Rabu, 12 Maret 2014

Ibu, Ayo Dampingi Anak-Anak Menghadapi UN 2014



 
Moment ujian pengakhiran selalu penting. Banyak kegiatan yang harus dikerjakan dan membuat jadwal kerja menjadi padat luar biasa. Tetapi kali ini bukan masalah pekerjaan utama yang membuat “istimewa”.  Ah tidak bisa dikatakan bukan utama juga sih.

Tahun ini, anak kedua mempersiapkan diri alih jenjang pendidikan. Wush... istilahnya terlalu keren kali ya. Dia cuma akan berpindah jenjang dari jenjang pendidikan dasar akhir ke jenjang pendidikan menengah. Dari setingkat  SMP ke tingkat SMA.  

Perjuanganku dimulai dari awal semester ganjil. Aku melihat dia sangat tidak antusias dengan urusan belajar. Selalu ada kegiatan lain yang menyita perhatiannya. Kurasa dia memang berkebutuhan khusus. Dia bisa bertahan beberapa jam berada di depan PC jadulnya untuk melakukan apa saja. Minatnya pada desain grafis membuatku merasa menghadapi dilema.


Memintanya berhenti dari “kegemarannya” dan mulai mengakrabi buku menurutku sia-sia belaka.  Aku selalu bertanya, bagaimana ya menjadi orangtua yang bijaksana itu. Aku pernah nonton film 3 idiot. Aku mendapatkan pembelajaran bahwa orangtua tidak seharusnya menekan anak-anak untuk melakukan sesuatu yang tidak mereka minati. Tapi disisi yang yang lain ya aku kuatir dia akan gagal di ujian akhir nanti. Aku tidak ingin melakukan kesalahan kali ini.

Maka akupun mengajaknya berdiskusi. Mula-mula kutanya dia, kemana rencananya setelah lulus nanti. Dengan mantap dia menjawab : SMK MM. Jawaban yang sudah kuduga sebelumnya. Pertanyaan berikutnya: SMK mana yang akan menjadi tujuannya. Dia menyebut satu SMK yang membuka jurusan MM. SMK itu adalah satu-satunya SMK Negeri di kota kami yang membuka jurusan itu. Kesimpulannya, tentu dia akan menghadapi ratusan pesaing untuk mendapatkan kursi disana. Aapakah dia sudah siap menghadapi semua pesaing-pesaing itu?  Rupanya dia berpikir keras pada sesi diskusi ini.

Setelah itu aku mulai melihat perubahan sikapnya. Ia minta masuk bimbingan belajar. Minta dibelikan buku latihan soal yang tebal sekali. Durasi belajar sedikit demi sedikit mulai meningkat dan terasa lebih banyak dibandingkan di depan PC. Ia bergairah sekali mengikuti semua Tyr Out UN yang diadakan baik di sekolah maupun di luar sekolah. Aku pernah mendapatinya terbangun malam-malam untuk belajar sementara kami semua nyenyak di bawah selimut. Ia membuat catatan di didinding tersembunyi di kamarnya. Kubaca disana ada angka yang menjadi targetnya. Di sana juga ada target soal yang harus dikerjakan setiap harinya.

Sebagai ibu aku merasakan kuatnya atmosfer semangat belajar pada gadis berusia limabelas tahun ini. Aku terus dan terus mengamati apapun yang terjadi padanya. Suatu ketika ia uring-uringan karena kegiatan di sekolah mengganggu belajarnya. Kegiatan itu adalah Pentas Seni yang diadakan di tengah-tengah musim ujian. Seperti biasa dalam kegiatan seperti itu ia selalu kebagian peran melakukan semua urusan yang berhubungan dengan desain. Desain banner untuk diikut sertakan lomba banner. Desain kaos untuk kenang-kenangan. Editing suara untuk drama kelas. Meski dalam hati mengumpat pada penyelenggara kegiatan yang menurutku sangat tidak bijaksana, tetap saja aku harus turun tangan, mengendalikan emosinya. Menurunkannya sampai pada kadar yang pas sehingga tidak mengganggu gairah belajarnya.

Puji syukur kehadiratMu ya Allah yang masih memberiku kesempatan berada disampingnya menemaninya melewati masa-masa sulitnya.

Sumber gambar :   dari sini 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar