Selasa, 23 Oktober 2012

SURAT UNTUK SAHABAT


 
Halo sahabat, apa kabar. Tiba-tiba saja aku tergerak untuk menyapamu. Sore ini aku pulang membawa kepenatan. Kurasa kamu juga. Bahkan kepenatanmu mungkin jauh lebih berat dari kepenatanku. Kurasa ada sesuatu yang meliputi hatimu, saat ini.
Oh tidak juga. Kamu hanyalah satu diantara sekian banyak manusia yang didera kegelisahan. Apakah kamu merasa semua yang kamu lakukan serba salah? Apakah kamu merasa semua orang sangat menyebalkan? Apakah kamu ingin menangis dan berteriak sangat kencang? Apakah kamu ingin mencengkeram dunia dan meremasnya diantara jari-jarimu yang lemah?

Kita memang berada diantara kebusukan. Ketika kamu maju beberapa langkah, kamu mendapatkan wajah orang-orang yang membuatmu marah. Ketika kamu menoleh ke kiri atau kekanan sama saja. Kamu mendapati semua orang memikirkan sesuatu yang sangat berbeda dari apa yang kamu pikirkan. Perbedaan itulah yang membuat semuanya terasa aneh. Apa yang kamu pikirkan benar, orang lain memikirkannya sebagai sesuatu yang salah. Sebaliknya saat kita memikirkan sesuatu yang kita anggap salah orang berpikir itu benar. Kemana kita mencari pembenaran? Semakin jauh kita melangkah, kita akan semakin lelah. Kita akan kehilangan energi dan kita menjadi semakin tak berdaya.
Marilah kita sederhanakan semuanya. Aku pernah mendengarkan tauziah dari seorang   yang alim. Kata beliau, lintasan-lintasan hati manusia itu seperti bergantinya siang dan malam. Saat malam tiba, semua menjadi gelap. Tak ada cahaya. Kita tak dapat melihat sesuatu apapun dalam kegelapan itu. Saat itu kita merasa sangat tidak nyaman. Gelisah. Dunia begitu sempitnya.  Ketidakhadiran cahaya menghalangi kita untuk menyaksikan dunia.
Tetapi semua itu ada masanya. Matahari akan terus bergerak dan memunculkan cahaya di keesokan harinya. Menggantikan dunia gelap menjadi terang benderang. Menggantikan kegelisahan dengan perasaan nyaman. Semuanya berubah seratus delapan puluh derajat. Yang semula tak terlihat oleh kita saat gelap sekarang tampak dan sangat nyata. Kita bisa melihat merahnya rose yang indah. Kita bisa melihat hijaunya daun dan merasakan jarak dari penglihatan kita. Sempurna. Kita menjadi saksi keindahan alam raya.
Tetapi, sekali lagi, semua itu ada masanya. Setelah waktu yang ditentukan terang benderang akan silih berganti dengan malam yang gulita. Kembali kita merasa kan sempit yang menghimpit. Siang berganti malam. Malam berganti siang. Lapang berganti sempit dan sempit berganti lapang. Gelisah berganti tenang dan tenang berganti gelisah.
Bahwa segala sesuatu itu akan berubah sesuai masanya, adalah benar adanya. Maka, bukanlah sebuah masalah ketika lintasan perasaan kita itu berubah setiap saat, baik kita inginkan maupun tidak. Mengapa bukan masalah? Karena bukan kita yang menentukannya. Tak peduli kita mau atau tidak. Tak peduli kita suka atau tidak. Semua akan berjalan sesuai kehendak-Nya.
Tugas kita adalah menempatkan diri kita sesuai dengan masanya. Di setiap keadaan ada tugas yang dibebankan pada kita. Saat kesempitan yang datang melintas dalam hati kita, maka kita harus memperbanyak istighfar, mohon perlindunganNya. Jangan mengambil tindakan. Jangan mengambil keputusan. Bersabar melewati waktu sempit itu dan meyakini bahwa semuanya akan berlalu bila sudah tiba saatnya.
 Bila lapang yang datang, tugas kita adalah mensucikan nama-Nya. Mensyukuri nikmatnya. Menjalankan tugas kehambaan kita. Menjadi distributor sifat kasih sayangNya kepada makhluk di sekitar kita.  Bergerak. Merencanakan. Berpikir dan Berbuat. Memanfaatkan semua potensi yang kita miliki untuk menjalankan tugas sebagai khalifah.
Maka, bila saat ini kamu sedang gelisah, mari kutemani  untuk diam dan bertahan.  Kita yakinkan diri bahwa semua akan berlalu dengan seiringnya waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar