Moment ujian pengakhiran selalu penting. Banyak kegiatan
yang harus dikerjakan dan membuat jadwal kerja menjadi padat luar biasa. Tetapi
kali ini bukan masalah pekerjaan utama yang membuat “istimewa”. Ah tidak bisa dikatakan bukan utama juga sih.
Tahun ini, anak kedua mempersiapkan diri alih jenjang
pendidikan. Wush... istilahnya terlalu keren kali ya. Dia cuma akan berpindah
jenjang dari jenjang pendidikan dasar akhir ke jenjang pendidikan menengah.
Dari setingkat SMP ke tingkat SMA.
Perjuanganku dimulai dari awal semester ganjil. Aku melihat
dia sangat tidak antusias dengan urusan belajar. Selalu ada kegiatan lain yang
menyita perhatiannya. Kurasa dia memang berkebutuhan khusus. Dia bisa bertahan
beberapa jam berada di depan PC jadulnya untuk melakukan apa saja. Minatnya
pada desain grafis membuatku merasa menghadapi dilema.
Memintanya berhenti dari “kegemarannya” dan mulai mengakrabi
buku menurutku sia-sia belaka. Aku
selalu bertanya, bagaimana ya menjadi orangtua yang bijaksana itu. Aku pernah
nonton film 3 idiot. Aku mendapatkan pembelajaran bahwa orangtua tidak
seharusnya menekan anak-anak untuk melakukan sesuatu yang tidak mereka minati.
Tapi disisi yang yang lain ya aku kuatir dia akan gagal di ujian akhir nanti. Aku
tidak ingin melakukan kesalahan kali ini.
Maka akupun mengajaknya berdiskusi. Mula-mula kutanya dia,
kemana rencananya setelah lulus nanti. Dengan mantap dia menjawab : SMK MM.
Jawaban yang sudah kuduga sebelumnya. Pertanyaan berikutnya: SMK mana yang akan
menjadi tujuannya. Dia menyebut satu SMK yang membuka jurusan MM. SMK itu
adalah satu-satunya SMK Negeri di kota kami yang membuka jurusan itu.
Kesimpulannya, tentu dia akan menghadapi ratusan pesaing untuk mendapatkan
kursi disana. Aapakah dia sudah siap menghadapi semua pesaing-pesaing itu? Rupanya dia berpikir keras pada sesi diskusi
ini.
Setelah itu aku mulai melihat perubahan sikapnya. Ia minta
masuk bimbingan belajar. Minta dibelikan buku latihan soal yang tebal sekali.
Durasi belajar sedikit demi sedikit mulai meningkat dan terasa lebih banyak
dibandingkan di depan PC. Ia bergairah sekali mengikuti semua Tyr Out UN yang
diadakan baik di sekolah maupun di luar sekolah. Aku pernah mendapatinya
terbangun malam-malam untuk belajar sementara kami semua nyenyak di bawah
selimut. Ia membuat catatan di didinding tersembunyi di kamarnya. Kubaca disana
ada angka yang menjadi targetnya. Di sana juga ada target soal yang harus
dikerjakan setiap harinya.
Sebagai ibu aku merasakan kuatnya atmosfer semangat belajar
pada gadis berusia limabelas tahun ini. Aku terus dan terus mengamati apapun
yang terjadi padanya. Suatu ketika ia uring-uringan karena kegiatan di sekolah
mengganggu belajarnya. Kegiatan itu adalah Pentas Seni yang diadakan di
tengah-tengah musim ujian. Seperti biasa dalam kegiatan seperti itu ia selalu
kebagian peran melakukan semua urusan yang berhubungan dengan desain. Desain
banner untuk diikut sertakan lomba banner. Desain kaos untuk kenang-kenangan.
Editing suara untuk drama kelas. Meski dalam hati mengumpat pada penyelenggara
kegiatan yang menurutku sangat tidak bijaksana, tetap saja aku harus turun
tangan, mengendalikan emosinya. Menurunkannya sampai pada kadar yang pas sehingga
tidak mengganggu gairah belajarnya.
Puji syukur kehadiratMu ya Allah yang masih memberiku
kesempatan berada disampingnya menemaninya melewati masa-masa sulitnya.
Sumber gambar : dari sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar