Rabu, 03 Februari 2016

derita tengah malam

Suara hujan masih terdengar ketika kesadaranku timbul kembali.  Peletak peletok enindih atap rumah yang terbuat dari asbes.  Sementara rasa itu terus mengusikku.  Berpusat diperutku, kini mulai menjalar ke bagian tubuhku yang lain. Ujung ujung jariku terasa lemah untuk digerakkan. Kelopak mataku juga terasa berat untuk dibuka

Apa aku sebaiknya bangkit ya?  kucoba petung dengan diriku sendiri.  Dengan keadaan lemas seperti ini? Tak yakin.  Teringat pesan di wa yang kuterima beberapa hari yang lalu.  Jangan langsung berdiri, tapi baringlah dulu sekian menit, duduk ditepi ranjang sekian menit, berdiri sekian menit baru ke kamar mandi.

Teringat mendiang pak Rudi yang ditemukan meninggal di kamar mandi, jam tiga dini hari. Ah jadi ngeri.  Jadi,  aku tak usah bangun ya.  Tetap berada diatas asur ini.  Tetap bersembunyi dibalik selimut tebal ini.  Tetap menikmati tubuh yang lemas ini.

Sampai kapan? Sampai besok pagi orang orang menemukan dalam keadaan mati?  Uh..mengerikan sekali.  Rasa itu tak sedikitpun berkurang.  Semakin berat malah.

Bismillah,  harus kuat. Gerakkan perlahan ujung jari tangan,  masih bisa.  Ujung jari kaki,  masih bisa.  Miring ke kiri,  bisa.  Meraih ujung dipan bisa.  Megangkat tubuh,  uah... Berat sekali.  Oh.. Tubuhku lemas, tak ada tenaga. Aku harus bagaimana?

#postsetiaphari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar