Sabtu, 29 September 2012

Email dari Anne: Kisah Tukang Kayu





Pagi ini aku berniat untuk mengecek komen yang masuk di blog-ku. Ini bukan pekerjaan biasa. Bagiku ini adalah pekerjaan penting, karena komen ini adalah jejak mereka yang mengerjakan tugas yang aku berikan.  Mengapa harus ada jejak? Karena aku ingin memastikan bahwa semua siswa membaca tugas yang kuberikan, kemudian mengerjakan dan mengumpulkan hasil pekerjaan itu. Pekerjaannya sih sudah kuterima. Tapi kurasa jejak itu cukup penting karena masih ada enam baris yang kosong di daftar nilaiku.
Biasanya aku mengecek komen langsung dari blog. Kali ini tidak. Aku mengeceknya dari email. Dan seperti biasa aku merunut email demi email. Banyak sekali email yang masuk. Aku memilih yang penting diantara yang penting. Salah satu email dari Anne Ahira dengan subyek: kisah tukang kayu. Aku memang ikut mailing list-nya. Aku mendapatkan email dari anne secara periodic. Email dari Anne sebagian besar motivasi. Email yang menurutku bagus aku simpan dalam folder khusus.
Email pagi ini : kisah tukang kayu lumayan cakep. Kisahnya kurang lebih begini. Ada seorang tukang kayu yang sudah tua ingin berhenti dari pekerjaannya. Dia adalah tukang kayu yang sangat ahli di bidangnya. Ketika niat itu disampaikan kepada mandornya (atasannya). Sang mandor merasa kecewa tetapi tidak bisa memaksa si tukang kayu itu untuk tetap pada pekerjaannya, karena kondisi tubuh tukang kayu itu memang sudah renta.
Maka, sang mandor meluluskan permintaan si tukang kayu untuk pensiun. Tetapi sang mandor menyampaikan permintaannya yang terakhir kepada tukang kayu. Sang mandor meminta agar tukang kayu membangun rumah terakhir. Si tukang kayu tak bisa menolaknya, meskipun ia malas melakukannya. Iapun mengatakan kepada mandor bahwa ia tak bisa melakukannya secara maksimal. Sang mandor tak mempermasalahkan. Bahkan sang mandor memberi kesempatan kepada tukang kayu untuk melakukan semaksimal yang bisa ia lakukan. Ia boleh menggunakan bahan terbaik yang ada.
Mulailah tukang kayu itu bekerja. Ia melakukan pekerjaan dengan asal-asalan. Ia menggunakan bahan bekas yang kualitasnya rendah karena ia tidak mau bersusah payah mendapatkan bahan yang berkualitas. Singkat cerita, akhirnya rumah itu jadi. Si tukang kayu menyerahkan hasil pekerjaannya kepada mandor.
Saat mandor memeriksa hasil pekerjaan tukang kayu dan mendapatkan rumah dengan kualitas yang sangat buruk, mandor itu mendatangi tukang kayu dengan tersenyum. “Ambillah rumah itu sebagai hadiahku untukmu” kata mandor itu.
Si tukang kayu melongo. Ia sama sekali tak menyangka bahwa rumah terakhirnya itulah yang dihadiahkan kepadanya. Rumah yang ia bangun sendiri dengan  kualitas bahan dan pekerjaan yang jelek. Ia  tak pernah menduga sebelumnya. Ia pun sangat menyesal, mengapa ia melakukannya dengan sembrono.
Menurutku kisah ini mengandung pembelajaran yang sangat penting. Kita seringkali tidak menyadari bahwa apa yang kita lakukan hari ini adalah pilihan untuk masa depan kita nanti. Apa yang kita alami hari ini adalah pilihan masa lalu kita. Bila pilihan kita hari ini salah, maka kita akan menyesal di kemudian hari. Tak ubahnya penyesalan tukang kayu itu karena mendapatkan rumah yang jelek. Padahal seandainya ia mau melakukan pekerjaannya yang terbaik, memilih bahan yang terbaik maka ia akan mendapatkan rumah yang terbaik pula. Sebetulnya ia bisa melakukan itu dengan mudah. Ia juga dapat memilih bahan yang terbaik yang ia sukai. Tetapi ia memilih untuk tidak melakukannya. Dan ia menerima hasilnya.  Dan ia menyesal karenanya. Penyesalan yang terlambat.
Tentu, kita tidak ingin mengalami nasip seperti tukang kayu tersebut. Oleh karena, mari kita tentukan pilihan kita hari ini. Pilihan yang tepat. Melakukan aktifitas kita  dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati. Karena setiap apa yang kita lakukan hari ini, akan berimbas pada kehidupan kita di masa yang akan datang.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar