Rabu, 19 September 2012

Ssst Pengen tahu nggak gimana cara melampiaskan marah?



sumber gambar 
Ketika apa yang kita inginkan tidak kita dapatkan. Ketika suasana yang kita harapkan luput dari kenyataan, maka akan ada perasaan yang sangat kuat mendera hati kita. Tiba-tiba apa yang kita lihat menjadi sesuatu yang salah. Tiba-tiba ada sesuatu yang ingin kita lampiaskan. Itulah perasaan kecewa dan marah.

Marah adalah salah satu bentuk emosi. Ya salah satu.  Artinya masih ada bentuk-bentuk emosi yang lain. Yang bisa berkonotasi positif maupun berkonotasi negatif. Contoh emosi positif adalah bahagia, senang, puas atau sejenisnya. Sedangkan emosi negatif ya seperti marah itu. Yang lain misalnya kecewa, takut, cemas dan lain sebagainya. Emosi itu muncul sebagai respon dari diri kita saat menghadapi situasi yang spesifik.

Emosi positif membuat kita merasa bahagia, bangga dan merasa berharga. Kita cenderung ingin berada pada suasana tersebut. Kalau bisa sih gak usah berpindah ke suasana yang lain. Maka emosi positif sering tidak dianggap sebagai masalah. Beda halnya dengan emosi negatif. Emosi negatif ini akan menimbulkan perasaan tidak nyaman yang sedapat mungkin kita hindari. Pendek kata, kalau boleh memilih jauh-jauh deh dari situasi yang menumbuhkan emosi negatif itu.

Akan tetapi…. kalau  direnung-renungkan kita lebih sering menghadapi situasi yang bikin munculnya emosi negatif ketimbang menghadapi situasi yang memunculkan emosi positif. Dan bila emosi negatif itu muncul, wah semua jadi kacau. Bawaannya uring-uringan terus. Pengen berteriak. Pengen menendang. Pengen melempar atau pengen apa saja yang semuanya untuk melampiaskan emosi negatif itu. Targetnya sih sudah pasti, pengen emosi negatif itu pergi jauuuuh dan gak usah kembali.
Berharap tidak menghadapi situasi sulit, kelihatannya nggak mungkin. Maka yang penting untuk dilakukan adalah memilih cara melampiaskan emosi negatif itu bila suatu ketika ia muncul. Apa itu penting. Oh …. penting banget. Karena salah memilih cara melampiaskan emosi bisa menjerumuskan kita pada masalah yang lebih parah.  Ibarat kata, pengen keluar dari kubangan lumpur tapi malah terperosok kedalamnya.

Karena emosi itu muncul dari pikiran kita, maka untuk melampiaskannya kita harus bersahabat dengan pikiran kita saat emosi negatif itu muncul. Caranya?
Pertama, pikirkan bahwa kita bukan satu-satunya orang yang menghadapi situasi sulit itu. Teman kita buuuuanyak. Bahkan yang dialami orang lain bisa jadi lebih berat dari yang kita alami. Kita tidak sendirian. Jadi mengapa harus marah?

Kedua, pikirkan bahwa kesulitan itu tidak membuat kita mati. Meski kita menghadapi masalah atau kesulitan, kita toh masih tetap bugar, bisa merasakan hangatnya sinar matahari, bisa mencium harum udara basah saat pagi hari tiba dan lain sebagainya. Hidup masih akan terus berlanjut teman.

Ketiga, berhentilah memikirkan apa yang membuat kita marah. Semua itu tidak akan menguntungkan kita. Semakin kita memikirkannya akan semakin membuat kemarahan kita memuncak dan kita akan semakin tidak nyaman.

Keempat, tahanlah untuk tidak terlalu banyak bicara. Saat kita didera emosi negatif, kita sering kehilangan control diri. Kita tidak menyadari apa yang kita katakan. Kata-kata kasar sering keluar tanpa kita sadari. Bila itu terjadi, orang lain yang berinteraksi dengan kita akan merasa tersakiti, padahal mereka tidak tahu menahu dengan apa yang terjadi pada kita. Kalau mereka memahami keadaan kita sih gak masalah. Kalau tidak? Muncullah bencana besar. Kita akan menghadapi masalah baru yang seharusnya tidak perlu terjadi.

Kelima, perbanyak istighfar. Mohon ampunan kepada-Nya. Atas ijin-Nya hati kita akan menjadi tenang.
Gak percaya? Coba saja. Kalau masih butuh referensi, boleh deh klik ini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar