Apa yang anda rasakan ketika anda berdiri di depan papan pengumuman yang memuat banyak nama. Anda berharap nama anda ada di sana. Anda menyusuri dari ujung ke ujung, tetapi anda tidak menemukan nama anda di sana. Pengumuman itu adalah pengumuman tentang kelulusan ujian yang anda ikuti. Anda tidak lulus. Anda gagal menjadi salah satu dari sekian banyak nama yang dinyatakan lulus.
Sekali lagi,
bagaimana perasaan anda? Kecewa. Merasa diri tak berharga. Merasa diri sangat
bodoh. Menyesal. Merutuk. Menyalahkan diri sendiri atau menyalahkan keadaan.
Lalu, apa yang anda lakukan setelah itu? Menghibur diri dengan mengatakan itu
adalah kesalahan sistim? Anda korban
ketidak adilan, atau melakukan perenungan diri, mencari celah kesalahan yang
mungkin anda lakukan selama anda menjalani proses.
Menerima
kenyataan bahwa kita belum berhasil itu bukan perkara mudah. Mulut kita bisa
saja mengucapkan kata-kata yang menyejukkan. Ah tidak apa-apa. Ini adalah
keberhasilan yang tertunda. Ini adalah
kesempatan untuk belajar lebih banyak. Tetapi sesungguhnya, hati kita sulit
menerima. Bukan karena kita tidak nyadar bahwa kita memiliki kekurangan, tetapi
karena tidak sanggup menahan malu. Malu karena dianggap bodoh. Padahal
sebetulnya kita ngakuin kalau kita ini bodoh. Cuma, kalau bisa pengakuan itu
untuk diri sendiri saja.
Memang
dibutuhkan kearifan untuk menghadapi kenyataan. Dibutuhkan kearifan untuk
menerima kegagalan dan melihatnya bukan sebagai kegagalan melainkan sebagai
kesempatan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik. Memaksimalkan usaha yang
sebelumnya tidak maksimal.
Seringkali kita
menolak kegagalan. Seringkali kita menolak kesalahan. Seringkali kita tidak
bisa menerima bahwa kita juga bisa melakukan kesalahan. Maka pada saat gagal
kita berusaha mencari kambing hitam.
Dari sisi spiritual, kegagalan sebetulnya
memposisikan kita pada suasana dimana kita membutuhkan kehadiranNya. Kita
merasa kecil dan membutuhkan sifat keMaha-annya untuk menolong kita. Kita butuh
sandaran dan ketika kita benar-benar bersandar, kita membangun kekuatan dan
menyusun energi untuk meningkatkan tindakan kita. Hingga pada saatnya kita
bangkit dan melejit.
Tampaknya,
setiap orang harus merasakan indahnya gagal. Gagal membuat kita lebih mengenali
siapa kita yang sesungguhnya. Gagal membuat orang menyadari bahwa kita adalah
manusia biasa. Gagal membuat kita sadar bahwa kita tidak harus memandang orang
lain lebih rendah dari kita. Gagal membuat kita menyadari bahwa kita tidak
perlu menyalah-nyalahkan orang lain saat mereka gagal. Gagal membuat kita sadar
kita membutuhkan Sang Maha Kuasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar