Rabu, 15 Januari 2014

Belajar yang sesungguhnya adalah berlatih



Berlatih adalah satu-satunya cara untuk membuat patung yang anda pahat terlihat lebih baik dari pada patung orang lain

Melakukan sesuatu secara berulang-ulang dan terus menerus itulah yang saya sebut dengan berlatih. Aku sudah memiliki ketrampilan dasar merajut sejak masih duduk di SD. Aku tidak ingat kelas berapa ibuku mulai mengajarkan ketrampilan ini. Ibuku mengajariku dengan ketrampilan paling dasar. Mulai dari cara memegang hakpen, menggulung benang di jari telunjuk dan  membuat tusuk rantai. 


Ketika aku merengek untuk diajari membuat rajutan, ibu selalu bilang: belajar dulu bikin rantai. Akupun belajar membuat rantai sampai bisa.  Setelah aku berhasil, ibuku mulai mengajarkan tusuk tiang. (Itu istilahku. Di kemudian hari aku tahu yang diajarkan ibuku itu namanya tusuk ganda).  Selanjutnya ibuku mengajariku tentang beberapa tusuk dasar dan memberiku proyek sederhana sehingga aku bisa membuat sebuah kantong kecil.

Pelajaran tentang merajut selesai. Artinya ketrampilan dasarnya sudah diajarkan dan aku berhasil melakukan sesuai dengan kompetensi yang seharusnya. Tetapi ketrampilan merajut ini berhenti sampai disini. Aku tidak pernah merajut sampai aku kuliah. Di tahun ke tiga masa kuliahku, salah seorang teman sekamarku membuat syal rajut. Aku tertarik. Kupikir karena aku juga bisa merajut, pasti aku juga bisa melakukan hal yang sama.

Benar juga. Aku hanya perlu memperhatikan dia merajut untuk mempelajari polanya setelah itu aku berhasil membuat kurang lebih 5 syal yang kubagi-bagikan kepada temanku. Setelah itu selesai. Aku tidak pernah menyentuh benang dan hakpen lagi untuk waktu yang sangat lama.
Kemudian dunia heboh lagi dengan rajutan. Kali ini bros rajut. Aku melihat di pasaran bros berbentuk bunga mawar dengan kuntum bertumpuk-tumpuk dibuat dari rajutan. Bagus sekali. Akupun kembali terusik. Aku kembali membeli hakpen dan benang. Mencoba sendiri cara membuat bros dari rajutan. Tidak berhasil. Ngintip videonya dari You tube tambah bingung. Aku benar-benar penasaran. Sampai-sampai aku bertekad tidak akan memakai bros rajutan sebelum aku bisa membuatnya sendiri.

Bertemulah aku dengan seorang perempuan yang jago banget dalam urusan rajut merajut ini. Ia berjanji untuk mengajariku cara membuat bros. Suatu hari aku datang ke rumahnya yang jaraknya lumayan jauh dari rumahku dan menembus hujan pula, untuk belajar membuat bros rajut.
Ada yang menarik dari guruku kali ini. Dia, perempuan tomboy, yang mengaku belajar merajut secara otodidak. Tapi karyanya luar biasa. Ia tidak hanya bisa membuat aneka bros tetapi juga tas, sweater dan bahkan highhils rajut. Kurasa dia memang perempuan ajaib. Hanya dengan melihat bendanya saja dia dapat menirunya dengan sempurna. Eh tapi gak cuma meniru lo. Dia juga bisa mengaplikasi rajutannya pada benda apa saja. Cukup melihat model kemudian pegang hakpen dan benang, terus jadi rajutan cantik.

Sejak saat itu aku mulai menggumuli benang dan hakpen lagi. proyek pertamaku tentu saja bros rajut dan tas kecil. Bros pertama jadi, tapi kurang sempurna, kuntumnya mleyot. Bros kedua kelopak paling bawah tidak sama. Bros ketiga, lapisan kelopak kedua panjangnya hampir sama dengan kelopak paling bawah sehingga terlihat lucu. Bros ke  empat, bros kelima, keenam dan seterusnya. Aku lupa bros ke berapa yang benar-benar membuatku puas.

Bros-bros itu kubuat dengan ketrampilan dasar yang sama. Membuat tusuk rantai, membuat tusuk ganda dan membentuknya menjadi lingkaran, mengisi, membuat rantai lagi dan membuat kelopak bersusun tiga. Tapi diperlukan pengulangan berkali-kali untuk mendapatkan bros yang betul-betul sempurna.

Membuat tas juga sama. Tas pertama bentuknya menceng. Rupanya jumlah tusuk tidak konsisten. Tas kedua, kurang sempurna karena ada pola yang tiba-tiba menghilang. Tas ketiga pemasangan gesper terbalik. Tas keempat masih dalam proses.

Aku belajar tentang sesuatu yang penting di sini. Berlatih akan membuat kita menjadi mahir. Kurasa ini berlaku dalam hal apa saja. Meskipun kita sudah mendapatkan pengetahuan dasarnya (ketrampilan dasarnya) kita tidak akan benar-benar menguasai sebelum kita banyak melakukan latihan alias berlatih.

Saat berlatih kita menemukan kesalahan dan berpikir untuk tidak melakukan kesalahan di karya selanjutnya. Saat berlatih kita belajar bahwa kalau kita melakukan X maka akan menjadi Y. Saat berlatih kita akan terus bereksperimen untuk memperbaiki karya-karya berikutnya.

Jadi, mahir itu tidak bisa diperoleh dengan cara instan, meskipun anda seorang yang genius. Untuk menjadi mahir anda harus melakukan banyak latihan. Maka, berlatihlah inti dari belajar yang sesungguhnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar