Minggu, 26 Mei 2013

Anda dan Keputusan Anda

Anda dan Keputusan Anda



Nasib anda adalah buah dari keputusan anda.
Apa yang terjadi pada anda hari ini adalah akibat dari keputusan yang anda ambil kemarin. Apa yang akan terjadi pada anda esok hari adalah akibat dari keputusan yang anda ambil hari ini. Singkat cerita, mengambil keputusan itu sangat penting. Karena salah dalam mengambil keputusan, nasib  taruhannya. Nasib baik atau nasib buruk. Kalau nasib baik sih senang ya, tapi kalau nasib buruk?
Mengambil keputusan itu penting. Sangat penting. Kalau dirunut sih, urut-urutannya begini:























 

Kita punya harapan tapi fakta yang kita hadapi nggak sama dengan harapan kita. Ada perbedaan atau kesenjangan. Kesenjangan inilah yang kita kenali sebagai masalah. Nah saat kita menghadapi masalah, kita akan berusaha mencari solusi atau jalan keluar. Disini kita dihadapkan pada beberapa pilihan. Pilihan A, B, C atau D atau mungkin masih banyak lagi pilihan yang lain. Bingung kan mau pilih yang mana?

Nah disinilah kemudian kita diharuskan mengambil keputusan.  Keputusan itu adalah menentukan satu dari sekian banyak pilihan. Gak bisa ambil semua pilihan. Harus pilih salah satu. Memilih salah satu dan meninggalkan yang lain.
Setiap pilihan mengandung resiko. Pilihan A resikonya A’, pilihan B resikonya B’, pilihan C resikonya C’ dan seterusnya. Kalau kita pilih A ya harus siap menanggung A’, kalau pilih B ya harus siap menanggung B’ dan memilih C harus siap menanggung C’ dan seterusnya.  Posisi ini sangat penting karena akan menentukan apakah kita akan menangis atau tertawa.
Mengambil keputusan itu penting, ya! Karena penting orang sangat berhati-hati untuk mengambil keputusan. Saking berhati-hatinya, tidak jarang orang berhenti terlalu lama pada posisi ini dan..... ia memutuskan untuk tidak mengambil pilihan. Akibatnya ia tidak berbuat sesuatu dan itu membuat ia tidak pernah berubah.
Mengambil keputusan itu adalah fakta yang tidak bisa kita hindari. Artinya tidak bisa tidak kita harus melakukannya. Harus kita pahami, bahwa setiap kita harus bertanggung jawab terhadap apa yang kita lakukan yang merupakah buah dari keputusan yang kita ambil. Itu sebabnya, maka kita harus berlatih mengambil keputusan yang tepat untuk diri kita sendiri. Yah untuk diri sendiri. Karena keputusan yang tepat untuk diri kita belum tentu baik untuk orang lain. Sebaliknya juga keputusan yang tepat untuk orang lain belum tentu tepat untuk kita. Makanya jangan suka nyontek orang lain dalam mengambil keputusan. Ehm.... menjadikan keputusan orang lain sebagai referensi boleh lah, tetapi tidak menyonteknya bulat-bulat. Karena kemampuan kita untuk menanggung resiko dari keputusan itu tidak sama dengan kemampuan orang lain dalam menanggung resiko dari keputusan yang sama.















 

Keputusan melahirkan tindakan dan tindakan akan menentukan apakah kita akan bahagia atau menderita. Keputusan dan tindakan ini seperti dua sisi mata uang. Selalu beriringan. Contoh sederhananya begini nih. Kita butuh sepatu. Kita punya uang tujuhpuluh lima ribu. Sampai di toko sepatu, kita dihadapkan pada banyak sepatu. Warna, ukuran, model dan harganya sangat beragam. Sepatu yang disana, warnanya sesuai banget dengan warna kesukaan kita tapi modelnya kita ga suka. Yang di sana lagi modelnya kita suka, warnanya kita suka tapi ukurannya gak ada yang pas dengan kaki kita. Nah di sini saja kita sudah dihadapkan pada banyak pilihan. Dan setiap pilihan itu ada resikonya. Pilih yang warnanya kita suka tapi modelnya ga kita suka. Pilih yang modelnya kita suka tapi warnanya ga suka. Pilih yang warna dan modelnya sesuai dengan yang kita mau tapi kekecilan. Ambil semua? Duitnya ga cukup. Pusing kan? Tapi kita harus menentukan pilihan. Beli salah satu diantaranya atau malah tidak beli sekalian. Kalau tidak beli ya kita ga akan bawa pulang sepatu itu. Ya jadi ga punya sepatu kan?
Itu baru masalah beli sepatu, sudah seribet itu. Padahal masalah yang kita hadapi bertumbuh seiring dengan bertambahnya usia kita. Memilih sekolah, memilih perguruan tinggi, memilih pekerjaan bahkan memilih pasangan hidup. Nah lo. Semua itu masalah yang mau tidak mau mengharuskan kita mengambil keputusan. Tentu lebih rumit daripada sekedar urusan memilih sepatu tadi. Kita harus mengambil keputusan tepat agar tindakan kita juga tepat. Tapi tidak boleh abstain (mengambil keputusan untuk tidak memilih) karena itu akan membuat kita berhenti.
Sebagian orang terlalu njlimet dalam berpikir sebelum mengambil keputusan. Mungkin saking berhati-hatinya agar keputusan yang diambilnya “sangat tepat”. Karena terlalu detail dia berpikir, sampai-sampai dia menghabiskan seluruh waktunya  dan akhirnya dia tidak pernah mengambil keputusan. Tidak pernah melakukan tindakan. Dan tidak pernah mencapai apa yang sebetulnya dia inginkan.

Ini adalah contoh yang lain. Si A dan kelompoknya mendapatkan tugas dari guru mereka membuat kompos. Mereka mencari informasi dari berbagai sumber tentang pembuatan kompos. Ternyata banyak cara membuat kompos. Mereka berdiskusi untuk menentukan sistim pembuatan kompos yang mudah dan bisa mereka lakukan. Setelah diambil kata sepakat, selanjutnya mereka menentukan kapan dan bagaimana cara melakukan tugas itu. Waktu ditetapkan hari minggu. Tempat ditetapkan di rumah A. Mereka juga berbagi tugas. Masalah muncul. Bagaimana cara mendapatkan sampah mudah lapuk sebagai bahan dasar pembuatan kompos mereka. Mereka berdiskusi panjang  untuk menyelesaikan masalah ini.

Berbagai pilihan ditawarkan. Tetapi setiap pilihan selalu diiringi dengan masalah baru. Paling mudah adalah mendapatkannya di pasar. Kapan melakukannya. Sepulang sekolah mereka punya kegiatan masing-masing. Selesai semua kegiatan, pasar sudah tutup. Sampah sudah diangkut. Kalau mencari di warung makan bagaimana? Siapa yang akan melakukannya? Bagaimana cara mengangkutnya? Dan seterusnya.

Diskusi mereka tidak membuahkan keputusan. Pada hari yang mereka tetapkan, mereka tidak melakukan apa yang sudah mereka rencanakan. Merekapun mendiskusikannya lagi.  Tidak berhasil membuahkan keputusan. Tidak ada kegiatan yang bisa mereka lakukan. Kompospun  tak pernah ada. Tidak ada keputusan = tidak ada tindakan. Tidak ada tindakan =  tidak tercapai tujuan.

Mengambil keputusan itu seni. Mengambil keputusan itu sebuah ketrampilan. Ia bisa dilatihkan. Sama seperti ketrampilan yang lain. Ketrampilan mengendarai motor misalnya. Awalnya sulit. Jalani saja. Lakukan dan terus lakukan. Lama-lama akan terampil dengan sendirinya. Hal itu juga berlaku untuk ketrampilan mengambil keputusan.

Awalnya, keputusan yang kita ambil mungkin salah. Tidak tepat sehingga kita menghadapi sesuatu yang buruk. No problem. Jadikan itu sebuah pelajaran untuk mengambil keputusan berikutnya. Salah lagi. Sesuatu yang buruk menimpa lagi. No problem. Kita mendapatkan tambahan pelajaran lagi. Jadi lebih banyak donk pelajaran yang kita peroleh. Kita tidak perlu takut mengambil keputusan. Terus dan terus kita lakukan. Lama kelamaan kita akan terampil dalam mengambil keputusan.

Semakin banyak kita melakukan kesalahan (dalam mengambil keputusan) semakin banyak informasi tentang "siapa kita"  Ini penting lo, karena semakin kita tahu siapa diri kita, kita akan lebih mudah berdamai dengan diri sendiri. Mudah memaklumi diri sendiri. Mengetahui kelemahan diri. Mengenal bagaimana mengendalikan diri. Dan ujungnya, kita bisa memperbaiki hal - hal buruk yang sudah kita lakukan selama ini. Menjadi lebih bijak dan siap mengambil keputusan terbaik untuk diri sendiri.
Semoga bermanfaat

bacaan yang disarankan
seni dalam mengambil keputusan
teknik mengambil keputusan
teori pengambilan keputusan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar