Senin, 21 Mei 2012

Solusi Cerdas


Kami  menghadapi masalah. Satu-satunya seterika yang kami miliki mbegot, nggak mau menjalankan tugasnya dengan baik. Biarpun sudah dicolok ke arus listrik tetap saja arusnya gak mau masuk ke elemen, sehingga benda elektronik yang seharusnya mengubah energi listrik menjadi energi panas itu nggak berfungsi sebagaimana seharusnya.
“Ouw” teriak Ami sambil menutup kedua telinganya, seolah-olah hal itu menjadi sebuah bencana besar baginya.  Ia memang agak akrab dengan konduktor panas itu. Masalahnya setiap malam senin, rabu dan jum”at ia selalu menggunakannya untuk menyeterika seragam. Rupanya dia nggak cukup PD berangkat sekolah dengan baju kurang licin. 
“Tampaknya kita harus beli seterika nih” kata sambil melirikku.
“Ho…ho. Tidak sekarang anak manis” kataku sambil sedikit melotot.
“Sudah, bajumu ditindih bantal saja. Pagi-pagi pasti dijamin licin” seloroh ayahnya yang langsung disambut dengan cemberut.
Beberapa saat kemudian, Ami bangkit dari tempat duduknya. Selang lima menit kemudian ia sudah kembali dengan membawa sebuah seterika.
“Pinjam mbak Umi” katanya menjawab pertanyaanku, punya siapa seterika itu.
Selanjutnya ia sudah tenggelam  dengan setumpuk baju dan memulai aktifitasnya: seterika.
Rupanya Ami memilih solusi dengan cara menyeterika semua seragamnya sekaligus dengan seterika pinjaman itu.  Tentu hal itu membuatnya agak sulit. Dia harus berlama-lama duduk menyeterika beberapa bajunya. Biasanya ia seterika malam hari menjelang seragam barunya dipakai.  Mungkin dia berpikir itu lebih baik ketimbang harus menindih bajunya diatas bantal dengan resiko kelicinan bajunya tak bisa dipertanggungjawabkan. Atau s`ngat tidak mungkin ia setiap dua hari sekali pinjam seterika tetangga untuk mempertahankan penampilannya.  Atau juga sangat tidak mungkin merengek-rengek minta dibelikan seterika saat itu juga.
Kupikir ide Ami untuk menyelesaikan masalah itu  cukup cerdas juga.  Tidak cengeng dan lumayan jitu. Artinya masalah terselesaikan dengan baik dan justru berdampak positif karena dapat menyelesaikan beberapa masalah lain. Waktu belajarnya jadi tidak terpotong untuk seterika. 
@@@
Kurang lebih enam atau tujuh tahun yang lalu.
Kiki adalah makhluk yang paling tidak bisa bangun pagi. Setiap pagi, suara ribut-ribut di rumah adalah urusan membangunkan makhluk bernama kiki.  Berbagai cara sudah kucoba. Mulai dari menggoyang-goyangkan tubuhnya dengan lembut, menarik selimutnya, memukul kakinya dengan sapu kasur sampai mengguyurnya dengan air. Padahal ia harus berkejaran dengan angkutan umum yang berangkat pagi-pagi sekali. Angkutan umum untuk menuju sekolahnya  lewat jam 05.30. Bila ia ketinggalan angkutan umum itu, ia akan diturunkan di pertigaan yang jaraknya cukup jauh dari sekolahnya.  Tapi lagi-lagi dasar si Kiki, ancaman itupun tak membuatkan kapok. Aku benar-benar geram dibuatnya. 
Kebiasaan yang kurang baik itu pernah membuatnya hampir “celaka”  Suatu pagi, karena tergesa-gesa ia lupa membawa mukena. Padahal  membawa benda itu hukumnya wajib di sekolah Kiki. Begini cerita Kiki:
Aku baru menyadari kalau aku lupa bawa mukena setelah colt yang aku tumpangi berjalan. Aku sangat panik. Terbayang dibenakku bagaimana Tatib akan menodongku dengan serentetan pertanyaan kemudian menghukumku. Hi…. Ngeri sekali membayangkan hukuman yang bakal aku terima. Tapi aku nggak bisa apa-apa. Nggak mungkinlah aku kembali ke rumah untuk ambil mukena. Terhindar dari hukuman lupa bawa mukena aku nanti justru akan kena hukuman karena terlambat. Akupun berpikir keras. Bagaimana caranya aku lolos dari hukuman. Setelah berpikir sangat keras, tiba-tiba muncul ide. Pinjam mukena. Tapi pinjam siapa. Semua orang pasti menggunakan mukena itu. Teman yang nggak sholat karena berhalangan pasti sengaja tidak membawanya dari rumah. Siapa ya yang bisa dipinjam mukenanya? Bu Kantin!! Ya pinjam bu Kantin.  Caranya? Harus dipikirkan.
Saat sholat dluha, aku ke kantin. Awalnya aku bingung bagaimana harus  memulainya.  Ide berikutnyapun muncul. Beli kue. Kusengaja berlama-lama memilih kue. Kemudian kuberanikan diri untuk minta ijin bu Kantin, pinjam mukena dengan takut-takut. Eh si ibu kantin itu nggak keberatan. Akhirnya aku sholat dluha dengan mukena ibu kantin. Agak risih sih, soalnya mukena ibu kantin agak bau. Tapi itu lebih baik karena aku jadi terbebas dari hukuman.
Kiki sudah berhasil menyelesaikan masalahnya dengan lumayan OK.
@@@
Dalam hidup ini kita memang sering (bahkan selalu) berhadapan dengan masalah.  Setiap masalah itu menuntut solusi atau jalan keluar. Sebetulnya ada banyak pilihan untuk menyelesaikan masalah itu.  Ada penyelesaian yang instan,  ada juga  penyelesaian yang agak berbelit. Ada solusi cerdas ada solusi nggak cerdas.  Menghadapi masalah seterika yang ngadat, misalnya,  mungkin bisa diselesaikan dengan cara membeli yang baru.  Cara instan seperti itu tidak perlu mikir. Asal punya duit, masalah selesai. Tetapi kita kan tidak selalu berada pada kondisi  menguntungkan seperti itu.  Nah kalau kita sedang gak punya duit bagaimana? Putar  otak kan? Berpikir keras kan?
Semakin jauh perjalanan  kita semakin kompleks masalah yang akan kita hadapi.Cengeng adalah kata lain dari mengandalkan uluran tangan orang lain untuk menyelesaikan masalah kita.  Padahal setiap orang mempunyai masalahnya sendiri-sendiri. Setiap or`ng sibuk mencari solusi untuk menyelesaikan masalahnya.  Mengandalkan mereka untuk menyelesaikan masalah kita berarti kita membebankan tanggungjawab kita kepada mereka.  Betapa tidak berartinya kita, mengurusi diri sendiri saja tidak bisa.  Mengapa kita tidak berlatih untuk mandiri. Mencari solusi cerdas untuk setiap masalah yang kita hadapi. Kalau orang lain bisa melakukannya, mengapa kita tidak. Kita hanya perlu berlatih berpikir. Bukankah Allah sudah membekali setiap kita dengan computer super canggihNya.  Komputer canggih itu bernama Otak. Kita tinggal menggunakannya. Tanpa bayar lagi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar