Pertama
kali mengenal nama penyakit ini, rasanya aneh. Ekskusitis. Berasal dari kata
excuse me. Tahu sendiri kan arti dari kata itu dalam bahasa Indonesia.
Ekskusitis ditengarai sebagai suatu penyakit mental. Penderitanya adalah mereka
yang cenderung memaklumkan kekurangmampuannya.
Pernahkah
anda mendengar orang mengucapkan kalimat-kalimat seperti di bawah ini:
“Tentu saja aku tidak
mendapatkan nilai sebagus dia, karena kesempatanku untuk belajar tidak secukup
kesempatan yang dia miliki”
“Tentu saja dia berhasil,
orangtuanya kan kaya”
“Kalau saja aku seperti dia, aku
pasti akan sehebat dia. Bahkan mungkin lebih hebat dari dia”
“Gak heran kalau kamu bisa datang
lebih pagi, anak-anakmu kan sudah besar”
“Pantas saja tugasnya sempurna, ia
punya lebih banyak waktu untuk menyelesaikannya dari aku”
“Ah aku terlalu tua untuk melakukan
semua itu”
“Aku kalah karena dia lebih
berpengalaman dariku”
Mereka
(atau mungkin bahkan anda sendiri) yang acap kali mengucapkan kalimat-kalimat
seperti itu atau senada dengan itu adalah penderita ekskusitis. Kalimat-kalimat
itu mereka ucapkan (sebetulnya) hanya untuk menyembunyikan diri dari
ketidakmampuan. Mereka adalah
orang-orang lemah tetapi ingin terlihat kuat. Mereka tidak mampu melakukan
sesuatu tetapi tidak suka orang melihat ketidakmampuannya. Ketika kalimat itu mereka ucapkan mereka
mengharapkan orang lain memakluminya.
Dan bila orang lain sudah memakluminya maka dirinya merasa diri mereka adalah orang-orang “kuat”
Tetapi
benarkah begitu? Tentu saja tidak. Meski seisi dunia ini mengangguk-angguk
tanda setuju, sebetulnya mereka tetaplah orang-orang yang lemah. Mereka akan
berjalan ditempat dimana mereka berada. Tempat yang mereka anggap nyaman tetapi
sebetulnya sangat menyesatkan. Karena
tempat itu mengungkung diri mereka sehingga mereka tak pernah tumbuh.
Mari
kita simak kisah di bawah ini,
Hani
adalah seorang karyawan senior di perusahaan
yang sedang berkembang. Dia bekerja di bagian administrasi. Kedudukan dan masa
kerjanya yang sudah lumayan lama membuat dia merasa sudah cukup berpengalaman
dalam melakukan banyak tugas. Beberapa
kali atasannya menyarankan agar Hani meningkatkan kemampuannya di bidang IT.
Tetapi Hani selalu menolak. Alasannya, selama ini semua berjalan baik-baik saja
dengan kemampuan yang dimilikinya.
Suatu
ketika atasan Hani memutuskan untuk merekrut tenaga kerja baru. Usianya terpaut
beberapa tahun lebih muda dari Hani. Pegawai baru ini bernama Dina. Berbeda
dengan Hani, Dina ini mempunyai sifat terbuka dan senang belajar. Setiap kali mendapatkan tugas yang sulit,
Dina selalu bersemangat dan menganggapnya sebagai suatu tantangan. Ia berusaha melakukan semua tugasnya dengan
baik. Ia juga berusaha mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan tugasnya.
Ketika,
beberapa karyawan lain merespon positif usaha Dina, Hani menanggapi dengan
cibiran dan ucapan,”Tentu saja dia bisa melakukan semua itu. Dia kan belum
punya anak, tidak seperti aku yang setiap hari diributkan dengan urusan anak.
Gak usah dilebih-lebihkan lah. Bukan sesuatu yang hebat kok”
Dalam
ilustrasi di atas, Hani adalah penderita ekskusitis. Ia berusaha menutupi
kelemahannya dengan mengajukan dalih
anak. Padahal seandainya ia berada pada kondisi Dina sekalipun belum tentu
(bahkan sangat kecil kemungkinannya) ia akan berbuat seperti apa yang diperbuat
Dina. Yang lebih parah lagi, pikiran Hani akan disibukkan untuk mencari
dalih-dalih lain untuk menutupi kelemahannya itu. Maka hari-harinya tidak akan
nyaman. Sementara kehiudpan masih terus
akan bergerak dan mengabaikan dalih-dalih Hani. Bila ada orang yang menyangkal
dalihnya, Hani akan semakin bekerja keras untuk menemukan dalih baru yang lebih
ampuh lagi. Sementara bila ada orang yang sependapat dengan dalihnya, Hani akan
puas. Hani tidak menyadari bahwa apapun
pendapat orang tentang dalihnya (setuju atau tidak) Hani tetaplah orang yang
lemah. Dia akan semakin terpuruk dengan kelemahannya.
Kalau dipikir-pikir, kasihan memang para
penderita ekskusitis ini. Mereka menyakiti diri sendiri tanpa mereka sadari.
Maka, waspadailah penyakit ini. Sebelum semuanya terlambat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar