Rabu, 12 September 2012

Indahnya Gagal



Apa yang anda rasakan ketika anda berdiri di depan papan pengumuman yang memuat banyak nama. Anda berharap nama anda ada di sana. Anda menyusuri dari ujung ke ujung, tetapi anda tidak menemukan nama anda di sana. Pengumuman itu adalah pengumuman tentang kelulusan ujian yang anda ikuti. Anda tidak lulus. Anda gagal menjadi salah satu dari sekian banyak nama yang dinyatakan lulus.
Sekali lagi, bagaimana perasaan anda? Kecewa. Merasa diri tak berharga. Merasa diri sangat bodoh. Menyesal. Merutuk. Menyalahkan diri sendiri atau menyalahkan keadaan. 
Lalu, apa yang anda lakukan setelah itu? Menghibur diri dengan mengatakan itu adalah kesalahan sistim?  Anda korban ketidak adilan, atau melakukan perenungan diri, mencari celah kesalahan yang mungkin anda lakukan selama anda menjalani proses.
Menerima kenyataan bahwa kita belum berhasil itu bukan perkara mudah. Mulut kita bisa saja mengucapkan kata-kata yang menyejukkan. Ah tidak apa-apa. Ini adalah keberhasilan yang tertunda.  Ini adalah kesempatan untuk belajar lebih banyak. Tetapi sesungguhnya, hati kita sulit menerima. Bukan karena kita tidak nyadar bahwa kita memiliki kekurangan, tetapi karena tidak sanggup menahan malu. Malu karena dianggap bodoh. Padahal sebetulnya kita ngakuin kalau kita ini bodoh. Cuma, kalau bisa pengakuan itu untuk diri sendiri saja.
Memang dibutuhkan kearifan untuk menghadapi kenyataan. Dibutuhkan kearifan untuk menerima kegagalan dan melihatnya bukan sebagai kegagalan melainkan sebagai kesempatan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik. Memaksimalkan usaha yang sebelumnya tidak maksimal.
Seringkali kita menolak kegagalan. Seringkali kita menolak kesalahan. Seringkali kita tidak bisa menerima bahwa kita juga bisa melakukan kesalahan. Maka pada saat gagal kita berusaha mencari kambing hitam. 
Dari sisi spiritual, kegagalan sebetulnya memposisikan kita pada suasana dimana kita membutuhkan kehadiranNya. Kita merasa kecil dan membutuhkan sifat keMaha-annya untuk menolong kita. Kita butuh sandaran dan ketika kita benar-benar bersandar, kita membangun kekuatan dan menyusun energi untuk meningkatkan tindakan kita. Hingga pada saatnya kita bangkit dan melejit. 
Tampaknya, setiap orang harus merasakan indahnya gagal. Gagal membuat kita lebih mengenali siapa kita yang sesungguhnya. Gagal membuat orang menyadari bahwa kita adalah manusia biasa. Gagal membuat kita sadar bahwa kita tidak harus memandang orang lain lebih rendah dari kita. Gagal membuat kita menyadari bahwa kita tidak perlu menyalah-nyalahkan orang lain saat mereka gagal. Gagal membuat kita sadar kita membutuhkan Sang Maha Kuasa.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar