Minggu, 02 Oktober 2016

Ingat Ingat


Sepanjang hari, sepanjang waktu kita bertemu dengan banyak orang. Keluarga, teman kerja, teman komunitas, tetangga atau  siapa saja yang kebetulan kita temui. Yah mungkin ketemu saat antri beli tiket atau nunggu antrian di bank. Itulah kita. Makanya kita dinamakan makhluk sosial karena kita adalah bagian dari masyarakat.

Dewasa ini kita memasuki kelompok sosial offline dan online. Hampir sama menurutku. Di sana, di dunia maya juga berkumpul simbol simbol masyarakat. Meski hanya foto yang terlihat tetapi dibalik itu, ada manusia yang mempunyai hati dan perasaan. Mereka bisa sakit hati juga.

Kadang kita terlibat atau hampir terlibat konflik. Bersitegang dengan orang lain karena berbeda pendapat atau tidak sepakat dengan mereka. Kita kecewa. Terus kita ungkapkan kekecewaan itu di mana-mana. Pada saat itulah kita terjerumus dalam ghibah atau bahkan fitnah. Kalau kita lakukan itu secara offline, mungkin yang mendengarkan dan ikut berkonspirasi satu, dua, tiga, empat atau lima orang. Tapi kalau kita status-in kekecewaan itu dimedia sosial, berapa puluh, berapa ratus bahkan berapa ribu yang akan membacanya, menyukainya dan mengomentarinya. Wah jadi semakin besar dong dosa kita.



Padahal, namanya pendapat belum tentu pendapat kita yang paling benar. Belum tentu sangkaan kita kepada orang lain itu benar. Belum tentu orang yang kita lihat buruk itu sesungguhnya buruk. Ah, jadi ingat pernah membaca sebuah cerita tentang seorang laki-laki yang suka masuk ke tempat pelacuran untuk menghindarkan pelacur dari dosa. Ia membooking pelacur dengan uangnya tetapi tidak "memakainya". Ia masuk ke warung warung miras, membeli dan membuangnya. Istrinya menegur dan mengatakan: aku kuatir orang akan membencimu. Mungkin bila kamu mati, tak akan ada orang yang melayatmu. Laki-laki itu menjawab, biarlah. Raja mereka yang akan menguburkan mayatku. Benar saja, ketika laki-laki itu meninggal tak ada seorangpun yang menyentuh jenazahnya, tetapi seorang pembesar datang untuk mengurusnya. Katanya, pembesar itu mendapat petunjuk melalui mimpinya.

Cerita itu sangat membekas dan selalu terngiang dibenakku. Pandangan seseorang kepada orang lain sangat mungkin salah. Kalaulah kita menyangka seseorang buruk dan ternyata memang buruk, okelah. Tapi kalau ternyata yang kita sangkakan buruk ternyata baik bagaimana. Kita dapat zonk kan.

Jadi, marilah kita jauhi buruk sangka. Kalau kita melihat orang berlaku buruk di depan kita, istighfar. Kita panjatkan doa semoga kita terhindar dari perbuatan seperti itu. Semoga Dia tetap memelihara kita dalam kebaikan dan bila kita melakukan dosa Dia ampunkan dosa kita. Rasanya itu lebih menenangkan hati kita.

Di medsos, buatlah status yang baik-baik saja. Bayangkan ketika orang lain membaca status kita, hati mereka tenang, kesedihan mereka berkurang dan mereka tercerahkan. Kalau tidak ada kata kata baik yang dapat kita tuliskan, bagikan hal hal baik yang bermanfaat. Siapa tahu ada dari situ ada kebaikan yang dicatat untuk kita aamiin.

#Tulisaninidiperuntukkanuntukdirisendiri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar