sumber gambar
Ketika apa yang kita inginkan tidak kita dapatkan. Ketika suasana yang kita harapkan luput dari kenyataan, maka akan ada perasaan yang sangat kuat mendera hati kita. Tiba-tiba apa yang kita lihat menjadi sesuatu yang salah. Tiba-tiba ada sesuatu yang ingin kita lampiaskan. Itulah perasaan kecewa dan marah.
Ketika apa yang kita inginkan tidak kita dapatkan. Ketika suasana yang kita harapkan luput dari kenyataan, maka akan ada perasaan yang sangat kuat mendera hati kita. Tiba-tiba apa yang kita lihat menjadi sesuatu yang salah. Tiba-tiba ada sesuatu yang ingin kita lampiaskan. Itulah perasaan kecewa dan marah.
Marah adalah
salah satu bentuk emosi. Ya salah satu. Artinya
masih ada bentuk-bentuk emosi yang lain. Yang bisa berkonotasi positif maupun
berkonotasi negatif. Contoh emosi positif adalah bahagia, senang, puas atau
sejenisnya. Sedangkan emosi negatif ya seperti marah itu. Yang lain misalnya
kecewa, takut, cemas dan lain sebagainya. Emosi itu muncul sebagai respon dari
diri kita saat menghadapi situasi yang spesifik.
Emosi positif
membuat kita merasa bahagia, bangga dan merasa berharga. Kita cenderung ingin
berada pada suasana tersebut. Kalau bisa sih gak usah berpindah ke suasana yang
lain. Maka emosi positif sering tidak dianggap sebagai masalah. Beda halnya
dengan emosi negatif. Emosi negatif ini akan menimbulkan perasaan tidak nyaman
yang sedapat mungkin kita hindari. Pendek kata, kalau boleh memilih jauh-jauh
deh dari situasi yang menumbuhkan emosi negatif itu.
Akan tetapi…. kalau
direnung-renungkan kita lebih sering
menghadapi situasi yang bikin munculnya emosi negatif ketimbang menghadapi
situasi yang memunculkan emosi positif. Dan bila emosi negatif itu muncul, wah
semua jadi kacau. Bawaannya uring-uringan terus. Pengen berteriak. Pengen menendang.
Pengen melempar atau pengen apa saja yang semuanya untuk melampiaskan emosi negatif
itu. Targetnya sih sudah pasti, pengen emosi negatif itu pergi jauuuuh dan gak
usah kembali.
Berharap tidak
menghadapi situasi sulit, kelihatannya nggak mungkin. Maka yang penting untuk
dilakukan adalah memilih cara melampiaskan emosi negatif itu bila suatu ketika
ia muncul. Apa itu penting. Oh …. penting banget. Karena salah memilih cara
melampiaskan emosi bisa menjerumuskan kita pada masalah yang lebih parah. Ibarat kata, pengen keluar dari kubangan
lumpur tapi malah terperosok kedalamnya.
Karena emosi itu
muncul dari pikiran kita, maka untuk melampiaskannya kita harus bersahabat
dengan pikiran kita saat emosi negatif itu muncul. Caranya?
Pertama, pikirkan
bahwa kita bukan satu-satunya orang yang menghadapi situasi sulit itu. Teman
kita buuuuanyak. Bahkan yang dialami orang lain bisa jadi lebih berat dari yang
kita alami. Kita tidak sendirian. Jadi mengapa harus marah?
Kedua, pikirkan
bahwa kesulitan itu tidak membuat kita mati. Meski kita menghadapi masalah atau
kesulitan, kita toh masih tetap bugar, bisa merasakan hangatnya sinar matahari,
bisa mencium harum udara basah saat pagi hari tiba dan lain sebagainya. Hidup masih
akan terus berlanjut teman.
Ketiga,
berhentilah memikirkan apa yang membuat kita marah. Semua itu tidak akan
menguntungkan kita. Semakin kita memikirkannya akan semakin membuat kemarahan
kita memuncak dan kita akan semakin tidak nyaman.
Keempat, tahanlah
untuk tidak terlalu banyak bicara. Saat kita didera emosi negatif, kita sering
kehilangan control diri. Kita tidak menyadari apa yang kita katakan. Kata-kata
kasar sering keluar tanpa kita sadari. Bila itu terjadi, orang lain yang
berinteraksi dengan kita akan merasa tersakiti, padahal mereka tidak tahu
menahu dengan apa yang terjadi pada kita. Kalau mereka memahami keadaan kita
sih gak masalah. Kalau tidak? Muncullah bencana besar. Kita akan menghadapi
masalah baru yang seharusnya tidak perlu terjadi.
Kelima,
perbanyak istighfar. Mohon ampunan kepada-Nya. Atas ijin-Nya hati kita akan
menjadi tenang.
Gak percaya? Coba
saja. Kalau masih butuh referensi, boleh deh klik ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar