gambar diambil dari
Masih
ingat kata-kata Mario Teguh yang dikutip sahabatku, arin ? Setiap orang
punya jatah gagal. Jatah gagal itu harus dihabiskan untuk mendapatkan
kesuksesan. Semakin cepat jatah gagal itu habis akan semakin cepat pula kita
ketemu sukses.
Lalu
berapa banyak sih jatah gagal kita? Lebih banyak dari orang lain atau lebih
sedikit. Itu rahasia. Bisa jadi banyak
sehingga kita merasa sudah melampaui banyak kegagalan, eh.. suksesnya belum
juga nongol. Tapi bisa jadi sedikit. Baru gagal tiga empat kali sukses sudah
menampakkan batang hidungnya.
Asyik…
asyik. Untuk yang sudah bosen gagal, ini berita gembira. Terus permasalahannya,
gimana caranya mereduksi jatah gagal itu?? Simak baik-baik ya. Hanya ada satu
kata sakti yang bisa mereduksi jatah gagal kita, yaitu: Belajar!.
Dengan
belajar secara intensif, jatah gagal itu akan tereduksi. Semakin intensif
belajar kita semakin banyak jatah gagal yang akan direduksi. Sebaliknya bila
kita mengabaikan kata sakti, jatah gagal
kita bisa-bisa akan bertambah dan memperpanjang jarak antara posisi kita saat
ini dengan kesuksesan kita di masa yang akan datang.
Masih
ingat kan pepatah bijak ini: Pengalaman (gagal) adalah guru terbaik. Ia akan
memberikan ilmu tentang “bagaimana
menjadi tidak gagal” di kesempatan yang akan datang. Kalau kita ceroboh, tidak
cermat dan tidak mengenali ilmu itu dengan baik (karena tidak belajar darinya)
maka jatah gagal kita akan bertambah. Sebaliknya, bila saat menghadapi
kegagalan kita cermat dan mengenali ilmu “bagaimana menjadi tidak gagal lagi”
maka jatah gagal kita akan berkurang. Semakin banyak ilmu yang kita peroleh
dari pengalaman gagal itu, maka akan semakin besar jumlah jatah gagal kita yang
tereduksi.
Maka,
kata sakti : Belajar, itu sangat penting dan sangat menentukan jumlah jatah
gagal kita yang tersisa.
Maka,
janganlah menghadapi ujian tanpa persiapan. Maka janganlah mengerjakan soal
ujian asal asalan, yang penting selesai. Setelah ujian, janganlah kita mengibas-ngibaskan tangan dan menggumamkan
kata, selesai. Dan, bila pengumuman tiba
dan ternyata kita nggak lulus, jangan berputus asa. Sesegera mungkin harus
dilakukan evaluasi. Pertama tentang persiapan yang kita lakukan. Sudahkah
persiapan kita maksimal? Belum. Maksimalkan persiapan!!. Kedua tentang proses.
Hal apakah yang menjadi kendala dalam proses? Identifikasi semua kendala dan
cari solusinya.
Semua
orang dihadapkan pada ujian. Bermacam-macam ujian. Dan semua orang pernah mengalami kegagalan. Diantara
orang-orang yang gagal itu, ada yang belajar tentang: “bagaimana menjadi tidak
gagal di kesempatan yang akan datang”, ada yang mengacuhkannya begitu saja.
Siapa diantara keduanya yang memperpendek jarak antara gagal-sukses?
Tentu orang yang belajar!!
waw..inspiratif seali bu tulisanya. banyak manusia jaman sekarang yg belum bisa mensikapi kegagalan itu secara dewasa, banyak juga yang mengkaitkan kegagalan dengan taqdir. Banyak juga yg pasrah tertimpa tangga yg bernama kegagalan.. waw ternyata kegagalan bisa tereduksi dg belajar, apapun pelajaran yg bisa kita dapat, utamanya pelajaran kehidupan yg riil. banyak di antara kita yang masih menganggap ketidak sesuaian angan dan realita adalah sebuah kegagalan.. padahal ketidak sesuaian itu adalah tangga untuk menuju kesuksesan sesuai angan. yups " kegagalan akan tereduksi dg belajar " setuju banget..
BalasHapusTerimakasih dah meninggalkan jejak di sini Pak Gusti.
BalasHapusBelajar adalah kebutuhan kita, dimana saja dan kapan saja
Luar Biasa...!!!
BalasHapusTulisan panjenengan benar2 membangkitkan semangat saya bu untuk terus berusaha dan berusaha ketika kegagalan datang menghampiri diri saya...
Terimakasih banyak bu... sampun di tag k fb saya...^^
sama-sama Addin, semoga bermanfaat untuk kita semua
HapusMantaph sekali...
BalasHapusterimakasih
Hapussalam kenal