Kurasa di setiap tempat di mana
kita bekerja selalu ada dua tipe manusia. Yaitu manusia yang rajin bekerja dan
manusia yang malas. Awalnya semua berjalan biasa saja. Tapi lama kelamaan, yang
bekerja rajin tidak betah juga. Mereka berpikir, rugi dong kita. Bekerja lebih
rajin tapi gajinya sama saja dengan yang malas bekerja. Maka yang rajinpun menjadi
malas. Maka menjadi semakin banyaklah orang yang malas. Malas berjamaah.
Inilah awal dari sebuah kehancuran suatu sistim.
Sebetulnya mana yang lebih
beruntung sih orang yang bekerja rajin dan orang yang bekerja malas? Ok, mari kita
lihat dari kaca mata orang lain yang berkepentingan dengan si malas dan si
rajin. Kita renungkan dan jawab beberapa pertanyaan di bawah ini:
1.
Bila dua orang datang kepada anda, si malas dan
si rajin, memohon kepada anda untuk memberi mereka pekerjaan, siapakah yang akan anda terima sebagai pekerja
anda?
2.
Kalau kita menjadi seorang pimpinan yang
mempunyai dua orang staf. Si rajin dan si pemalas. Kemudian kita mendapatkan rizki berlebih dan ingin
berbagi dengan mereka, kepada siapa kita akan bersedekah?
3.
Kalau kita seorang pimpinan yang mendapat berita
tentang kesempatan mengambil beasiswa bagi staf kita, mana yang kita beri
kesempatan lebih dulu staf yang rajin atau yang malas?
4.
Kalau kita seorang pimpinan, karyawan mana yang
akan kita promosikan lebih dulu, mereka yang rajin atau yang malas?
5.
Kalau kita seorang guru, kepada siapa penghargaan
yang lebih besar harus kita berikan, kepada murid yang malas atau murid yang
rajin?
Pasti kita semua sepakat (karena
memang begitulah yang lazim terjadi) bahwa yang rajinlah yang akan menjadi
prioritas utama. Kita memilih karyawan yang rajin untuk mendapatkan promosi
lebih dulu, mendapatkan kesempatan mengambil beasiswa lebih awal, dan
mendapatkan perhatian dari kita. Jawaban itu menunjukkan bahwa, bagaimanapun orang yang
rajin akan mendapatkan derajat lebih tinggi dari mereka yang malas bekerja. Orang
yang rajin akan mendapatkan “sesuatu”
yang tak akan pernah diperoleh
oleh mereka yang malas bekerja. Apa itu?
Kesempatan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Perhatian yang lebih
besar. Kepedulian yang lebih tinggi. Bila dihitung, semua itu lebih besar
nilainya bila dibandingkan dengan insentif yang bernama rupiah.
Maka, akankah kita tukar
keberuntungan yang sedemikian besar itu dengan “secuil kerugian” karena sakit
hati melihat teman yang malas bekerja. Jangan!!
Terlalu sayang bila anda melakukan tindakan bodoh itu. Pesan Pak Mario Teguh:
Jangan rendahkan diri anda hanya karena orang lain rendah. Tentukan sendiri nilai diri anda. Anda yang
akan menerima konsekwensinya.
Maka, bila anda orang yang rajin,
pertahankanlah kerajinan anda. Abaikan teman yang malas bekerja. Fokuskan diri
anda pada hasil kerja anda, bukan yang lain. Anda tidak akan menderita
kerugian. Justru anda akan mendapat keuntungan yang sangat besar dalam
kehidupan anda nantinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar