Kamis, 19 Desember 2013

Suatu Hari di Kelas Kimia





Suasana di kelas kimia.
Selama dua pertemuan yang lalu kami belajar tentang materi, sifat materi dan perubahan materi. Pertemuan kali ini kami akan belajar tentang perubahan kimia yang dilanjutkan dengan persamaan reaksi. Siswa sudah mengenali dan bisa membedakan ciri-ciri perubahan fisika dan perubahan kimia.
Kutuliskan pernyataan di bawah ini di papan tulis:
Gas Hidrogen direaksikan dengan gas oksigen membentuk uap air”.
Pada kata gas hidrogen, gas oksigen dan uap air sengaja kuberi garis bawah sebagai kata kunci yang harus mereka cermati. Selanjutnya kutantang mereka untuk menuliskan persamaan reaksi dibawah pernyataan tersebut. Beberapa diantara mereka memberanikan diri maju ke depan menuliskan persamaan reaksi di papan tulis.
Anak pertama yang maju menuliskan seperti ini:
H   +   O   =  H2O
Kuberi tanda silang di bawah lambang unsur yang salah. Kemudian kutantang kembali kepada yang lain untuk memperbaiki jawaban temannya yang salah. Seorang anak mengacungkan tangan. Ia maju dan menerima spidol untuk menuliskan perbaikan di bawah jawaban temannya terdahulu. Ia menuliskan seperti ini:
H   +   O2   à  H2O
Kembali kuberi tanda silang dibawah lambang unsur yang salah. Tanpa kuminta beberapa orang anak mengacungkan tangan ingin berpartisipasi untuk melakukan perbaikan. Kini aku harus memilih satu diantara mereka. Anak yang terpilih itu menulis seperti ini:
H2   +   O2   à  H2O2
Kali ini kububuhkan satu tanda silang di bawah rumus molekul peroksida. Kelas mulai gaduh. Beberapa anak terlihat tidak segera memutuskan apakah akan melakukan perbaikan atau tidak. Salah seorang anak dengan ragu-ragu maju ke depan dan melakukan perbaikan. Ia menulis:
H2   +   O2   à  H2O
Kuberi bingkai persamaan reaksi yang sudah sempurna itu (aku sengaja mengabaikan fase) dan memberi komentar : sempurna.
Anehnya siswa tidak merasa surprise meskipun jawaban mereka benar. Tampaknya mereka menyimpan pertanyaan dalam benak mereka yang mendesak untuk dicarikan jawabannya. Setelah kutawarkan kesempatan kepada mereka untuk bertanya, berikut adalah rentetan pertanyaan mereka:
“Kenapa bu kok gas Hidrogen ditulis H2?”
“Kenapa bu kok gas Oksigen ditulis O2?”
“Kenapa bu kalau O2 direaksikan dengan H2 menjadi H2O, bukan H2O2?”
Sebelum menjawab pertanyaan-pertanyaan itu aku mengingatkan mereka pada pelajaran IPA yang mereka pelajari saat mereka masih duduk di bangku SD.
“Masih ingatkah kalian tentang pernapasan? Gas apa yang kita hirup saat kita bernapas?”
“Gas oksigen” jawab mereka serempak.
“Bagaimana lambang gas Oksigen?”
“O2
“Kenapa ditulis seperti itu?”
“La gurunya ngajarinnya gitu lo Bu?”
“Kok tidak protes?”
Sebagian  diantara mereka menepuk jidat, sebagian yang lain tertawa  terkekeh-kekeh.
@@@
Mempelajari sains pada hakekatnya adalah mempelajari fakta atau gejala alam. Kita perlu mempelajari gejala alam agar kita dapat memahami mengapa gejala alam terjadi. Satu hal yang harus dipahami bahwa belajar sains bukan berarti mencocok-cocok kan gejala alam tersebut dengan teori.
Coba perhatikan pertanyaan dibawah ini:
“Kenapa  O2 direaksikan dengan H2 menjadi H2O?”
Di alam reaksi antara gas oksigen dengan gas hidrogen menghasilkan air. Ini semacam aturan yang berlaku di alam. Molekul gas hidrogen yang terdiri dari dua atom bila bertemu dengan molekul gas oksigen yang juga terdiri dari dua atom, keduanya akan bersenyawa dengan mengikuti aturan bahwa setiap dua atom hidrogen akan bergabung dengan satu atom oksigen. Maka setiap satu molekul gas oksigen (yang terdiri dari dua atom tersebut) membutuhkan dua molekul gas hidrogen dan membentuk dua molekul air.
Memahami aturan yang berlaku di alam!
Inilah yang terjadi ketika kita mempelajari sains. Harus kita sadari bahwa alam memberlakukan aturan-aturan.  Kita adalah bagian dari aturan alam tersebut. Sebagai bagian dari alam, kita wajib memahami aturan alam tersebut agar hidup kita selaras dengan alam, bukan justru bertabrakan dengan alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar