan bisa dijadiin beragam barang. Modelnya juga macam-macam.

Mulai belajar mengenal istilah-istilah crochet dan memperbanyak pengetahuan tentang tusuk-tusuk dasar.

Sekarang mulai mempersiapkan proyek berikutnya, sepatu bayi.
Semoga berhasil.

Kejutan Hari ini

Benar-benar kejutan.
Dunia maya mempertemukanku dengan beberapa teman lamaku, teman semasa kuliah.

Awalnya, ketika sedang browsing-browsing pola rajut, ada seseorang yang add aku. Setelah kulihat aku kenal sekali dengan namanya. Wajahnya lupa-lupa ingat. Teman kuliah. Tanpa pikir panjang aku segera mengkonfirm.

Konfirmasi dilanjutkan dengan chating.  Kami ngobrol lumayan "gayeng" Saling menanyakan kabar berita. Nanyain anak juga. Sempat juga saling ingetin masa lalu. Ah jadi kangen masa itu.

Sembari chatting aku mulai ngubek-ubek temannya,  dan menemukan teman-teman lama di sana.  Sudah lama ya nggak ketemu mereka. Duapuluh dua tahun!! Waktu yang sangat lama. Pantesan bentuknya sudah berubah semua. Padahal di benakku mereka masih seperti jaman itu. Jaman masih kuliah.

Dari pertemuan itu (meski hanya lewat dunia maya) lamunanku sempat melayang ke  masa itu. Kos di perkampungan sempit. Berjalan kaki pulang balik kampus-tempat kos di bawah sinar matahari yang menyengat. Keluar masuk lab kimia organik yang pengap. Menghadapi dosen yang menegangkan dan menghadapi kiriman yang tersendat-sendat.

Setelah sekian lama, akhirnya bisa saling menyapa meskipun hanya melalui sosial media.

Sabtu, 04 Januari 2014

Gas Elpiji Langka


Gas Elpiji langka. Benar-benar langka. Sudah beberapa hari pasokan gas elpiji 3,5 kg habis bis bis. Setelah berkali-kali nolak pembeli, hari ini giliran kami yang kehabisan gas melon itu. Padahal kami sudah hemat-hematin itu gas, tetap saja kalau sudah waktunya habis ya habis.