Jumat, 08 November 2013

Cukup 2 Meter Ke Depan



Keinginanku mempunyai kolam ikan akhirnya terwujud juga. Tidak tanggung-tanggung, suamiku membuat dua kolam ikan dengan ukuran sedang. Padahal aku cuma ingin punya kolam ikan kecil saja. Di dalamnya ada beberapa puluh ikan yang bisa di panen untuk dikonsumsi sendiri. Aku pernah melihat kolam kecil seperti itu di rumah saudaraku di Jakarta. Saat itu aku berpikir, di Jakarta saja yang lahannya sempit, saudaraku masih bisa memelihara ikan apalagi aku yang tinggal di desa dengan lahan yang cukup luas.

Mempunyai kolam ikan,  beberapa ekor ayam dan tanaman sayur mayur benar-benar menjadi sebuah mimpi. Dan aku tidak bosan-bosan mengungkapkan keinginan itu pada suamiku. Biar saja dia bosan mendengarnya dan tidak punya pilihan lain selain meluluskannya. 

Dan akhirnya mimpi itu mulai terwujud. Setelah kami berhasil membangun pagar belakang rumah, kami memiliki lahan yang cukup untuk membangun kolam dan menanam beberapa tanaman sayur. Meskipun suamiku sudah merancang beberapa kolam tapi aku terus merajuk untuk merealisasikan dua kolam berukuran sedang terlebih dahulu. Aduh... benar-benar aku hanya ingin kolam-kolam itu berisi ikan untuk dikonsumsi sendiri jadi tidak perlu besar-besar. 

Ada perbedaan pemikiran yang sangat mendasar antara aku dan suamiku.Suamiku maunya sekalian jalan. Usaha kolam ikan ya untuk mendapatkan keuntungan. Beberapa kolam besar biar bisa panen banyak dan menghasilkan duit yang banyak. Untuk itu semua perhitungan harus matang. Semua itu sangat berbeda dengan apa yang aku pikirkan. Mempertentangkan dua pemikiran yang berbeda akan sangat melelahkan. Maka aku memilih cara lain. Membujuk suamiku dengan argumen yang masuk akal. Kubilang pada suamiku, bahwa kami perlu belajar karena kami adalah pemula. Dua kolam ini akan kami jadikan kolam pelatihan sebelum mengelola kolam-kolam yang lain. Dan... suamiku setuju. 

Ini adalah kolam-kolam itu. Dua kolam itu dibangun berdampingan di sisi kiri pekarangan kami. Tempatnya berdekatan dengan rumah kami sehingga aku leluasa menyatroninya kapanpun aku mau. 





Karena benar-benar pemula, kami sangat membutuhkan berbagai informasi tentang  pembesaran ikan ini. Suamiku jadi rajin browsing-browsing tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan ikan. Aku sih sudah teramat girang bisa memberi makan ikan-ikan itu setiap hari.




Kolam ikan sudah. Maka berikutnya adalah tanaman sayur mayur. Beberapa bulan yang lalu suamiku menanam beberapa batang cabe untukku. Cabe-cabe itu sebetulnya tanaman liar yang tidak sengaja tumbuh. Mungkin ia tumbuh dari biji cabe yang tidak sengaja terbuang olehku. Suamiku memindahkan di tempat yang aman dan menatanya dalam satu deret yang rapi. Setelah beberapa bulan kemudian cabe-cabe itu berbuah. Dari lima tanaman cabe itu aku merasa sangat diuntungkan karena mengurangi cost belanjaku, apalagi harga  cabe waktu itu benar-benar melangit. Wah senang sekali setiap kali main ke halaman belakang sekalian memetik cabe dan menyimpannya dalam kantong daster.

Kembalilah aku membujuk suamiku untuk mau menanam beberapa tanaman sayur. Yang aku benar-benar ngidam adalah punya tanaman kangkung, bayam dan kenikir. Tumis kangkung, sayur bobor dan pecel adalah makanan kegemaran kami. Segera terbayang dibenakku bisa memetik sayur mayur itu dikebun sendiri. selain menghemat waktu karena tidak usah belanja ke warung, yang pasti juga menghemat dana. Ah dasar perempuan. 

Dalam setiap kali pembicaraan aku selalu membicarakan tanaman sayur itu.Pokoknya dimanapun dan kapanpun. Tujuanku cuma satu, suamiku tidak tahan mendengar  dan berbaik hati untuk menanamkannya untukku.

Ha.... berhasil. Kami membeli benih yang sudah siap tanam. Ada benih terong, cabe, kangkung dan sawi. Suamiku menanamnya di pollybag-pollybag. Untuk benih berupa biji suamiku menyemaikan dulu, seperti gambar disamping. Setelah berukuran agak besar baru dipindah di pollybag. 

Tanpa diminta aku mengambil tugas memberi makan ikan dan menyiram tanaman sayur yang ditanam oleh suami.

Kupikir memang seringkali kita melihat terlalu jauh ke depan. Ingin mendapatkan hasil yang besar dalam waktu yang singkat. Tidak mau berkotor-kotor dan ogah repot. Kalau bisa semua serba instan. Kalau perlu gak usah kerja tapi dapat hasil. 

Ketika usaha suami mulai surut, ada saudara yang menawarinya untuk beralih ke usaha ini itu. Tapi aku segera menahannya. Kenapa susah-susah kesana kemari. Pekarangan belakang rumah belum tersentuh sama sekali. Mengapa tidak mencoba mengolahnya dengan baik. Jangan terlalu memikirkan hasilnya. Yang penting adalah usaha yang kita lakukan. Bergerak dan terus bergerak . Manfaatkan apa yang ada. Belajar dan istiqomah. Itu bagian kita. Selebihnya biar Tuhan yang menentukan hasil yang pantas untuk kita. 




















Tidak ada komentar:

Posting Komentar