Sejak beberapa minggu yang lalu, terutama setelah letusan Gunung
Sinabung, berita tentang meningkatnya aktifitas
Gunung kelud juga semakin santer. Antara percaya dan tidak. Masalahnya cuaca.
Pada saat letusan efusif tahun 2007, cuaca benar-benar ekstrem. Suhu udara di
siang hari sangat sangat sangat panas.
Berada di luar atau di dalam ruangan sama saja. Panas sekali. Tapi kali
ini tidak terlalu. Kami merasakan panas yang menyengat tetapi tidak seperti
tujuh tahun yang lalu.
Tanggal 12 Pebruari diberitakan status gunung kelud menjadi Siaga. Dari urutan kelima naik menjadi urutan kedua setelah Sinabung. Dalam hati masih tenang juga. Tanggal 13 Pebruari di sekolah berdiri tenda penanggulangan bencana. Persiapan Gunung Kelud meletus. Malam hari status Gunung Kelud meningkat menjadi awas dan akhirnya selang beberapa jam Gunung meletus.
Shock. Berita terus berdatangan. Mula-mula seorang teman
mengabarkan kalau pengungsi sudah mulai berdatangan ke pos-pos
pengungsian. Terdengar suara kendaraan
berlalu lalang di depan rumah dengan kecepatan tinggi. Dan kemudian suara titir
tiang listrik. Ketika keluar, di langit sebelah utara ada kilatan api yang
menyambar-nyambar. Luar biasa mengerikan.
Sambil benah-benah dan berdoa, dalam hati bertanya: apa yang akan
terjadi setelah ini?
Kletok-kletok terdengar di atas seng. Ternyata yang jatuh kerikil kecil berwarna
putih. Jadi membayangkan cerita letusan tahun 1990 yang hujan pasir. Kalau
hujan kerikil bagaimana? Tapi alhamdulillah, hujan kerikil tidak berlangsung
lama. Sampai pagi hari semuanya aman dan
baik-baik saja.
Kaget ketika mendengar berita bahwa dampak letusan Gunung
Kelud sampai kemana-mana. Jogja Solo, Semarang bahkan sampai Jawa barat. Di
kabupaten Malang malah ada korban Jiwa.
Tentu saja dalam hati bertanya. Kok bisa begitu? Baru ngeh setelah melihat
tayangan TV tentang arah angin yang membawa material letusan gunung kelud ke
arah barat daya. Subhanalloh. Takjub
luar biasa. Blitar yang terletak di barat laut Gunung Kelud terdampak ringan abu vulkanik. Sungguh ini
adalah kebesaran Illahi. Ini pula rupanya yang mengakibatkan suhu udara di
wilayah kami tidak terlalu panas meski aktifitas Gunung Kelud meningkat
beberapa waktu sebelum Gunung Kelud Meletus.
Kalau dipikir-pikir memang “gak tinemu nalar”. Blitar yang jaraknya hanya
beberapa kilometer dari puncak Gunung Kelud, terdampak ringan sementara
wilayah-wilayah yang jaraknya ratusan kilometer justru terdampak berat. Tapi
sekali lagi itulah kehendak Illahi. Dia
menentukan sesuai kehendakNya. Tidak peduli manusia suka atau tidak. Tidak
peduli karenaNya Ia dicaci atau dipuji. Itu adalah kekuasaanNya yang sering diingkari
manusia.
Ini adalah ujian bagi kita semua. Bagi kami tentu ini ujian
yang sangat berat. Mungkin lebih berat dari
mereka yang terdampak parah akibat
letusan Gunung Kelud. Suka cita karena merasa lebih beruntung dapat membutakan
mata hati. Lupa bersyukur dan mengingkari bahwa semua ini semata-mata
hanya karena kehendakNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar