Kamis, 28 Juni 2012

Keputusan ada di tangan Anda



Kalau perjalanan hidup seseorang  itu diibaratkan sebagai tasbih, maka  setiap anak tasbih adalah keputusan. Tasbih itu terbentuk dari rangkaian anak-anak tasbih. Perjalanan hidup ini juga terbentuk dari  keputusan-keputusan yang kita ambil. Setiap keputusan itu akan menjadi penentu apakah perjalanan kita akan sampai pada tujuan yang kita harapkan atau melenceng ke arah yang lain.  Celakanya, dampak dari keputusan yang kita ambil di suatu saat suatu ketika baru  bisa kita rasakan  setelah puluhan tahun yang akan datang. Celakanya lagi bila dampak dari keputusan yang kita ambil itu salah, kita tak bisa mengulanginya lagi. Kita hanya akan menyesalinya di kemudian hari tanpa bisa berbuat apa-apa.


Anda seorang mahasiswa yang sedang menghadapi ujian akhir semester. Anda juga adalah seorang penggemar bola. Anda dihadapkan pada sebuah masalah, waktu UAS anda bersamaan dengan masa-masa kompetisi bola dunia.  Anda harus memutuskan, mana yang harus anda kerjakan:  belajar untuk menghadapi UAS esok hari atau nonton bola. Mungkin anda berada pada kondisi yang sangat sulit. Keduanya sangat penting bagi anda. Di sini anda harus mengambil keputusan. Belajar atau nonton bola atau melakukan kedua-duanya. Semuanya terserah anda. Andalah yang harus memutuskan dan anda juga lah yang akan menerima dampak dari keputusan yang anda pilih tersebut. 

Apakah keputusan anda untuk nonton bola lebih buruk dari pada belajar atau sebaliknya? Mungkin tidak. Karena dampak dari keputusan ini baru akan diketahui sepuluh atau limabelas tahun yang akan datang. Kalau sepuluh tahun yang akan datang anda menjadi seorang pemilik sebuah klub sepak bola dunia dan anda eksis di sana, keputusan anda untuk nonton bola dan meninggalkan belajar tentu benar. Tetapi bila karena keasyikan nonton bola itu anda gagal  dalam ujian, bahkan sampai tidak  lulus kuliah, terkatung-katung dan  gagal dalam karier juga tidak pernah eksis dalam persepakbolaan, maka keputusan anda untuk meninggalkan belajar adalah salah.

Celakanya, dampak dari keputusan itu tak dapat kita lihat sekarang. Celakanya bila sepuluh tahun yang akan datang kita baru menyadari  bahwa keputusan itu salah, kita tak dapat memperbaikinya karena masa mengambil keputusan itu sudah terlewat jauh.

Sebetulnya orang yang paling tahu dengan apa yang ia putuskan adalah dirinya sendiri. Tanyakan saja pada diri sendiri. Misalnya dalam kasus di atas, seberapa maniak sih anda pada bola? Apakah anda yakin bahwa anda sangat-sangat suka bola? Apakah anda yakin bola bisa mengubah hidup anda? Kalau jawaban jujur anda ya, jangan buang-buang waktu. Berhenti kuliah dan masuklah pada komunitas bola. Mungkin anda perlu masuk klub sepak bola, terlibat dalam aktifitas-aktifitasnya dan berbuat untuk mencapai prestasi di sana. Suatu saat anda bangga dengan keputusan anda itu. Tapi bila pertanyaan-pertanyaan itu anda jawab dengan keraguan karena anda sebetulnya tidak yakin bahwa anda bener-bener suka bola, maka juga jangan buang-buang waktu. Putuskan untuk mengabaikan bola dulu. Fokus pada belajar karena jalan itulah yang saat ini berada di depan anda dan sudah pasti kemana tujuan anda nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar