Bila
seseorang tidak mau belajar dari pengalaman orang lain, maka hidup akan
memaksanya untuk belajar melalui pengalamannya sendiri (anonym)
Belajar yang paling mudah dan murah
adalah dengan melihat apa yang ada di sekitar kita. Mengamati, memperhatikan, membandingkan,
mencari persamaan dan perbedaannya, mengelompokkan, meramalkan apa yang akan
terjadi, menyimpulkan dan kemudian mengambil yang terbaik.
Kali ini kita akan melihat
orang-orang yang ada di sekeliling kita. Teman, karib, kerabat, saudara, pimpinan
atau teman sejawat. Beberapa di antara
mereka tampil sangat mempesona dengan rasa percaya diri mereka. Orang-orang
seperti ini penampilannya sangat tenang. Tidak mudah panik. Tidak mudah
terpengaruh dengan keadaan dan selalu bisa berpikir jernih di berbagai situasi.
Optimis bisa menghadapi masalah. Tidak gentar menghadapi serangan. Berbicara
dengan nada rendah tetapi mantap. Argumentasinya akurat. Sikap dan kata-katanya
memiliki pijakan yang kuat. Bersama dengan orang seperti ini kita merasa aman dan
terlindungi.
Sementara, kita juga bisa menemui
(lebih banyak lagi) orang-orang peragu. Sifat yang berkebalikan dengan mereka
yang memiliki rasa percaya diri sebagaimana diungkapkan di atas. Dalam kelompok
ini, mereka selalu dihantui perasaan takut. Takut salah, takut dicela, takut
dianggap bodoh, dan takut-takut yang lain. Mereka mudah panik. Setiap kali
menerima informasi baru, mereka merasa ada masalah besar yang menghadang di
depan mereka. Mereka tidak bisa mengambil keputusan sendiri. Mereka selalu membutuhkan
pendapat orang lain untuk mengambil keputusan meskipun keputusan itu untuk
dirinya sendiri. Hidup bersama dengan orang-orang jenis ini membuat kita merasa
hidup dalam suasana perang. Selalu dicekam ketakutan.
Kalau disuruh milih, mau pilih yang
mana hayo? Satu…dua… sepuluh…. Limapuluh…seratus….. wow banyak sekali yang
memilih menjadi orang PD. Kalau anda jadi orang tua, terus disuruh memilih
pengen punya anak yang PD atau peragu, anda pilih yang mana? Pilih punya anak
yang PD kan?
PD atau percaya diri itu ternyata
diperoleh dari latihan, baik latihan yang disengaja atau yang tidak
disengaja. Latihan yang disengaja itu
artinya latihan yang disadari oleh seseorang yang memang pengeen banget
meningkatkan rasa percaya dirinya. Sedang latihan yang tidak sengaja adalah
latihan yang tidak disadari oleh si pelakunya. Latihan yang seperti ini adalah
latihan yang diperoleh dari lingkungan.
Ada 3 faktor yang sangat penting yang dapat
mempengaruhi ke-PD-an seseorang, yaitu:
Orang tua. Sikap, perilaku dan
penerimaan orang tua pada anak-anak sangat besar pengaruhnya terhadap ke-PD-an
anak-anak di kehidupannya kelak. Berikut adalah sikap orang tua yang dapat
menghancurkan ke-PD-an anak
2. Tidak menghargai usaha mereka, kecuali usaha yang memberikan hasil super
3. Membentak
4. Mempermalukan anak di depan orang lain
5. Mencela
6. Tidak percaya dengan apa yang mereka katakan
7. Membandingkan anak-anak mereka dengan anakanak yang lain
8. Menolak mendengarkan alasan mengapa mereka melakukan kesalahan
9. Tidak memberi toleransi pada setiap kesalahan yang mereka lakukan
10. Menghukum anak-anak secara berlebihan
Teman-sebaya.
Teman sepermainan. Teman sebaya atau teman sepermainan juga bisa menghancurkan
rasa percaya diri. Teman-teman yang selalu mengkritik, mencela dan egois adalah pemusnah rasa percaya diri
yang sangat kejam.
Kegagalan.
Pengalaman gagal juga faktor lain yang bisa menghancurkan rasa percaya diri
bagi orang-orang yang tidak siap menghadapinya. Usaha yang gagal membuat orang
merasa tidak berharga. Tidak berdaya. Merasa bodoh dan takut untuk kembali
mencoba.
Nah dengan
mengetahui faktor penghancur rasa percaya diri maka kita dapat mengambil
pelajaran.
- Kalau kita ingin anak-anak kita memiliki rasa percaya diri yang baik, sebagai orang tua marilah kita hindari tindakan-tindakan yang dapat menghancurkan rasa diri mereka.
- Kalau kita ingin memiliki rasa percaya diri yang baik, bergaullah dengan teman-teman yang optimis dan mau menjadi motivator.
- Kalau ingin meningkatkan rasa percaya diri, gunakanlah filosofi naik tangga. Kira-kira filosofi itu seperti ini:
Untuk bisa menginjak anak tangga yang ada
dipuncak, lihatlah anak tangga tepat di atas kaki kita. Karena anak tangga itu
relatif rendah, hanya beberapa inchi di atas pijakan kita, maka kita yakin bisa
mencapainya. Angkat kaki perlahan-lahan dengan tetap mempertahankan
keseimbangan tubuh, mantapkan hati dan pijaklah satu anak tangga diatas anak
tangga yang kita pijak. Berhasil.
Rayakan keberhasilan itu dengan tersenyum dan tetap meningkatkan kewaspadaan.
Selanjutnya adalah mengulangi keberhasilan. Setiap keberhasilan akan membuat
kita merasa lebih kuat, lebih berenergi dan lebih siap dengan anak tangga yang
lebih tinggi.Akhirnya kita akan sampai dipuncak tangga dengan hanya sedikit
rasa takut alias PD.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar