Berlatih adalah satu-satunya cara untuk membuat
patung yang anda pahat terlihat lebih baik dari pada patung orang lain
Melakukan sesuatu secara berulang-ulang dan terus
menerus itulah yang saya sebut dengan berlatih. Aku sudah memiliki ketrampilan
dasar merajut sejak masih duduk di SD. Aku tidak ingat kelas berapa ibuku mulai
mengajarkan ketrampilan ini. Ibuku mengajariku dengan ketrampilan paling dasar.
Mulai dari cara memegang hakpen, menggulung benang di jari telunjuk dan membuat tusuk rantai.
Ketika aku merengek untuk diajari membuat rajutan,
ibu selalu bilang: belajar dulu bikin rantai. Akupun belajar membuat rantai
sampai bisa. Setelah aku berhasil, ibuku
mulai mengajarkan tusuk tiang. (Itu istilahku. Di kemudian hari aku tahu yang
diajarkan ibuku itu namanya tusuk ganda). Selanjutnya ibuku mengajariku tentang beberapa
tusuk dasar dan memberiku proyek sederhana sehingga aku bisa membuat sebuah
kantong kecil.
Pelajaran tentang merajut selesai. Artinya
ketrampilan dasarnya sudah diajarkan dan aku berhasil melakukan sesuai dengan
kompetensi yang seharusnya. Tetapi ketrampilan merajut ini berhenti sampai
disini. Aku tidak pernah merajut sampai aku kuliah. Di tahun ke tiga masa
kuliahku, salah seorang teman sekamarku membuat syal rajut. Aku tertarik.
Kupikir karena aku juga bisa merajut, pasti aku juga bisa melakukan hal yang
sama.
Benar juga. Aku hanya perlu memperhatikan dia
merajut untuk mempelajari polanya setelah itu aku berhasil membuat kurang lebih
5 syal yang kubagi-bagikan kepada temanku. Setelah itu selesai. Aku tidak
pernah menyentuh benang dan hakpen lagi untuk waktu yang sangat lama.
Kemudian dunia heboh lagi dengan rajutan. Kali ini
bros rajut. Aku melihat di pasaran bros berbentuk bunga mawar dengan kuntum
bertumpuk-tumpuk dibuat dari rajutan. Bagus sekali. Akupun kembali terusik. Aku
kembali membeli hakpen dan benang. Mencoba sendiri cara membuat bros dari
rajutan. Tidak berhasil. Ngintip videonya dari You tube tambah bingung. Aku benar-benar
penasaran. Sampai-sampai aku bertekad tidak akan memakai bros rajutan sebelum
aku bisa membuatnya sendiri.
Bertemulah aku dengan seorang perempuan yang jago
banget dalam urusan rajut merajut ini. Ia berjanji untuk mengajariku cara
membuat bros. Suatu hari aku datang ke rumahnya yang jaraknya lumayan jauh dari
rumahku dan menembus hujan pula, untuk belajar membuat bros rajut.
Ada yang menarik dari guruku kali ini. Dia,
perempuan tomboy, yang mengaku belajar merajut secara otodidak. Tapi karyanya
luar biasa. Ia tidak hanya bisa membuat aneka bros tetapi juga tas, sweater dan
bahkan highhils rajut. Kurasa dia memang perempuan ajaib. Hanya dengan melihat
bendanya saja dia dapat menirunya dengan sempurna. Eh tapi gak cuma meniru lo.
Dia juga bisa mengaplikasi rajutannya pada benda apa saja. Cukup melihat model
kemudian pegang hakpen dan benang, terus jadi rajutan cantik.
Sejak saat itu aku mulai menggumuli benang dan
hakpen lagi. proyek pertamaku tentu saja bros rajut dan tas kecil. Bros pertama
jadi, tapi kurang sempurna, kuntumnya mleyot. Bros kedua kelopak paling bawah
tidak sama. Bros ketiga, lapisan kelopak kedua panjangnya hampir sama dengan
kelopak paling bawah sehingga terlihat lucu. Bros ke empat, bros kelima, keenam dan seterusnya.
Aku lupa bros ke berapa yang benar-benar membuatku puas.
Bros-bros itu kubuat dengan ketrampilan dasar yang
sama. Membuat tusuk rantai, membuat tusuk ganda dan membentuknya menjadi
lingkaran, mengisi, membuat rantai lagi dan membuat kelopak bersusun tiga. Tapi
diperlukan pengulangan berkali-kali untuk mendapatkan bros yang betul-betul
sempurna.
Membuat tas juga sama. Tas pertama bentuknya
menceng. Rupanya jumlah tusuk tidak konsisten. Tas kedua, kurang sempurna
karena ada pola yang tiba-tiba menghilang. Tas ketiga pemasangan gesper
terbalik. Tas keempat masih dalam proses.
Aku belajar tentang sesuatu yang penting di sini.
Berlatih akan membuat kita menjadi mahir. Kurasa ini berlaku dalam hal apa
saja. Meskipun kita sudah mendapatkan pengetahuan dasarnya (ketrampilan
dasarnya) kita tidak akan benar-benar menguasai sebelum kita banyak melakukan
latihan alias berlatih.
Saat berlatih kita menemukan kesalahan dan berpikir
untuk tidak melakukan kesalahan di karya selanjutnya. Saat berlatih kita
belajar bahwa kalau kita melakukan X maka akan menjadi Y. Saat berlatih kita
akan terus bereksperimen untuk memperbaiki karya-karya berikutnya.
Jadi, mahir itu tidak bisa diperoleh dengan cara
instan, meskipun anda seorang yang genius. Untuk menjadi mahir anda harus
melakukan banyak latihan. Maka, berlatihlah inti dari belajar yang
sesungguhnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar