sumber gambar |
Anda seorang ibu yang merasa dipusingkan oleh perilaku buruk
anak anda? Anda tidak sendirian. Anda adalah salah satu dari sekian juta ibu
yang merasakan hal yang sama. Mari kita ingat bagaimana kita merasa “tak punya
muka” ketika anak kita dengan setengah berteriak mengatakan “Tidak!! Pada tante
cantik yang memberinya donat yummy. Ada lagi. Yang ini lebih parah. Teman baik
anda menawarkan berbagi tempat duduk kepada
anak anda yang rewel, tetapi mendapat umpatan kasar seperti: nggak mau! Kamu jelek!! Pasti, saat itu juga, pilihan terbaik bagi
anda adalah kabur dari tempat itu. Ya kan?
Itulah perilaku buruk anak-anak kita di masa awal
pertumbuhan mereka? Wajarkah? Pada tahap tahap awal masa tumbuh kembang mereka hal
seperti itu wajar sekali. Tetapi perilaku seperti itu menjadi tidak wajar bila
dibiarkan dan menjadi kebiasaan hingga anak-anak tumbuh dewasa. Jadi, bukanlah
tindakan bijaksana bila anda membiarkannya dan beranggapan bahwa perilaku
seperti itu akan berhenti dengan sendirinya.
Kate Kelly dalam bukunya yang berjudul, Menghentikan Perilaku Buruk Anak-Anak,
menuliskan bahwa orangtua hendaknya menyadari bahwa perilaku buruk anak-anak
harus diperbaiki dengan usaha yang sungguh-sungguh.
Orangtua sering melakukan kesalahan dalam memperlakukan
anak-anak yang berperilaku buruk. Alih alih menghentikan, tindakan orangtua itu
justru menguatkan perilaku buruk
anak-anak mereka. Inilah kesalahan yang sering dilakukan oleh orangtua.
Pertama, orang tua cenderung membiarkan perilaku buruk anak
mereka karena tidak ingin bertengkar. Setiap orangtua pasti setuju bahwa
mengendalikan anak-anak adalah pekerjaan yang sangat sulit. Ketika anak-anak
memperjuangkan keinginannya, mereka cenderung melakukan tindakan nakal yang
seringkali terlihat buruk. Biasanya orangtua akan berusaha membujuknya. Sebagian
orangtua terlalu cepat menyerah ketika satu dua cara yang ia lakukan gagal.
Mereka berkata: sudahlah, biarkan saja, daripada kita bertengkar. Tindakan terlalu cepat menyerah ini, membuat
anak-anak segera menyadari bahwa ia menang dan akan melakukannya lain kali.
Kedua, orangtua merespon perilaku buruk anak-anak mereka
secara berlebihan. Anak-anak yang
berperilaku buruk seringkali melakukannya karena mereka ingin mendapat
perhatian. Ketika anak anda melemparkan sepatu ke salah satu kerabat anda, anda
meresponnya dengan marah yang berlebihan.
Anda menghardik dan bahkan memukul. Kemarahan
dan tindakan anda, memberi pelajaran kepada anak anda bahwa ia telah
berhasil menyakiti anda. Inilah yang akan ia lakukan lain kali bila ia ingin
menyakiti anda.
Ketiga, orang tua mentertawakan anak-anak dengan perilaku
buruknya. Anak-anak memang lucu. Kelucuan itu terlihat bahkan saat mereka
berperilaku buruk. Diam-diam, mereka akan mengamati respon yang mereka terima
terhadap perilaku yang mereka lakukan. Tertawa identikan dengan penerimaan.
Jadi saat merespon perilaku buruk dengan mentertawakannya, orangtua
mengisyaratkan bahwa perilaku buruk itu diijinkan.
Aih…aih… sulit ya jadi orangtua. Itulah sebabnya mengapa
orangtua harus terus belajar. Belajar
jadi orangtua bijaksana yuk!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar