Rabu, 17 Mei 2017

Kehilangan Itu Menyakitkan


Ide sudah ada di kepala. Bahkan, beberapa kalimat penting sudah berjajar rapi siap dituangkan. Tetapi raa malas muncul. Nanti sajalah. Srbentr lagi. Nyantai dulu. Malas buka tab. Ngantuk. Akhirnya tulsan itu tidak pernah ada. 

Ketika kesempatan sudah ada. Tab sudah ditangan. Jari jari sudah siap di atas keypad, ide itu hilang tak berbekas. 
Kalau sudah begitu, tinggalah penyesalan yang tak berguna. Seringkali rasa malas itu merusak segalanya. Ah bukan hanya seringkali tetapi selalu. Rasa malas membuat saya sering menunda pekerjaan dan kehilangan berbagai kesempatan. 

Ketika kesadaran datang, saya seperti orang waras. Membuat list pekerjaan dan tugas tugas yang harus saya selesaikan. Tetapi bila rasa malas datang list yang sebegitu banyak terabaikan. Saya seperti orang yang tidak punya  beban, tidak punya tugas yang harus dikerjakan. Benar benar free. Maka peganglah HP. Cek wa, cek notifikasi FB. Baca komentar dan status yang berseliweran. Membaca berita apa saja. Bukankah semua itu hanya layak dikerjakan oleh mereka yang sudah tak punya beban? Nah masalah akan muncul pada saat saya harus berhadapan dengan deadline.  

Menurut saya, perjuangan paling berat adalah melawan rasa malas. Rasa malas itu seperti kekuatan yang sangat besar dan sulit dikalahkan. Saya harus memiliki energi yang lebih besar untuk melawannya. Celakanya kedua kekuatan itu ada di dalam diri saya. 

Apakah anda setuju?