Pagi ini aku
berniat untuk mengecek komen yang masuk di blog-ku. Ini bukan pekerjaan biasa.
Bagiku ini adalah pekerjaan penting, karena komen ini adalah jejak mereka yang
mengerjakan tugas yang aku berikan. Mengapa harus ada jejak? Karena aku ingin
memastikan bahwa semua siswa membaca tugas yang kuberikan, kemudian mengerjakan
dan mengumpulkan hasil pekerjaan itu. Pekerjaannya sih sudah
kuterima. Tapi kurasa jejak itu cukup penting karena masih ada enam baris yang
kosong di daftar nilaiku.
Biasanya aku
mengecek komen langsung dari blog. Kali ini tidak. Aku mengeceknya dari email.
Dan seperti biasa aku merunut email demi email. Banyak sekali email yang masuk.
Aku memilih yang penting diantara yang penting. Salah satu email dari Anne Ahira dengan subyek: kisah
tukang kayu. Aku memang ikut mailing list-nya. Aku mendapatkan email dari anne
secara periodic. Email dari Anne sebagian besar motivasi. Email yang menurutku
bagus aku simpan dalam folder khusus.
Maka, sang
mandor meluluskan permintaan si tukang kayu untuk pensiun. Tetapi sang mandor
menyampaikan permintaannya yang terakhir kepada tukang kayu. Sang mandor
meminta agar tukang kayu membangun rumah terakhir. Si tukang kayu tak bisa
menolaknya, meskipun ia malas melakukannya. Iapun mengatakan kepada mandor
bahwa ia tak bisa melakukannya secara maksimal. Sang mandor tak
mempermasalahkan. Bahkan sang mandor memberi kesempatan kepada tukang kayu
untuk melakukan semaksimal yang bisa ia lakukan. Ia boleh menggunakan bahan
terbaik yang ada.
Mulailah tukang
kayu itu bekerja. Ia melakukan pekerjaan dengan asal-asalan. Ia menggunakan
bahan bekas yang kualitasnya rendah karena ia tidak mau bersusah payah mendapatkan
bahan yang berkualitas. Singkat cerita, akhirnya rumah itu jadi. Si tukang kayu
menyerahkan hasil pekerjaannya kepada mandor.
Saat mandor
memeriksa hasil pekerjaan tukang kayu dan mendapatkan rumah dengan kualitas
yang sangat buruk, mandor itu mendatangi tukang kayu dengan tersenyum. “Ambillah
rumah itu sebagai hadiahku untukmu” kata mandor itu.
Si tukang kayu
melongo. Ia sama sekali tak menyangka bahwa rumah terakhirnya itulah yang
dihadiahkan kepadanya. Rumah yang ia bangun sendiri dengan kualitas bahan dan pekerjaan yang jelek. Ia tak pernah menduga sebelumnya. Ia pun sangat
menyesal, mengapa ia melakukannya dengan sembrono.
Menurutku kisah
ini mengandung pembelajaran yang sangat penting. Kita seringkali tidak
menyadari bahwa apa yang kita lakukan hari ini adalah pilihan untuk masa depan
kita nanti. Apa yang kita alami hari ini adalah pilihan masa lalu kita. Bila pilihan
kita hari ini salah, maka kita akan menyesal di kemudian hari. Tak ubahnya
penyesalan tukang kayu itu karena mendapatkan rumah yang jelek. Padahal
seandainya ia mau melakukan pekerjaannya yang terbaik, memilih bahan yang
terbaik maka ia akan mendapatkan rumah yang terbaik pula. Sebetulnya ia bisa melakukan
itu dengan mudah. Ia juga dapat memilih bahan yang terbaik yang ia sukai.
Tetapi ia memilih untuk tidak melakukannya. Dan ia menerima hasilnya. Dan ia menyesal karenanya. Penyesalan yang
terlambat.
Tentu, kita
tidak ingin mengalami nasip seperti tukang kayu tersebut. Oleh karena, mari
kita tentukan pilihan kita hari ini. Pilihan yang tepat. Melakukan aktifitas
kita dengan sungguh-sungguh dan sepenuh
hati. Karena setiap apa yang kita lakukan hari ini, akan berimbas pada
kehidupan kita di masa yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar