Halo sahabat,
apa kabar. Tiba-tiba saja aku tergerak untuk menyapamu. Sore ini aku pulang
membawa kepenatan. Kurasa kamu juga. Bahkan kepenatanmu mungkin jauh lebih
berat dari kepenatanku. Kurasa ada sesuatu yang meliputi hatimu, saat ini.
Oh tidak juga. Kamu
hanyalah satu diantara sekian banyak manusia yang didera kegelisahan. Apakah kamu
merasa semua yang kamu lakukan serba salah? Apakah kamu merasa semua orang
sangat menyebalkan? Apakah kamu ingin menangis dan berteriak sangat kencang? Apakah
kamu ingin mencengkeram dunia dan meremasnya diantara jari-jarimu yang lemah?
Kita memang
berada diantara kebusukan. Ketika kamu maju beberapa langkah, kamu mendapatkan
wajah orang-orang yang membuatmu marah. Ketika kamu menoleh ke kiri atau
kekanan sama saja. Kamu mendapati semua orang memikirkan sesuatu yang sangat
berbeda dari apa yang kamu pikirkan. Perbedaan itulah yang membuat semuanya
terasa aneh. Apa yang kamu pikirkan benar, orang lain memikirkannya sebagai
sesuatu yang salah. Sebaliknya saat kita memikirkan sesuatu yang kita anggap
salah orang berpikir itu benar. Kemana kita mencari pembenaran? Semakin jauh
kita melangkah, kita akan semakin lelah. Kita akan kehilangan energi dan kita
menjadi semakin tak berdaya.
Marilah kita
sederhanakan semuanya. Aku pernah mendengarkan tauziah dari seorang yang alim. Kata beliau, lintasan-lintasan
hati manusia itu seperti bergantinya siang dan malam. Saat malam tiba, semua
menjadi gelap. Tak ada cahaya. Kita tak dapat melihat sesuatu apapun dalam
kegelapan itu. Saat itu kita merasa sangat tidak nyaman. Gelisah. Dunia begitu
sempitnya. Ketidakhadiran cahaya
menghalangi kita untuk menyaksikan dunia.
Tetapi semua
itu ada masanya. Matahari akan terus bergerak dan memunculkan cahaya di
keesokan harinya. Menggantikan dunia gelap menjadi terang benderang. Menggantikan
kegelisahan dengan perasaan nyaman. Semuanya berubah seratus delapan puluh
derajat. Yang semula tak terlihat oleh kita saat gelap sekarang tampak dan
sangat nyata. Kita bisa melihat merahnya rose yang indah. Kita bisa melihat
hijaunya daun dan merasakan jarak dari penglihatan kita. Sempurna. Kita menjadi
saksi keindahan alam raya.
Tetapi, sekali
lagi, semua itu ada masanya. Setelah waktu yang ditentukan terang benderang
akan silih berganti dengan malam yang gulita. Kembali kita merasa kan sempit
yang menghimpit. Siang berganti malam. Malam berganti siang. Lapang berganti
sempit dan sempit berganti lapang. Gelisah berganti tenang dan tenang berganti
gelisah.
Bahwa segala
sesuatu itu akan berubah sesuai masanya, adalah benar adanya. Maka, bukanlah
sebuah masalah ketika lintasan perasaan kita itu berubah setiap saat, baik kita
inginkan maupun tidak. Mengapa bukan masalah? Karena bukan kita yang
menentukannya. Tak peduli kita mau atau tidak. Tak peduli kita suka atau tidak.
Semua akan berjalan sesuai kehendak-Nya.
Tugas kita
adalah menempatkan diri kita sesuai dengan masanya. Di setiap keadaan ada tugas
yang dibebankan pada kita. Saat kesempitan yang datang melintas dalam hati
kita, maka kita harus memperbanyak istighfar, mohon perlindunganNya. Jangan
mengambil tindakan. Jangan mengambil keputusan. Bersabar melewati waktu sempit itu
dan meyakini bahwa semuanya akan berlalu bila sudah tiba saatnya.
Bila lapang yang datang, tugas kita adalah
mensucikan nama-Nya. Mensyukuri nikmatnya. Menjalankan tugas kehambaan kita.
Menjadi distributor sifat kasih sayangNya kepada makhluk di sekitar kita. Bergerak. Merencanakan. Berpikir dan Berbuat.
Memanfaatkan semua potensi yang kita miliki untuk menjalankan tugas sebagai
khalifah.
Maka, bila saat
ini kamu sedang gelisah, mari kutemani
untuk diam dan bertahan. Kita yakinkan
diri bahwa semua akan berlalu dengan seiringnya waktu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar