Minggu, 14 Agustus 2016

Semangat Ya Ami




sumber gambar
Ada sesuatu yang tiba tiba ingin aku muntahkan di sini. Eit jangan kabur dulu ya.  Muntahanku bukan apa yang ada diperutku kok,  tapi apa yang ada di hatiku.  Iyah.  Rasa yang ada di sana noh.


Begini, ada pertanyaan besar dibenakku. Ini bermula ketika Ami cerita bahwa ia mulai galau karena selalu mendapat pertanyaan yang bikin dia gerah.  Jadi gini, Ami itu kan anak SMK. Jurusan Multi media. Kelas XII. Artinya, setahun lagi ia sudah harus menentukan kemana ia harus melanjutkan pendidikannya. Meskipun lulus SMK tidak harus melanjutkan kuliah, tapi doi belum siap kalau harus kerja. Ia pengen kuliah dan minatnya adalah bahasa.


Tahu sendiri kan kalau pelajaran di SMK tidak sama dengan pelajaran di SMA. Iyalah, misi kedua lembaga ini memang beda. Kalau SMA mempersiapkan out putnya untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, sedang SMK mempersiapkan out put nya siap memasuki dunia kerja. Jadi bagi siswa SMK, memilih masuk ke perguruan tinggi itu tantangannya berat. Ia harus melalui jalur SMA untuk bisa masuk ke perguruan tinggi.


Itu sebabnya Ami berusaha mempersiapkan diri sejak awal dengan ikut les siswa SMA. Apakah itu salah? Nggak kan? Menurutku itu malah ide bagus. Setahuku yang siswa SMA saja, yang belajarnya selama tiga tahun, nggak semuanya tembus SBMPTN. Apalagi siswa SMK, yang beberapa mapel yang nanti diujikan di SBMPTN tidak pernah diajarkan. Lah terus kalau dia punya inisiatif untuk mempersiapkan diri lebih awal bukankah itu sebuah pemikiran yang baik.


Tetapi masalahnya, ketika dia mendaftar di sebuah bimbingan belajar dia selalu diribetkan dengan pertanyaan “mengapa ikut SMA?” atau “mengapa tidak masuk kelompok SMK?”. 

Sebetulnya pertanyaan itu sudah diperhitungkannya sejak awal. Iapun sudah mempersiapkan jawabannya. Tapi ternyata itu saja tidak cukup. Ternyata mendapat satu jawaban tidak membuat mbak adminnya puas. Dan nggak hanya mbak admin yang mencecarnya dengan pertanyaan pertanyaan heboh itu. Mentor yang mendengar pembicaraan mereka dan juga mentor-mentor di kelasnya.    


Duh, kenapa sih orang tidak bisa menerima cara berpikir yang berbeda dengan cara berpikirnya. Padahal kalaupun itu dilakukan Ami, tak ada seorangpun yang dibuatnya rugi. Ia tidak sedang mengganggu orang lain. Ia hanya ingin ikut belajar dan tidak menuntut untuk mendapatkan pelayanan lebih dari yang lain.   Itu sudah komitmennya dari awal.   


Sebagai ibunya, sahabatnya, aku hanya bisa menghibur dan memberinya semangat agar ia tidak patah semangat.  Kubilang padanya, abaikan mereka. Pertanyaan itu hanya datang diawal. Mereka akan bosan sendiri dan akhirnya berhenti ngurusin kamu. Percaya deh.



Semangat ya Ami!!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar