Kalau perjalanan hidup seseorang itu diibaratkan sebagai tasbih, maka setiap anak tasbih adalah keputusan. Tasbih
itu terbentuk dari rangkaian anak-anak tasbih. Perjalanan hidup ini juga
terbentuk dari keputusan-keputusan yang
kita ambil. Setiap keputusan itu akan menjadi penentu apakah perjalanan kita
akan sampai pada tujuan yang kita harapkan atau melenceng ke arah yang
lain. Celakanya, dampak dari keputusan
yang kita ambil di suatu saat suatu ketika baru
bisa kita rasakan setelah puluhan
tahun yang akan datang. Celakanya lagi bila dampak dari keputusan yang kita
ambil itu salah, kita tak bisa mengulanginya lagi. Kita hanya akan menyesalinya
di kemudian hari tanpa bisa berbuat apa-apa.
Anda seorang mahasiswa yang sedang menghadapi ujian akhir
semester. Anda juga adalah seorang penggemar bola. Anda dihadapkan pada
sebuah masalah, waktu UAS anda bersamaan dengan masa-masa kompetisi bola dunia.
Anda harus memutuskan, mana yang harus
anda kerjakan: belajar untuk menghadapi UAS esok hari atau nonton bola. Mungkin
anda berada pada kondisi yang sangat sulit. Keduanya sangat penting bagi anda.
Di sini anda harus mengambil keputusan. Belajar atau nonton bola atau melakukan
kedua-duanya. Semuanya terserah anda. Andalah yang harus memutuskan dan anda
juga lah yang akan menerima dampak dari keputusan yang anda pilih tersebut.
Apakah keputusan anda untuk nonton bola lebih buruk dari
pada belajar atau sebaliknya? Mungkin tidak. Karena dampak dari keputusan ini
baru akan diketahui sepuluh atau limabelas tahun yang akan datang. Kalau
sepuluh tahun yang akan datang anda menjadi seorang pemilik sebuah klub sepak
bola dunia dan anda eksis di sana, keputusan anda untuk nonton bola dan
meninggalkan belajar tentu benar. Tetapi bila karena keasyikan nonton bola itu
anda gagal dalam ujian, bahkan sampai
tidak lulus kuliah, terkatung-katung
dan gagal dalam karier juga tidak pernah
eksis dalam persepakbolaan, maka keputusan anda untuk meninggalkan belajar
adalah salah.
Celakanya, dampak dari keputusan itu tak dapat kita lihat
sekarang. Celakanya bila sepuluh tahun yang akan datang kita baru
menyadari bahwa keputusan itu salah,
kita tak dapat memperbaikinya karena masa mengambil keputusan itu sudah
terlewat jauh.
Sebetulnya orang yang paling tahu dengan apa yang ia
putuskan adalah dirinya sendiri. Tanyakan saja pada diri sendiri. Misalnya
dalam kasus di atas, seberapa maniak sih anda pada bola? Apakah anda yakin
bahwa anda sangat-sangat suka bola? Apakah anda yakin bola bisa mengubah hidup
anda? Kalau jawaban jujur anda ya, jangan buang-buang waktu. Berhenti kuliah
dan masuklah pada komunitas bola. Mungkin anda perlu masuk klub sepak bola,
terlibat dalam aktifitas-aktifitasnya dan berbuat untuk mencapai prestasi di
sana. Suatu saat anda bangga dengan keputusan anda itu. Tapi bila
pertanyaan-pertanyaan itu anda jawab dengan keraguan karena anda sebetulnya
tidak yakin bahwa anda bener-bener suka bola, maka juga jangan buang-buang
waktu. Putuskan untuk mengabaikan bola dulu. Fokus pada belajar karena jalan
itulah yang saat ini berada di depan anda dan sudah pasti kemana tujuan anda
nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar