Rabu, 06 Juni 2012

Uh Sombongnya


Terdapat satu hukum Tuhan di dunia ini, Yakni barangsiapa yang takabur dan menyombongkan dirinya, maka niscaya ia akan menjadi makhluk yang terhina dan dihinakan. Dan barang siapa yang tawadhu dan merendahkan dirinya, maka niscaya ia akan menjadi makhluk yang mulia dan dimuliakan (Laa Tahinuu walaa tahzanu: 17)

Dari salah satu buku yang berhasil menarik perhatianku tadi malam saat berjalan-jalan di TB Gunung Agung, ada kalimat yang sangat menarik itu. Hukum Tuhan! Tidak tertulis dengan jelas seperti layaknya Undang-undang, tetapi sangat konsisten dalam kehidupan sehari-hari.
Sombong dan takabur adalah sifat dasar manusia.  Perasaan itu ngglibet dalam hati kita setiap saat. Nggak pagi, nggak sore, siang atau malam. 

Merasa diri lebih dari orang lain, itulah kesombongan. Ya merasa lebih pinter, ya merasa lebih kaya, ya merasa lebih cantik/ganteng, merasa lebih berpengalaman atau merasa lebih-lebih yang lain.  Pokoknya merasa lebih baik deh dari yang lain. 

Dalam kehidupan sehari-hari, si sombong itu menyebalkan. Ini mungkin yang dimaksud dengan terhina dan dihinakan.  Kenapa si sombong ini menyebalkan?

Pertama, karena si sombong ini selalu memaksa orang lain untuk memaksa orang lain mengetahui kelebihannya dengan menceritakan kehebatan mereka. Si sombong akan mengambil alih durasi bicara dan topik pembicaraan. Volume suaranya selalu lebih keras dari yang lain dan membutuhkan banyak waktu bicara dibandingkan yang lain. Topik pembicaraan juga yang seputar kelebihan mereka. Karena ya itu tadi, si sombong sangat bersemangat untuk menceritakan kelebihannya. Saking semangatnya, sampai-sampai ia nggak sadar kalau teman bicaranya juga butuh memperkenalkan siapa dirinya dan apa yang ia punya. Siapa yang betah hanya menjadi pendengar? Siapa yang betah menjadi obyek? Nggak ada. Karena sudah jadi kodratnya manusia itu ingin diakui keberadaannnya.

Kedua, secara tidak langsung si sombong itu merendahkan orang lain. Pada saat dia bercerita tentang kehebatan dirinya, seolah-olah dia mengatakan kepada pendengaranya “kamu gak bisa seperti aku kan”. Meski kata-kata itu tidak diucapkan tapi setiap pendengarnya akan memahaminya seperti itu. Nah maka siapa yang suka direndahkan? Tidak ada. Karena sekali lagi setiap orang ingin mendapat pengakuan dari sesamanya. Itulah sebabnya mengapa kita suka nek kalau mendengarkan si sombong angkat bicara.

Ketiga, orang sombong hanya menghargai dirinya sendiri.  Me too, Semuanya dilihat dari sudut pandang diri mereka sendiri. Karena ingin eksis itu sifat dasar setiap manusia, maka lagi-lagi dengan gayanya yang seperti ini maka orang sombong akan dengan mudah tersingkir dari pergaulan. Terhina dan dihinakan.

Keempat, sombong itu seringkali tidak rasional. Hanya karena ingin dilihat/dikira lebih dari yang lain, si sombong sering melakukan tindakan yang gak masuk akal. Konon sombong ini punya pemantik yang super canggih yaitu pujian. Sombong dan pujian itu karib banget. Di sentil pujian sedikit saja, si sombong sudah akan menjadi jadi sehingga sering lupa diri. Bicaranya tambah ngacau dan seringkali terjebak dalam kebohongan. Nah kebohongan inilah yang akan menjerumuskan si sombong dalam lembah kehinaan.

Permasalahannya, meski sifat sombong itu sebetulnya milik Iblis (ingat cerita penciptaan adam dan hawa) tetapi sesuai janjinya, iblis akan meniupkan sifat itu dalam kehidupan setiap manusia. Tujuannya, agar manusia menjadi temannya nanti menikmati keganasan api neraka. Sehingga hampir tidak ada manusia yang tidak memiliki sifat ini, meski dengan kadar yang berbeda-beda. Ada manusia yang sombongnya dua empat karat alias sempurna. Ada orang yang kadar sombongnya sedikiiit sekali, sampai-sampai  tidak ada yang mengenalinya kecuali dirinya sendiri.
Nah kita termasuk yang mana ya?
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar