Minggu, 04 Juni 2017

Hanya Seandainya

Beberapa hari ini membuka gurusiana.com sulitnya minta ampun. Dalam hati saya bertanya-tanya. Apakah hal itu karena blog guru ini sedang diburu banyak orang, sedang dalam perbaikan atau mungkin perangkat saya yang bermasalah. Ya sudahlah. Kan masih ada rumah yang lain. Di sini saja, di rumah sendiri. 

Ha...ha... kalau di sana kn tempat kos. Kos yang tidak usah bayar. Enaknya. 

Istana gebang



Kadang saya berandai - andai. Seandainya tugas guru itu hanya mentransfer ilmu saja, betapa nyamannya. Seandainya jam kerja guru itu hanya 10 jam sehari, betapa enaknya. 

Yah sekali lagi itu tadi hanya pengandaian saja. Saya sadar kok kalau itu  seperti mimpi di siang bolong saja. 

Berdasarkan pengalaman saya, guru itu sebuah totalitas. Obyek dari pekerjaan seorang guru adalah siswa. 

 Tugas guru ternyata tidak hanya memindahkan apa yang ada di dalam pikirannya ke dalam pikiran siswa. Tidak. 

Bagian terpenting dan tersulit dari tugas guru adalah keteladanan. Guru harus mentransfer nilai nilai melalui dirinya sendiri. Tidak ada akting di sini. Karakter guru adalah tolok ukur dari karakter siswa. Singkat kata, kalau ingin muridnya baik, sang guru harus menunjukkan melalui dirinya, yang dimaksud baik itu seperti apa?

Mengapa ini saya sebut paling sulit. Ya karena di sini, guru harus memastikan bahwa dirinya baik. Padahal yang seperti itu sulit sekali dilakukan. Manusia itu kan pandai berbicara tetapi sulit menerapkan.  Termasuk guru. 

Urusan keteladanan ini saja rumitnya luar biasa. Belum lagi kalau harus berurusan dengan lingkungan siswa semisal orangtua, masyarakat dan komunitas mereka. 

Mengapa harus "kesana-sana"? Ya...karena siswa itu bagian dari masyarakat. Setiap siswa membawa masalah yang erat hubungannya dengan lingkungan mereka. 

Jadi   urusan guru itu tidak hanya urusan murid saja.  Misalnya begini, guru mendapati seorang siswa prestasi belajar kurang. Ini adalah titik awal. Kemudian guru mengamati dan menganalisis penyebabnya. Apakah karena faktor internal atau faktor ekternal. 

Faktanya,   penyebab rendahnya prestasi belajar seringkali  disebabkan oleh lingkungan. 

Dalam hal karakter juga demikian. Ketika guru mendapatkan karakter siswa tidak baik, hasil telusur yang dilakukan guru menunjukkan bahwa penyebab yang dominan berasal dari lingkungan siswa. 

Lingkungan terdekat siswa adalah orangtua. Maka muncullah interaksi guru, siswa dan orangtua. Kalau visi guru dan orangtua terhadap pendidikan siswa sama, keduanya akan langsung bersinergi. Bekerjasama memikirkan langkah strategis untuk menguatkan karakter atau prestasi belajar si anak. 

Lah yang jadi masalah itu kalau visi guru dan orangtua ngalor ngidul. Guru ke sana orangtua ke sini. Ini bukan perkara mudah. Akan terjadi fitnah di sana sini. 

Inilah yang membuat beban kerja guru semakin bertambah. Urusan berkembang sehingga jam kerja gurupun bertambah. 

Mengeluhkah saya sebagai guru? Tidak! Ini adalah resiko sebuah pekerjaan. Masih banyak hal hal menyenangkan dibnding hal hal tidak menyenangkan seperti itu. Sekali lagi, yang saya tulis diatas hanyalah pengandaian saja. Sekedar mengalihkan rasa penat. Sekedar memompa energi untuk esok hari. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar