Sabtu, 30 November 2013

Hati-hati, Anda Bisa Menjadi Sumber Konflik



Kalau direnung-renungkan, seringkali munculnya konflik kecil berubah menjadi besar itu karena ada pihak-pihak yang tidak bisa menahan diri untuk tidak mencampuri urusan orang lain. Boleh sih kita sebagai penonton menilai orang lain, tapi kalau sampai masuk ranah ranah yang tidak seharusnya tentu itu akan sangat berbahaya karena akan memicu permasalahan menjadi lebih besar lagi. 

Misalnya ada dua orang berselisih paham. Sebutlah Dian dan Amira. Karena galau menghadapi perseteruan itu Dian curhat ke sahabatnya, Rosy. Namanya juga orang yang terlibat, tentu Dian curhatnya yang membenarkan dirinya. Ya mana ada orang menyalahkan dirinya sendiri. Nah si Rosy ini terpengaruh dengan curhatan Dian. Ia menilai Amira lah yang salah dalam perselisihan ini. Selanjutnya Rosy melibatkan diri dalam konflik mereka berdua dan memposisikan diri sebagai pembela Dian. Konflikpun meluas. Perseteruan Rosy dengan Amira bisa jadi lebih hebat dari pada perseteruan Dian dan Amira. Selanjutnya konflik yang semula serupa bara  menjadi kobaran api yang membakar ketiganya.


Fakta seperti itu sudah sering sekali terjadi di sekitar kita atau bahkan menimpa diri kita sendiri. Maka sebaiknya kalau mau jadi penonton ya jadi penonton aja, kecuali kalau anda memang punya wewenang untuk menjadi hakim diantara keduanya. Misalnya anda seorang atasan atau seorang ahli hukum. Anda memiliki kekuasaan untuk menghentikan konflik tersebut. Anda diberi kewenangan untuk menjadi penengah, itu memang tugas anda.

Tapi kalau anda seorang simpatisan, penilaian anda itu sebaiknya anda simpan dalam hati. Kalau anda menganggap pihak A salah dan pihak B benar, cukuplah jadikan pelajaran saja. Yang salah gak usah ditiru. Kemudian  anda bisa belajar   menemukan kemungkinan-kemungkinan untuk mencegah konflik serupa agar anda tidak mengalaminya.Itu mungkin lebih baik daripada melibatkan diri dalam pertarungan orang lain.Anda pasti akan terlihat lebih keren. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar