Sabtu, 18 Maret 2017

Diklat Serasa Camping


Selama dua bulan kedepan saya akan tinggal di rumah asing untuk mengikuti kegiatan in service training dalam program keahlian ganda. Kegiatan seperti ini bukan pertama kali bagi saya. Tetapi yang istimewa dari kegiatan yang saat ini saya ikuti adalah tempat dan lama belajarnya. Saya dan peserta lain yang berjumlah empatbelas orang belajar di sekolah menengah kejuruan dan penginapannya di rumah penduduk alias kos. Kegiatan ini adalah kegiatan terlama yang pernah saya ikuti, dua bulan. 



Selama dua bulan berada jauh dari keluarga, tentu menjadi masalah pelik bagi perempuan perempuan baik seperti kami. Tetapi kepelikan itu sedikit terobati ketika kami tinggal di hotel dan jangka waktu kegiatan tidak lebih dari dua minggu. Rindu kami kepada anak dan suami akan segera terlupakan ketika fasilitas yang kami peroleh membuat kami merasa nyaman. Kami melihat hala hal yang berbeda di sana. Sesuatu yang tidak pernah kami lihat itu kadang kadang membuat kami mengalami kecelakaan kecil yang membuat kami tersipu malu. 

Saya merasa perlu berterimakasih kepada pemberi kesempatan. Karena kebaikannyalah saya bisa merasakan empuknya kasur hotel, hangatnya selimut hotel, mandi air panas, fasilitas hotel yang semuanya kami nikmati gratis. Saya juga berkesempatan menincicipi makanan ala hotel juga gratis. Semua pengalaman itu setidaknya membuat saya tidak plonga plongo ketika mendengar orang bercerita. 

Setiap hotel menawarkan pengalaman berbeda. Di hotel Utami Surabaya misalnya. Setelah registrasi saya diminta untuk mengambil kunci kamar hotel. Saat itu saya bersama teman saya, Bu Dian sepakat satu kamar. Saya heran ketika Bu Dian tidak  menerima kunci melainkan kartu serupa kartu ATM. Lebih heran lagi ketika kartu itu digunakan untuk membuka kunci kamar. Tidak hanya itu, kartu itu juga berfungsi untuk menyalakan lampu dan AC kamar.  Oalah udiknya diri ini. 

Ketika menginap di hotel Balava tambah lagi pengalaman saya. Kunci kamar serupa kartu ATM sudah bukan sesuatu yang aneh bagi saya sejak pengalaman menginap di hotel Utami. Tetapi di hotel Balava kunci kamar itu juga berfungsi untuk mengoperasikan lift. Wah ini pengalaman baru lagi. Saya melihat peserta diklat lain mengangsurkan tangan sambil memegang kartu itu pada sensor lift sampai berbunyi kemudian baru menekan tombol lantai. Suatu ketika karena ada barang yang tertinggal saya melakukan perjalanan sendiri dan gagal membuat sensor lift berbunyi. Sungguh, pengalaman yang sangat mencekam. Maka, saya memberanikan diri minta diajari petugas hotel. Terkesan udik memang, tetapi ternyata yang ikutan banyak juga. He...he... sama sama udik ternyata. 

Di hotel Suites Surabaya lain lagi. Di hotel mewah ini saya pernah dibingungkan oleh lift. Saat itu saya berada dilantai lima dan ingin mencicipi nasi goreng hotel yang katanya kondang itu. Saya sudah sangat percaya diri karena beberapa kali menggunakan lift. Saya masuk lift dan menekan tombol lantai satu. Saya tunggu beberapa saat sampai lift berhenti. Setelah lift berhenti saya keluar dan beberapa orang masuk. Ternyata saya berada di lantai dua. Waduh saya salah pencet berarti. Saya masuk lift lagi pencet nomer keluar. Tetapi dua kali saya masih berada di lantai yang salah. Naik turun saja. Saya sempat panik karena berkali kali salah. Saya berhasil menyelesaikan cerita konyol itu setelah dibantu petugas hotel. Pembelajaran yang sangat berharga. 

Tidak semuga kegiatan dilakukan di hotel atau tempat yang nyaman. Seperti saat ini, saya menginap di hotel kampung alias numpang di rumah penduduk. Saya tinggal bersama keluarga ibu kos. Fasilitas minimalis, setara dengan harga yang juga minimalis. Makanan menjadi masalah tersendiri karena ibu kos perempuan yang sangat sibuk. Saya dan teman satu kos harus mengupayakan sendiri makan pagi dan malam. Untunglah saya membawa sepeda motor sebagai sarana transportasi. Diklat ini lebih  terasa sebagai camping. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar