Sabtu, 03 November 2012

Si Rajin Vs Si Malas


Kurasa di setiap tempat di mana kita bekerja selalu ada dua tipe manusia. Yaitu manusia yang rajin bekerja dan manusia yang malas. Awalnya semua berjalan biasa saja. Tapi lama kelamaan, yang bekerja rajin tidak betah juga. Mereka berpikir, rugi dong kita. Bekerja lebih rajin tapi gajinya sama saja dengan yang malas bekerja. Maka yang rajinpun menjadi malas. Maka menjadi semakin banyaklah orang yang malas. Malas  berjamaah.  Inilah awal dari sebuah kehancuran suatu sistim.

Bagaimana di tempat kerja anda? Apakah terjadi hal yang sama? Termasuk tipe yang bagaimana anda? Benarkah kita menderita kerugian hanya karena orang lain tidak bekerja serajin kita?  Coba renungkan baik-baik. Logikanya, kalau kita rugi tentu kita kehilangan sesuatu. Lah kalau kita bekerja rajin, sementara yang lain malas bekerja kita kehilangan apa? Tak ada sesuatupun yang hilang dari kita. Kita tetap mendapatkan gaji sesuai dengan hak kita. Tidak sedikitpun berkurang.  Tidak juga diambil oleh teman kita yang malas bekerja. Lalu, dimana letak kerugiannya.
Sebetulnya mana yang lebih beruntung sih orang yang bekerja rajin dan orang yang bekerja malas? Ok, mari kita lihat dari kaca mata orang lain yang berkepentingan dengan si malas dan si rajin. Kita renungkan dan jawab beberapa pertanyaan di bawah ini:
1.       Bila dua orang datang kepada anda, si malas dan si rajin, memohon kepada anda untuk memberi mereka pekerjaan,  siapakah yang akan anda terima sebagai pekerja anda?
2.       Kalau kita menjadi seorang pimpinan yang mempunyai dua orang staf. Si rajin dan si pemalas. Kemudian  kita mendapatkan rizki berlebih dan ingin berbagi dengan mereka, kepada siapa kita akan bersedekah?
3.       Kalau kita seorang pimpinan yang mendapat berita tentang kesempatan mengambil beasiswa bagi staf kita, mana yang kita beri kesempatan lebih dulu staf yang rajin atau yang malas?
4.       Kalau kita seorang pimpinan, karyawan mana yang akan kita promosikan lebih dulu, mereka yang rajin atau yang malas?
5.       Kalau kita seorang guru, kepada siapa penghargaan yang lebih besar harus kita berikan, kepada murid yang malas atau murid yang rajin?
Pasti kita semua sepakat (karena memang begitulah yang lazim terjadi) bahwa yang rajinlah yang akan menjadi prioritas utama. Kita memilih karyawan yang rajin untuk mendapatkan promosi lebih dulu, mendapatkan kesempatan mengambil beasiswa lebih awal, dan mendapatkan perhatian dari kita. Jawaban  itu menunjukkan bahwa, bagaimanapun orang yang rajin akan mendapatkan derajat lebih tinggi dari mereka yang malas bekerja. Orang yang rajin akan mendapatkan “sesuatu”  yang tak akan  pernah diperoleh oleh mereka yang malas bekerja.  Apa itu? Kesempatan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Perhatian yang lebih besar. Kepedulian yang lebih tinggi. Bila dihitung, semua itu lebih besar nilainya bila dibandingkan dengan insentif yang bernama rupiah.
Maka, akankah kita tukar keberuntungan yang sedemikian besar itu dengan “secuil kerugian” karena sakit hati melihat teman yang malas bekerja.  Jangan!! Terlalu sayang bila anda melakukan tindakan bodoh itu. Pesan Pak Mario Teguh: Jangan rendahkan diri anda hanya karena orang lain rendah.  Tentukan sendiri nilai diri anda. Anda yang akan menerima konsekwensinya.
Maka, bila anda orang yang rajin, pertahankanlah kerajinan anda. Abaikan teman yang malas bekerja. Fokuskan diri anda pada hasil kerja anda, bukan yang lain. Anda tidak akan menderita kerugian. Justru anda akan mendapat keuntungan yang sangat besar dalam kehidupan anda nantinya.


   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar