Tidak percaya
bahwa pembagian rizki itu hak prerogative Allah? Bahwa siapa dapat apa, seberapa dan kapan?
Aku menyaksikannya. Kemarin aku tertawa-tawa senang ketika sebuah lot yang
jatuh memuat namaku. Aku mutus arisan. He… he…. Senang donk. Pasti wajahku saat
itu langsung sumringah. Apalagi jumlahnya lumayan. Satu jutaan. Terbayang
dibenakku uang Ikoma Kiki akan terbayarkan.
Aku sengaja
tak segera mengambil uang putusan arisan saat itu juga. Aku berjanji untuk
kembali ke sekolah sore harinya karena aku ada jam pada jam ke 7-8. Kira-kira
jam setengah lima sore. Pulang. Baca buku sambil tidur-tiduran hingga akhirnya
tertidur beneran.
Glaarrr,
suara petir membangunkan tidurku. Suaranya kenceng banget. Seperti berasal dari
sebelahku. Tubuhku langsung bergetar hebat. Setelah sadar segera loncat dari
tempat tidur dan mencari Ami. Takut kenapa kenapa. Alhamdulillah ia tidur pulas
dengan mukenanya.
Sorenya,
bendahara arisan memintaku tanda tangan setelah memberikan amplop kecil
berwarna coklat berisi tumpukan uang sejumlah putusan arisan. Kuhitung untuk
memastikan jumlahnya setelah itu dengan mengucapkan Alhamdulillah uang itu
kumasukkan ke dalam dompet.
Sampai
dirumah kembali, dapat berita kalau PC dan modem gak nyala. Hah!! Berarti
kesamber petir donk. Ugh. Bakalan keluar duit lagi. Aku jadi teringat uang
mutus arisan yang barusan kuterima.
Ah… ternyata
Allah punya rencana. Dia sudah menyiapkan segala sesuatunya. Uang satu juta itu
diterimakan seluruhnya kepadaku. Selanjutnya Dia menggunakan tanganku untuk
mendistribusikan kepada yang berhak menerima. Ada rizki penjual spare part, Ada
rizki penjual modem, ada rizki servician computer dan lain sebagainya. Bukti
bahwa hak membagi rizki, adalah hak prerogative Allah semata.
Jadi mengapa
harus menyangsikannya? Jika sekarang uang Ikoma belum bisa tertutup oleh uang
arisan itu, pasti Allah menyiapkannya dengan cara lain. lewat cara tertentu
dengan jumlah tertentu dan waktu yang hanya Allah saja yang tahu. Mengapa harus
ragu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar