Senin, 03 Februari 2014

Mengapa Rajut?



Kesannya aku heboh banget dengan urusan yang satu inj, merajut! Tidak hanya keranjingan mengumpulkan pola rajut sebanyak-banyaknya, browsing-browsing benang dan alat rajut (dengan harapan besar: semoga bisa membelinya) tetapi juga semangat menarik orang lain untuk belajar juga merajut. Apa ini bukan euforia sesaat, Yang akan hilang beberapa saat kemudian. Yang akan pingsan dalam waktu yang lamaaaa dan akan siuman kembali entah kapan?

May be yes, may be no! Aku merasa, ilmu merajut ini perlu dilestarikan. Berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang memang sengaja di pelajari di tempat-tempat khusus, ilmu merajut ini tidak banyak ditemui di masa sekarang ini. Mungkin orang menganggap ilmu tidak terlalu penting ya. Tapi entahlah, menurutku ilmu ini sangat keren.

Aku seperti disadarkan bahwa kreasi rajut ini terus berkembang dan akan selalu memikat. Dulu aku menganggap rajutan itu sesuatu yang biasa saja. Setahuku hanya untuk syal, tas, topi dan sepatu bayi. Paling-paling barang-barang rajutan yang begitu-begitu saja. Tetapi anggapan itu sama sekali tidak benar. Ketika berselancar ke dunia maya, nyasar-nyasar ke rumah orang, mataku seperti terbuka lebar bahwa dunia rajut bener-bener keren. Benda-benda  rajutan sangat beragam dan elegant. Tidak sedikit orang yang menekuni bisnis benda-benda rajutan dan sukses.

 Sementara, menurutku tak banyak dilakukan dengan sengaja usaha untuk mentransfer ilmu ini dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya. Banyak saja kendalanya. Yang orang tua tidak mau mengajari anaknya atau juga yang si anak tidak mau diajari orangtuanya. Keduanya akan berdampak sama. Rantai ilmu itu terputus. Terbayang saja di benakku, bila suatu ketika nanti orang sangat menginginkan mendapatkan ilmu tentang merajut ini mereka harus mendatangi tempat yang jauh dan harus mengeluarkan biaya yang sangat besar. Nah loh! Ironis bukan? Padahal sebetulnya orangtua mereka mempunyai ilmu tersebut.

Maka, senyampang aku adalah orang yang sediiikit sekali mengenal ilmu ini, pengen rasanya membagi kepada orang lain. Meski anak-anakku sendiri menjawab tawaranku begini: belum tertarik! Aku memang tidak boleh memaksa orang lain untuk tertarik dengan apa yang aku lakukan, termasuk kepada anak sendiri. Tapi kurasa aku harus terus menawarkan kepada siapapun. Baik secara terang-terangan atau dengan tidak terang-terangan. Terang-terangan itu misalnya dengan mengatakan: ayo pengen belajar merajut nggak? Aku mau lo ngajari. Nah yang tidak terang-terangan itu misalnya dengan memamerkan hasil rajutanku. Yah siapa tahu ketika mereka melihat mereka tertarik untuk belajar. (modus banget kedengarannya, ha.... ha....)










4 komentar:

  1. Dear mba,

    Aku pengen kursus merajut... penngenn banget... di daerah bali punya info ga? Trims.

    BalasHapus
  2. makasih sudah mampir
    salam kenal. Setahuku di Bali banyak sekali kerajinan rajut.
    Coba ikut komunitas aja mba. Banyak membantu kok. Atau beli buku untuk pemula.
    Coba kita dekat ya, senang sekali kalau bisa bantu

    BalasHapus
  3. Bund. Daerah mana? Saya juga pengen belajar merajut. ada cp yg bisa dihubungi..?

    BalasHapus
  4. Ad gk y kursus merajut daerah rantau prapat? Mhon info nya

    BalasHapus