Minggu, 10 Februari 2013

NATO




Lakukan apa yang anda katakan dan katakan apa yang anda lakukan. Kata-kata ini indah ya. Kalau diucapkan ada pertautan yang sangat cantik, enak didengar dan gampang nyantol  di kepala.  Tapi hemm sungguh sulit mendapatkan orang yang mampu mengamalkannya.
Idealnya setiap orang itu memang harus konsekuen dengan apa yang dia katakan. Ya seperti pada kata-kata bijak diatas itu.  Tetapi faktanya, ngomong itu jauh….jauh…. lebih mudah dari pada melakukannya. Maklum orang ngomong itu kan cuma modal mulut. Enteng. Tapi giliran harus melakukan apa yang dikatakan ampun deh sulitnya. Masalahnya untuk melakukan itu perlu keberanian, perlu energi, perlu tenaga, waktu dan seabreg modal lainnya.

Makanya tipe orang seperti ini buuanyak sekali.  Ah aku jadi ingat judul sebuah buku. NATO. Singkatan dari kalimat Not Action Talk Only. Di sana dibahas tentang orang-orang yang cuma bisa ngomong tapi tidak pernah melakukan apa yang diomongkan. Kesan pertama saat ketemu orang seperti ini, anda pasti akan terkagum-kagum. Anda akan acungkan jempol dan mendapat kesan dia “orang hebat”.  Tetapi bila kemudian anda berkesempatan untuk mengenal lebih dekat, mengetahui hidupnya yang sesungguhnya penilaian anda terhadap dia akan menurun drastic. Dari percaya menjadi tidak percaya. Dari kagum menjadi tidak kagum. Dari bersimpati menjadi tidak lagi bersimpati.
Kita belajar dari sini. Kita sadari bahwa omongan dan tindakan itu seperti dua sisi mata uang. Saling bertautan dan saling mempengaruhi. Keterpautan itu akan menentukan apakah kita layak diberi label orang yang dapat dipercaya atau tidak. Pentingkah label itu?  Menurutku sangat penting. Eksistensi manusia ditentukan dari kepercayaan orang lain kepada kita. Saat orang lain menganggap kita tak pantas dipercaya, maka sebetulnya kita “raib”  Secara fisik mungkin kita ada tetapi secara eksistensi kita dianggap tidak ada. Sungguh bila hal itu terjadi kita serasa menjadi orang yang tidak berguna.
Oleh karena itu sangatlah penting menyelaraskan apa yang kita bicarakan dengan apa yang kita lakukan. Kecerobohan dalam berbicara mungkin saja akan menghancurkan kita. Karena disetiap apa yang kita bicarakan selalu ada tuntutan untuk mempertanggungjawabkannya.
Sebuah kalimat bijak lain mengatakan: orang seringkali tidak mendengar apa yang dia katakan. Mirip-mirip dengan apa yang sudah diulas di depan, kalimat bijak ini adalah sindiran untuk orang yang tidak sesuai apa yang dia katakan dengan apa yang dia lakukan. Terlalu banyak rencana dan angan-angan. Terlalu banyak mengucapkan teori. Terlalu banyak khotbah. Tetapi tetap saja diam di tempat. Tidak berbuat apa-apa. Padahal dia sudah katakan pada dirinya sendiri bahwa dia seharusnya begini atau begitu. Dia katakan bahwa yang sebaiknya dia lakukan untuk dirinya sendiri adalah ini bukan itu. Dan seterusnya. Tetapi ia seperti tidak mendengar apa yang dia katakan. Yang dia lakukan sangat bertolak belakang dengan apa yang dia katakan. Maka, bagaimana mungkin orang seperti ini sampai ke tujuan? Seandainya dia sedang berlayar, dia bilang akan menuju ke pulau di sebelah utara tetapi dia malah mendayung perahunya ke arah selatan. La kapan sampainya?
Mungkin kitalah orangnya. Kita terlalu banyak bicara dan tidak melakukan apa yang kita bicarakan. Orang lain mungkin akan menganggap kita hebat karena mendengar apa yang kita bicarakan. Tetapi sebetulnya kita sedang menipu diri kita sendiri. Orang lain mungkin akan mendapat kesan yang mendalam dari kata-kata kita, menanam kuat dalam diri mereka dan melakukannya untuk diri mereka. Maka mereka sampai pada tujuan. Tetapi kita akan tetap ditempat dan tidak sampai kemana-mana. Seperti kenek bis. Dia anjurkan orang lain menumpang bisnya agar sampai ke kota tujuan, sementara dia tetap berada di dalam bis. Bolak-balik dan tidak pernah benar-benar sampai di kota tujuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar