Lakukan apa yang
anda katakan dan katakan apa yang anda lakukan. Kata-kata ini indah ya. Kalau
diucapkan ada pertautan yang sangat cantik, enak didengar dan gampang
nyantol di kepala. Tapi hemm sungguh sulit mendapatkan orang
yang mampu mengamalkannya.
Idealnya setiap
orang itu memang harus konsekuen dengan apa yang dia katakan. Ya seperti pada
kata-kata bijak diatas itu. Tetapi
faktanya, ngomong itu jauh….jauh…. lebih mudah dari pada melakukannya. Maklum orang
ngomong itu kan cuma modal mulut. Enteng. Tapi giliran harus melakukan apa yang
dikatakan ampun deh sulitnya. Masalahnya untuk melakukan itu perlu keberanian,
perlu energi, perlu tenaga, waktu dan seabreg modal lainnya.
Makanya tipe orang
seperti ini buuanyak sekali. Ah aku jadi
ingat judul sebuah buku. NATO. Singkatan dari kalimat Not Action Talk Only. Di sana
dibahas tentang orang-orang yang cuma bisa ngomong tapi tidak pernah melakukan
apa yang diomongkan. Kesan pertama saat ketemu orang seperti ini, anda pasti
akan terkagum-kagum. Anda akan acungkan jempol dan mendapat kesan dia “orang
hebat”. Tetapi bila kemudian anda
berkesempatan untuk mengenal lebih dekat, mengetahui hidupnya yang sesungguhnya
penilaian anda terhadap dia akan menurun drastic. Dari percaya menjadi tidak
percaya. Dari kagum menjadi tidak kagum. Dari bersimpati menjadi tidak lagi
bersimpati.
Kita belajar
dari sini. Kita sadari bahwa omongan dan tindakan itu seperti dua sisi mata
uang. Saling bertautan dan saling mempengaruhi. Keterpautan itu akan menentukan
apakah kita layak diberi label orang yang dapat dipercaya atau tidak. Pentingkah
label itu? Menurutku sangat penting. Eksistensi
manusia ditentukan dari kepercayaan orang lain kepada kita. Saat orang lain
menganggap kita tak pantas dipercaya, maka sebetulnya kita “raib” Secara fisik mungkin kita ada tetapi secara
eksistensi kita dianggap tidak ada. Sungguh bila hal itu terjadi kita serasa
menjadi orang yang tidak berguna.
Oleh karena itu
sangatlah penting menyelaraskan apa yang kita bicarakan dengan apa yang kita
lakukan. Kecerobohan dalam berbicara mungkin saja akan menghancurkan kita. Karena
disetiap apa yang kita bicarakan selalu ada tuntutan untuk
mempertanggungjawabkannya.
Sebuah kalimat
bijak lain mengatakan: orang seringkali tidak mendengar apa yang dia katakan.
Mirip-mirip dengan apa yang sudah diulas di depan, kalimat bijak ini adalah
sindiran untuk orang yang tidak sesuai apa yang dia katakan dengan apa yang dia
lakukan. Terlalu banyak rencana dan angan-angan. Terlalu banyak mengucapkan
teori. Terlalu banyak khotbah. Tetapi tetap saja diam di tempat. Tidak berbuat
apa-apa. Padahal dia sudah katakan pada dirinya sendiri bahwa dia seharusnya
begini atau begitu. Dia katakan bahwa yang sebaiknya dia lakukan untuk dirinya
sendiri adalah ini bukan itu. Dan seterusnya. Tetapi ia seperti tidak mendengar
apa yang dia katakan. Yang dia lakukan sangat bertolak belakang dengan apa yang
dia katakan. Maka, bagaimana mungkin orang seperti ini sampai ke tujuan? Seandainya
dia sedang berlayar, dia bilang akan menuju ke pulau di sebelah utara tetapi
dia malah mendayung perahunya ke arah selatan. La kapan sampainya?
Mungkin kitalah
orangnya. Kita terlalu banyak bicara dan tidak melakukan apa yang kita
bicarakan. Orang lain mungkin akan menganggap kita hebat karena mendengar apa
yang kita bicarakan. Tetapi sebetulnya kita sedang menipu diri kita sendiri. Orang
lain mungkin akan mendapat kesan yang mendalam dari kata-kata kita, menanam
kuat dalam diri mereka dan melakukannya untuk diri mereka. Maka mereka sampai pada tujuan. Tetapi
kita akan tetap ditempat dan tidak sampai kemana-mana. Seperti kenek bis. Dia anjurkan
orang lain menumpang bisnya agar sampai ke kota tujuan, sementara dia tetap
berada di dalam bis. Bolak-balik dan tidak pernah benar-benar sampai di kota tujuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar