Masuk
pondok adalah program wajib yang harus diikuti oleh semua siswa di semua
tingkatan. Siswa kelas XI dan kelas XII masuk pondok selama lima hari sedangkan
siswa kelas X masuk pondok selama tiga hari. Selama mereka tinggal di dalam
pondok, mereka wajib mengikuti semua aturan yang berlaku di pondok tersebut,
yang pasti berbeda dengan aturan yang ada di rumah ataupun di sekolah.
Di
antara aturan pondok yang harus dipatuhi adalah: tidak membawa HP. Kalau ada
yang membawa HP maka harus diserahkan kepada pengurus pondok untuk diamankan.
Dilarang membawa uang berlebihan. Di larang memakai perhiasan yang berlebihan.
Tidak boleh menerima tamu pria selama di pondok, siswa masuk pondok dan pulang
saat kegiatan sudahberakhir) harus diantar jemput oleh orangtua dan setiap siswa diwajibkan mengikuti semua
kegiatan yang dilakukan di pondok. Sekolah memandang baik autran tersebut dan
mendukung sepenuhnya.
Tetapi
tidak demikian dengan orangtua. Banyak juga orangtua yang tidak mendukung
program sekolah. Mereka seperti dengan sengaja mengabaikan peraturan yang
sebetulnya justru untuk melindungi anak-anak mereka. Misalnya urusan antar
jemput. Dalam edaran sudah disampaikan bahwa siswa datang ke pondok diantar
oleh orangtua, demikian juga saat siswa keluar dari pondok, juga harus dijemput
oleh orangtua. Peraturan ini sama sekali tidak bermaksud untuk merepotkan orang
tua melainkan untuk melindungi anak-anak mereka. Bayangkan seandainya anak
mereka diantar dan dijemput cowok
mereka. Mereka tidak langsung pulang ke rumah tetapi mampir ke tempat lain dan
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Berapa banyak sudah kasus pelecehan
seksual terjadi di luar sana yang disebabkan karena hal-hal kecil diabaikan
yaitu, pemantauan orangtua.
Ada
juga aturan dilarang menerima tamu laki-laki selain orangtua mereka. Aturan
tidak boleh membawa HP dan harus menyerahkan HP mereka untuk diamankan selama
berada di pondok. Beberapa orangtua menganggap hal ini terlalu berlebihan.
Terlalu mengekang. Padahal sudah terbukti banyak anak-anak yang memanfaatkan
kesempatan untuk bertemu dengan pacarnya atau berhubungan lewat sms. Dan
ujungnya (hampir) selalu bencana.
Keluarga
vs sekolah. Kalau keduanya saling bertentangan dan tidak sepaham dalam
menentukan apa yang seharusnya untuk anak-anak, maka yang terjadi adalah
benturan. Dan hal itu akan mengakibatkan pertentangan batin pada anak-anak. Mereka akan
cenderung berlindung pada hal-hal yang menguntungkan mereka dan mengabaikan yang dianggap merugikan mereka. Padahal mereka tidak (belum) sepenuhnya
menyadari apa yang terbaik untuk diri mereka sendiri.
Awalnya
pembiasaan baik seperti menyiksa mereka. Tetapi itulah yang terbaik untuk
mereka dikemudian hari. Analog yang paling sederhana adalah ketika anak-anak
sakit. Mereka diharuskan minum obat. Pahit. Mereka tidak suka. Memaksa mereka
untuk tetap minum obat itu tampaknya menyiksa mereka. Tapi tindakan itu akan
menyembuhkan mereka dari penyakit. Ketika anak minta sirup dan orang tua
memberikannya, tampaknya tindakan itu adalah bentuk kasih sayang tapi ujungnya
justru menyiksa mereka di kemudian hari.
Ketika
anak-anak melanggar aturan dan mendapatkan sanksi, banyak orangtua yang tidak
tega dan menginginkan anak-anak mereka terbebas dari sanksi. Tanpa mereka sadari, tindakan mereka itu
membentuk pemahaman yang sangat menjerumuskan bagi anak-anak mereka. Membentuk
kepribadian yang lemah, tidak tahan uji dan mudah menyerah.
Apakah
sanksi ini diberlakukan untuk semua siswa? Saya hanya ingin anak saya
diperlakukan adil. Pertanyaan ini adalah bentuk lain dari protes mereka. Pembelaan
secara vulgar oleh orang tua akan membuat anak-anak merendahkan institusi
pendidikan. Mereka merasa memiliki pelindung yang akan meluluskan semua
keinginan mereka, yaitu orangtua mereka.
Setiap yang mereka alami adalah pengalaman belajar. Pertentangan sekolah dan orangtua yang mereka saksikan secara kasat mata akan menorehkan pengalaman belajar yang buruk bagi mereka dan akan melemahkan karakter mereka.
Maka perlu sekali kerja sama antara sekolah dan orangtua untuk mengantarkan mereka menjadi orang baik dikemudian hari. Sukses dan berbakti kepada orangtua.