Minggu, 16 Juli 2017

Kopi


Wahai penyuka kopi, baik suka banget maupun yang suka aja, tahukah Anda bagaimana proses biji kopi menjadi minuman nikmat yang siap Anda seruput.



Hari ini saya mengunjungi tukang pijat langganan saya. Saya memanggilnya lek Painten. Saya memang suka mengunjunginya untuk mengurangi rasa capai.

Sore itu, ketika saya datang, lek Painten sedang menumbuk kopi, salah satu proses yang harus dilalui untuk mendapatkan serbuk kopi yang wangi.

Saya tertarik. Teknik yang dilakukan lek Painten ini adalah teknik konvensional. Tradisional. Perhatikan peralatannya. Sebuah lumpang dan alu. Lumpang digunakan untuk menampung biji kopi yang sudah disangrai hingga berwarna hitam. Biasanya lumpang terbuat dari batu yang berlubang di tengah. Lubang itulah yang digunakan sebagai wadah biji kopi. Alu terbuat dari kayu, berbentuk silinder dan panjang. Di bagian tengah kayu ada lekukan sebagai pegangan.

Setelah biji kopi sangrai dimasukkan ke dalam lumpang, alu dihentak hentakkan ke dalam lumpang hingga menumbuk biji biji itu sampai hancur dan membentuk serbuk. Untuk mendapatkan serbuk yang halus, digunakan ayakan. Serbuk yang masih kasar ditumbuk lagi sampai halus dan diayak kembali.

Itu dulu. Sekarang menghaluskan biji kopi cukup membawanya ke mesin penggilingan kopi. Tidak perlu lumpang dan alu, tidak perlu tenaga ekstra untuk menumbuk dan hasilnya sama, serbuk kopi.

Pasalnya, lek Painten tidak suka serbuk kopi hasil gilingan. Beliau lebih suka serbuk kopi yang ditumbuk secara manual. Usianya tujuhpuluhdua tahun dan masih kuat melakukan tumbuk menumbuk itu sendiri.

Saya bertanya dalam hati, emang beda ya rasanya minum kopi yang cara menghancurnya digiling dengan ditumbuk?
Yang pasti, alat penumbuk ini harus disimpan dan proses ini harus dicatat oleh sejarah. Suatu hari nanti, akan ada anak cucu kita yang mempelajarinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar