Pernah suatu ketika
seorang teman bertanya apakah aku memelihara ayam di rumah? Saat kujawab tidak,
sontak ia melotot, seolah sesuatu yang aneh karena aku tidak memelihara ayam.
Saat itu aku tertawa dan justru menganggap dia yang aneh. Tidak memelihara ayam
saja kok heboh. Tapi dia punya
argumentasi yang tidak kalah hebohnya. Kita kan tinggal di desa. Punya ruang
dan lahan untuk pelihara ayam. Selain itu memelihara ayam juga menguntungkan
karena ayam-ayam itu yang akan menghabiskan makanan-makanan sisa kita. Pendek
kata memelihara ayam itu menguntungkan dari berbagai sudut pandang. Pakan murah
(karena memanfaatkan makanan sisa), bisa menikmati daging ayam gratis dan
bahkan bisa menambah income karena harga ayam kampung lumayan mahal.
Saat itu aku memang
hanya tertawa saja dan menganggap temanku itu terlalu njlimet mikirnya. Hidup
kenapa dibuat serumit itu. Memelihara
ayam repot ngurusin kotorannya, harus memberi makan tiap hari dan belum lagi
kalau be-ol dimana-mana. Bikin repot saja. Tapi kok sekarang kupikir kata-kata temanku itu ada benarnya
ya.
Bermula dari munculnya swalayan di dekat rumahku. Bagi kami tentu swalayan itu menjadi kompetitor toko kecil kami. Angka penjualan di toko kami menurun drastis sejak kehadiran swalayan itu. Bagaimanapun hal itu membuat ritme kehidupan kami sedikit mengalami perubahan. Suami menjadi tidak bersemangat. Kurasa kami menghadapi masalah yang cukup serius dan diperlukan pemikiran serius untuk menyelesaikan masalah itu.
Setelah melakukan
analisa swot sederhana, kami sepakat
untuk memaksimalkan potensi yang kami
miliki. Kami masih mempunyai lahan yang cukup luas dibelakang rumah. Pilihan
kami adalah membuat kolam ikan. Kami mulai mencari informasi ke sana ke mari.
Kebetulan ada beberapa saudara yang sudah mempunyai kolam ikan. Sambil belajar kami mempersiapkan lahan.
Membuat pagar adalah langkah pertama. Suamiku bahkan berencana membuat batako
sendiri. Dia benar-benar super. Bayangkan ia membuat sendiri 3500 batako, yang dibuat
di sela-sela waktu luangnya.
Langkah berikutnya
adalah membangun kolam ikan. Kami
menyelesaikan dua kolam ikan dulu. Kolam
itu berukuran sedang. Dua kolam itu menjadi kolam latihan kami. Di kolam
pertama ditebar 2500 benih ikan nila. Persiapan kolam dilakukan sekadarnya.
Setiap hari banyak ikan yang mati. Suamiku berusaha mencari informasi tentang
budi daya ikan melalui internet. Hua.... memanfaatkan teknologi donk. Masa
pemakaian speedy hanya untuk baca berita dan facebook-an saja. Rugi banget.
Informasi yang
diperoleh suami macam-macam ternyata. Suatu ketika tiba-tiba ia ngomongin
azzola. Katanya azzola itu pakan alami ikan yang kaya protein. Akupun menemani
suami mencari azzola. Pertama kali ketemu salah, karena ternyata yang kami
peroleh adalah kayu apu, ha...ha... Pencarian kedua baru betul, menurutku. Tapi
suamiku tetap meragukan apakah perolehan kami itu benar-benar azzola. Dia
memutuskan untuk membeli bibit azzola. Akhirnya kami mendatangi penjual azzola
di Tulungagung. Membeli satu kresek azzolia dan sekarang sudah menjadi dua
kolam.
Lahan kami masih cukup
luas. Aku mengusulkan untuk menanami sayuran di beberapa tempat yang masih
kosong. Kurasa tanaman yang paling cocok ya tanaman perdu agar intensitas
cahaya matahari tetap terjaga. Usulanku pertama kali adalah kangkung. Kami
menyukai tumis kangkung yang lezat. Betapa senangnya bila aku tidak perlu
repot-repot ke warung untuk membeli kangkung. Kapanpun mau tinggal petik di
kebun sendiri. Suamiku setuju. Kami juga membeli beberapa benih tanaman yang
lain. Cabe, terong dan sawi. Sebagian kami tanam di polybag dan sebagian yang
lain kami tanam langsung di tanah. Ternyata tanaman di polibag lebih subur.
Suamiku memproklamirkan
untuk memproduksi tanaman organik. Tanpa pestisida dan tanpa pupuk buatan. Itu
artinya ia harus bisa membuat kompos sendiri. Lagi-lagi ia mengandalkan mbah
google. Ia mulai mempraktekkan beberapa teknik membuat kompos sendiri. Biasalah
namanya juga belajar, pertama kali dua kali tidak berhasil itu biasa. Kurasa
itu adalah proses pembelajaran.
Seperti yang terjadi
pada kolam pertama kali. Karena banyak ikan yang mati, suamiku menjadi rajin
browsing tentang penyakit ikan dan cara menanggulanginya. Meriset hal-hal apa
yang membuat kolam pertama kurang berhasil. Suamiku memperbaiki persiapan awal
kolam, mempelajari sifat air dan sebagainya. Pada penebaran benih di kolam
kedua, tingkat kematian ikan bisa ditekan .
Tidak lagi ditemukan ikan mati. Dari 1100 benih ikan tidak lebih dari 10
ikan yang mati diusianya dua bulan ini. Belajar adalah proses.
Kini aku benar-benar
menikmati kebun yang produktif. Meski
baru untuk konsumsi sendiri, tapi mempunyai kebun yang produktif itu sangat
menyenangkan. Keheranan temanku yang
kuceritakan di awal tulisan ini baru nyangkut di otakku sekarang. Kalau dipikir
benar juga ya. Aku tinggal di desa. Rata-rata penduduk desa mempunyai lahan
yang cukup luas. Selain rumah yang kami tinggali, kami selalu punya lahan yang
biasanya kami biarkan nganggur dan tidak produktif. Padahal kalau kita mau
memanfaatkan untuk memelihara ternak atau
menanam tanaman produktif mungkin akan sangat membantu kebutuhan sehari-hari.
Tentu kita tidak harus direpotkan dengan harga cabe melangit, harga tomat yang
meroket atau harga daging ayam yang mencekik leher.
sedia azolla bandung - jawa barat
BalasHapuskegunaan azolla :
- penghijau dan pendingin kolam ikan, sawah, kolam terpal, kolam air mancur
- pakan alternatif alami ikan gurame, nila dll / lele sbg sumber serat
- pakan alternatif ayam, bebek, entog
- pakan alternatif / pengganti rumput utk sapi, kambing, kerbau, domba tanpa ngarit apalagi kemarau
- bahan baku pupuk hijau dan kompos alami utk tanaman pekarangan, sawah, kebun, lahan gambut
- sebagai pengurai limbah dan tanaman lahan kritis berair misal : bekas galian, air TPA sampah
- kandungan dan kegunaan lain nya bisa cari di google
salam hijau dan kembalikan tanah air kita sebagai mana fungsi nya tanpa bahan kimia
WHAT APPS / TELP / SMS PASTI DIBALES : 089636503911 (asli bandung)
Wah baru tahu ada yang mampir. Trrimakasih ya.
Hapus