Keinginanku
mempunyai kolam ikan akhirnya terwujud juga. Tidak tanggung-tanggung, suamiku
membuat dua kolam ikan dengan ukuran sedang. Padahal aku cuma ingin punya kolam
ikan kecil saja. Di dalamnya ada beberapa puluh ikan yang bisa di panen untuk
dikonsumsi sendiri. Aku pernah melihat kolam kecil seperti itu di rumah
saudaraku di Jakarta. Saat itu aku berpikir, di Jakarta saja yang lahannya sempit, saudaraku masih bisa memelihara ikan apalagi aku yang tinggal di desa dengan lahan yang cukup luas.
Mempunyai kolam
ikan, beberapa ekor ayam dan tanaman sayur mayur benar-benar menjadi
sebuah mimpi. Dan aku tidak bosan-bosan mengungkapkan keinginan itu pada
suamiku. Biar saja dia bosan mendengarnya dan tidak punya pilihan lain selain
meluluskannya.
Dan akhirnya mimpi
itu mulai terwujud. Setelah kami berhasil membangun pagar belakang rumah, kami
memiliki lahan yang cukup untuk membangun kolam dan menanam beberapa tanaman
sayur. Meskipun suamiku sudah merancang beberapa kolam tapi aku terus merajuk untuk
merealisasikan dua kolam berukuran sedang terlebih dahulu. Aduh... benar-benar
aku hanya ingin kolam-kolam itu berisi ikan untuk dikonsumsi sendiri jadi tidak
perlu besar-besar.
Ada perbedaan pemikiran yang sangat mendasar antara aku dan suamiku.Suamiku maunya sekalian jalan. Usaha kolam ikan ya untuk mendapatkan keuntungan. Beberapa kolam besar biar bisa panen banyak dan menghasilkan duit yang banyak. Untuk itu semua perhitungan harus matang. Semua itu sangat berbeda dengan apa yang aku pikirkan. Mempertentangkan dua pemikiran yang berbeda akan sangat melelahkan. Maka aku memilih cara lain. Membujuk suamiku dengan argumen yang masuk akal. Kubilang pada suamiku, bahwa kami perlu belajar karena kami
adalah pemula. Dua kolam ini akan kami jadikan kolam pelatihan sebelum mengelola kolam-kolam yang lain. Dan... suamiku setuju.

Kembalilah aku
membujuk suamiku untuk mau menanam beberapa tanaman sayur. Yang aku benar-benar
ngidam adalah punya tanaman kangkung, bayam dan kenikir. Tumis kangkung, sayur
bobor dan pecel adalah makanan kegemaran kami. Segera terbayang dibenakku bisa
memetik sayur mayur itu dikebun sendiri. selain menghemat waktu karena tidak
usah belanja ke warung, yang pasti juga menghemat dana. Ah dasar perempuan.
Dalam setiap kali
pembicaraan aku selalu membicarakan tanaman sayur itu.Pokoknya dimanapun dan
kapanpun. Tujuanku cuma satu, suamiku tidak tahan mendengar dan berbaik
hati untuk menanamkannya untukku.
Tanpa
diminta aku mengambil tugas memberi makan ikan dan menyiram tanaman sayur yang
ditanam oleh suami.
Kupikir memang seringkali kita melihat terlalu jauh ke depan. Ingin mendapatkan hasil yang besar dalam waktu yang singkat. Tidak mau berkotor-kotor dan ogah repot. Kalau bisa semua serba instan. Kalau perlu gak usah kerja tapi dapat hasil.
Ketika usaha suami mulai surut, ada saudara yang menawarinya untuk beralih ke usaha ini itu. Tapi aku segera menahannya. Kenapa susah-susah kesana kemari. Pekarangan belakang rumah belum tersentuh sama sekali. Mengapa tidak mencoba mengolahnya dengan baik. Jangan terlalu memikirkan hasilnya. Yang penting adalah usaha yang kita lakukan. Bergerak dan terus bergerak . Manfaatkan apa yang ada. Belajar dan istiqomah. Itu bagian kita. Selebihnya biar Tuhan yang menentukan hasil yang pantas untuk kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar