Setiap
hari kita bertemu. Kita melewati hampir setiap saat untuk bersama. Kita saling
mengisi, saling melengkapi, saling belajar dan saling membutuhkan. Itu artinya
kita adalah sepasang sahabat. Lebih tepatnya, waktu memaksa kita untuk
bersahabat.
Sebagai
sahabat, seharusnya kita saling mendamaikan. Kita tidak saling menyakiti satu
dengan yang lain. Seharusnya kita saling
berbagi rasa nyaman. Tapi faktanya tidak
selalu demikian. Karena satu dan lain hal, kita menjadi saling menyakiti.
Mungkin
karena yang kita pikirkan tidak sejalan. Bagi kalian, mungkin aku adalah
makhluk cerewet yang kurang kerjaan. Terlalu banyak meminta atau melarang.
Membuat kalian merasa terkekang. Menghambat kesenangan kalian. Mengusik
kenyamanan kalian. Sementara menurutku, semua yang kulakukan itu karena aku harus
menjaga kalian.
Sebagai
manusia dewasa tugasku adalah menjadi pendamping kalian. Menyampaikan apa yang
harus aku sampaikan. Mengabarkan tentang kesalahan-kesalahan yang pernah kulakukan
agar kalian tidak mengulangi kesalahan yang sama. Menyampaikan keberhasilan
yang pernah ku capai agar kalian terinspirasi untuk berbuat lebih baik lagi.
Mungkin
bagi kalian aku adalah orang yang sok tahu, karena berbicara tentang apa yang
akan kalian hadapi bila kalian melakukan ini atau itu. Tetapi sesungguhnya aku
telah belajar tentang semua itu. Ada yang kupelajari melalui buku, ada yang
kupelajari melalui nasehat para pendahulu dan ada pula yang kupelajari dari apa
yang telah kualami sendiri. Waktulah yang mengajarkan semua itu. Bila aku tidak
menyampaikannya dan kalian mendapatkan masalah, tentu itu adalah kesalahanku.
Jadi
tak apalah. Kita akan tetap bersahabat. Bila aku tersakiti, aku akan menganggap
karena ketidaktahuan kalian, seperti ketidak tahuan balita bahwa es lilin itu membuatnya demam. Suatu
ketika nanti bila sudah tiba saatnya ia akan mengetahuinya juga. Kalian juga
akan seperti itu.
Bila
kalian merasa tersakiti, aku minta maaf. Keterbatasankulah yang menyebabkan aku
tak pandai menjelaskan kepada kalian mengapa aku seolah-olah menyakiti kalian.
Meski aku bukan manusia sempurna, tetapi mimpi terbesarku adalah: melihat kalian berhasil mengenggam
mimpi kalian dikehidupan kalian mendatang. Apakah mimpi itu terlalu berlebihan?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar