Kamis, 01 September 2016

Bunda, Belajar Yuk




sumber gambar
Anda seorang ibu yang merasa dipusingkan oleh perilaku buruk anak anda? Anda tidak sendirian. Anda adalah salah satu dari sekian juta ibu yang merasakan hal yang sama. Mari kita ingat bagaimana kita merasa “tak punya muka” ketika anak kita dengan setengah berteriak mengatakan “Tidak!! Pada tante cantik yang memberinya donat yummy. Ada lagi. Yang ini lebih parah. Teman baik anda  menawarkan berbagi tempat duduk kepada anak anda yang rewel, tetapi mendapat umpatan kasar seperti: nggak mau! Kamu jelek!!  Pasti, saat itu juga, pilihan terbaik bagi anda adalah kabur dari tempat itu. Ya kan?

Itulah perilaku buruk anak-anak kita di masa awal pertumbuhan mereka? Wajarkah? Pada tahap tahap awal masa tumbuh kembang mereka hal seperti itu wajar sekali. Tetapi perilaku seperti itu menjadi tidak wajar bila dibiarkan dan menjadi kebiasaan hingga anak-anak tumbuh dewasa. Jadi, bukanlah tindakan bijaksana bila anda membiarkannya dan beranggapan bahwa perilaku seperti itu akan berhenti dengan sendirinya.
Kate Kelly dalam bukunya yang berjudul,  Menghentikan Perilaku Buruk Anak-Anak, menuliskan bahwa orangtua hendaknya menyadari bahwa perilaku buruk anak-anak harus diperbaiki dengan usaha yang sungguh-sungguh.
Orangtua sering melakukan kesalahan dalam memperlakukan anak-anak yang berperilaku buruk. Alih alih menghentikan, tindakan orangtua itu justru  menguatkan perilaku buruk anak-anak mereka. Inilah kesalahan yang sering dilakukan oleh orangtua.
Pertama, orang tua cenderung membiarkan perilaku buruk anak mereka karena tidak ingin bertengkar. Setiap orangtua pasti setuju bahwa mengendalikan anak-anak adalah pekerjaan yang sangat sulit. Ketika anak-anak memperjuangkan keinginannya, mereka cenderung melakukan tindakan nakal yang seringkali terlihat buruk. Biasanya orangtua akan berusaha membujuknya. Sebagian orangtua terlalu cepat menyerah ketika satu dua cara yang ia lakukan gagal. Mereka berkata: sudahlah, biarkan saja, daripada kita bertengkar.  Tindakan terlalu cepat menyerah ini, membuat anak-anak segera menyadari bahwa ia menang dan akan melakukannya lain kali.  
Kedua, orangtua merespon perilaku buruk anak-anak mereka secara berlebihan.  Anak-anak yang berperilaku buruk seringkali melakukannya karena mereka ingin mendapat perhatian. Ketika anak anda melemparkan sepatu ke salah satu kerabat anda, anda meresponnya dengan  marah yang berlebihan. Anda menghardik dan bahkan memukul. Kemarahan  dan tindakan anda, memberi pelajaran kepada anak anda bahwa ia telah berhasil menyakiti anda. Inilah yang akan ia lakukan lain kali bila ia ingin menyakiti anda.   
Ketiga, orang tua mentertawakan anak-anak dengan perilaku buruknya. Anak-anak memang lucu. Kelucuan itu terlihat bahkan saat mereka berperilaku buruk. Diam-diam, mereka akan mengamati respon yang mereka terima terhadap perilaku yang mereka lakukan. Tertawa identikan dengan penerimaan. Jadi saat merespon perilaku buruk dengan mentertawakannya, orangtua mengisyaratkan bahwa perilaku buruk itu diijinkan.
Aih…aih… sulit ya jadi orangtua. Itulah sebabnya mengapa orangtua harus terus belajar.  Belajar jadi orangtua bijaksana yuk!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar