Apa yang anda rasakan ketika
beberapa orang membicarakan anda di belakang anda. Mereka membicarakan apa yang
anda lakukan dengan suara dikeras-kerasin. Mereka tidak mengajak anda bicara
tetapi suara mereka dipastikan agar telinga anda mendengar. Apakah anda marah? Apa yang anda lakukan bila
anda berada pada kondisi seperti itu?
Dua hari yang aku mengalaminya.
Jarak antara aku dan mereka hanya beberapa meter saja. Tampaknya mereka tidak
setuju dengan apa yang aku lakukan. Menurutku aku sudah melakukan tugasku
dengan baik. Mengambil keputusan yang berimplikasi pada kepentingan banyak
orang memang tidak mudah. Setiap orang punya kepentingan dan seringkali
kepentingan itu bertolak belakang dengan kepentingan orang lain. Memuaskan
sebagian berarti mengecewakan sebagian yang lain. Betul-betul pilihan yang sulit. Dan inilah
yang mereka permasalahkan. Mereka kecewa
karena keputusan tidak sesuai dengan
kepentingan mereka.
Suara mereka lantang. Menguraikan
semua alasan dan akhirnya mengklaim bahwa keputusan yang berlaku adalah
keputusan yang tidak adil, diskriminatif dan lain sebagainya. Jelas, semuanya
diarahkan kepadaku. Aku bukan tuli-tuli amat. Aku juga bukan tidak punya
perasaan. Aku berpikir keras untuk menentukan sikap, apakah aku akan menanggapi
mereka atau diam.
Sungguh, saat itu hatiku benar-benar
tawar. Allah melindungi hatiku dari rasa
marah. Mungkin karena puasaku hari itu. Mungkin karena kesibukan hatiku membaca
istighfar. Tapi pasti, semua itu karena
karuniaNya. Aku tidak tertarik dengan apa yang mereka katakan. Aku tidak
tertarik untuk marah dan melabrak mereka. Kupikir, toh mereka tidak mengajakku
bicara. Anggap saja mereka membicarakan sesuatu yang tidak ada hubungannya
denganku. Bukankah setiap orang punya hak untuk menyampaikan pendapat. Itulah yang saat ini sedang mereka lakukan.
Mengambil hak mereka. Dan aku? Aku juga punya hak untuk mengabaikan apa yang
mereka katakan. Impas!!
Apakah selamanya hatiku tawar?
Tidak! Perasaan galau itu akhirnya muncul juga. Tetapi kembali Allah
mengulurkan tanganNya. Saat buka yahoo
Indonesia, ada email dari sahabat mayaku, Anne Ahira. Subjeknya; Endah, Masalah
mendatangkan Makna kehidupan. Isinya benar-benar membuka mataku dan pas banget dengan kegalauanku saat itu.Apakah ini suatu kebetulan? Nggak donk. Ini pasti rencana-Nya untuk menawarkan raga galauku.
Diawali dengan kutipan bijak : "Hindari masalah, dan kamu tidak akan pernah jadi orang yang memecahkannya" - Richard Bach. Selanjutnya,
ia menulis bahwa bagi seekor Rajawali rintangan terbesar yang dihadapi adalah udara
yang bergerak alias angin. Tetapi bila tidak ada angin, tidak ada udara alias
hampa maka tidak akan ada kepakan sayapnya dan rajawali itu tak akan bisa
terbang.
Rintangan terbesar bagi sampan/perahu
adalah arus air atau air itu sendiri. Bila tidak ada arus atau tidak ada air
apakah sampan atau perahu itu bisa bergerak? Tidak.
Apa artinya ini? Percaya atau tidak, masalah
yang datang pada kita pada dasarnya adalah makanan jiwa. Kehadirannya kita
perlukan untuk memaknai kehidupan kita. Angin yang bertiup
kencang membuat otot-otot Rajawali akan semakin kuat. Arus air yang kuat
akan menumbuhkan semangat bagi pengayuh sampan untuk segera sampai ke pulau
tujuan.
Mengeluh ketika berhadapan dengan masalah, nggak keren banget. Takut menghadapi masalah dan ingin menghindarinya? Picik. Seperti tak pernah bertemu dengan game yang bernama masalah. Berapa banyak sudah masalah yang datang silih berganti? Nggak kehitung. Apakah masalah-masalah itu membuatku kehilangan energi? Atau mengakhiri kehidupanku? Tidak sama sekali. Justru munculnya masalah itu seringkali memberiku kesempatan mendapatkan ilmu baru. Membuatku semakin mengenal kekuasannNya.
So…. Mengapa harus takut berhadapan
dengan masalah?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar