Kamis, 29 Maret 2018

Karena PHP


Mengalami kena php tuh sakitnya di sini (sambil merem dan meringis karena membayangkan pedihnya). 
Makanya jangan php-in. Jangan. Sekali kali jangan. 

Dan kalaupun kena php, jangan segera meledak. Tahan dulu, hirup napas dalam kemudian keluarkan sambil terus beristighfar agar tidak keluar sumpah serapah. Juga jauh jauh lah dari gadget, sosmed, up date status dan sejenisnya. Sekali kali jangan. Karena bisa jadi masalah yang hanya kecil bisa berubah menjadi masalah besar. 


Ini pengalaman saya. Dua kali saya hampir di php-in. Ha...ha... kok hampir? Ya karena tidak jadi, makanya saya sebut hampir. 

Pertama, saya beli benang rajut. Saat itu saya tergoda ketika ada olshop yang menawarkan paket benang rajut yang menurut saya murah. 

Singkat kata setelah nanya nanya tentang harga saya memutuskan untuk membelinya. Transfer lah saya dan meminta penjual untuk mengirim ke alamat saya. 
Tiba tiba akunnya tidak aktif. Si penjual tidak bisa dihubungi, dan oh rasanya... pedih. Khawatir was was dan dongkol. Tentu saja saya takut barang tidak dikirim dan saya kehilangan uang. Saya menunggu beberapa lama dengan harap harap cemas. Ingin rasanya saya up date status ngata-ngatain penjualnya yang tidak bisa dipercaya. Tapi saya tidak pernah benar benar melakukannya. Saya berpikir si penjualnya pasti sakit hati membaca kata kata saya. 
Maka sayapun berusaha menghibur diri dan berusaha melupakannya. Mungkin ini adalah cara Allah membersihkan saya dari barang barang haram. 

Eh setelah sekian lama dan saya sudah hampir benar benar lupa, benang itu datang disertai permintaan maaf dan bous karena kata penjualnya saya pembeli yang sabar dan tidak rewel. O la la, tidak tahu dia bahwa saya sudah dongkol sampai di ubun ubun. 

Kedua ketika saya membeli buku. Ada broadcast yang menawarkan buku murah. Dasar saya hobi baca, segera saya ajak anak anak saya untuk ikutan belia buku, juga teman saya. Wah antusias sekali. Beri secara rombongan harganya semakin murah. Siapa coba yang tidak kalap. 
Ok jadilah saya order dan total harga ditambah ongkirnya hampir limaratus ribu. 
Ketika order sampai transfer, responnya cepat. Dalam hitungan detik pesan saya dibaca dan langsung dibalas. Begitu habis transfer, saya seperti putus hubungan dengan sipembeli. IG nya dalam perbaikan dan satu satunya jalur adalah wa. Telpun dan sms tidak mendapat respun. Ya Allah. Awalnya saya panik. Kecewa, ingin marah, ingin mengumpat dan melampiaskannya lewat sosmed. Tetapi lagi lagi saya tidak bisa melakukannya dan ujungnya saya berusaha melupakan. 

Namun setelah sekian lama, hampir satu bulan, buku buku itu sampai. Lega. Kelegaan itu disebabkan karena saya tidak jadi ketipu dan kedua karena Allah telah memelihara saya dari emosi yang berlebihan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar