Selasa, 03 Mei 2016

Rejeki itu Memang Urusan-Nya


Aku mulai cemas. Diatas meja hanya teronggok tumpukan buku dan kertas tugas yang belum sempat kukoreksi. Tak kulihat benda berwarna toska yang kuharapkan ada disitu. Kulongokkan kepalaku ke laci meja yang gelap. Tak ada. Kurogoh ruang gelap itu dan aku berharap jemariku menyentuk benda itu. Tak ada.

"Ketemu bu?" tanya pak Nur yang tiba-tiba sudah nongol di belakangku.
Aku menggeleng. Kusenyumi dia meski hatiku teramat pedih. Sungkan juga menunjukkan rasa kecewa di depannya.

"Ya sudah pak, aku balik saja. Mudah mudahan ketemu di rumah" ucapku sambil tak lupa menyampaikan rasa terimakasih karena sudah merepotkannya.



Kuputar kembali ingatanku, berharap memoriku bisa membantuku menemukan benda itu. Kurunut kegiatan demi kegiatan yang kujalani seharian kemarin. Kantin, lab IV, ruang 15, ruang 14 kemudian pulang ke rumah. Ah, gagal. Tak ada yang berhasil mengembalikan ingatanku. Benar-benar loss memory.

Setelah kususuri ruang-ruang yang kumasuki kemarin, dan tak kutemukan yang kucari di sana, akupun pulang dengan lunglai. Kehilangan itu memang menyakitkan. Tetapi larut dalam kekecewaan akan membuatku semakin sakit hati.

Sepanjang perjalanan pulang, aku berusaha merelakan yang sudah hilang. Tak ada yang harus diratapi. Hanya sedikit. Masih banyak yang tertinggal. Aku toh hanya kehilangan dompet yang isinya  seratus limapuluh ribu, enggak yang satu juta. Mungkin sejumlah itu ditangan orang yang menemukan  lebih bermanfaat dari pada bila ada ditanganku. Memalukan meratapi jumlah sekecil itu padahal yang tersisa jauh lebih banyak.

Lebih baik memikirkan bagaimana mengantisipasi dampak terburuk dari kehilangan ini. Ada beberapa dokumen penting yang turut hilang. Kartu identitas diri dan dua kartu ATM. Tentu aku harus minta pihak bank untuk melakukan pemblokiran, mengurus surat kehilangan dan mulai "jalan" untuk mengembalikan dokumen dokumen yang hilang, bismillah.

Sampai di rumah, dua orang pemuda menungguku. Kuamati wajah mereka dengan cermat untuk memastikan apakah aku mengenalnya. Suamiku menjelaskan bahwa dua pemuda itu menemukan dompetku di pinggir jalan dan mengembalikannya kepadaku. Oh... my God.

Benar benar specchless. Di saat aku sedang kebingungan mencarinya, ia datang kepadaku diantar pemuda ini. Subhanallah. Sungguh sebuah kebetulan yang menyenangkan. Yah memang sih yang kembali hanya dokumen dokumennya, tapi ini sangat membantuku. Yang jelas, aku tak harus ribet mengurus untuk mendapatkan penggantinya. Ini sungguh rejeki yang luar biasa, terimakasih ya Allah.

Kuucapkan terimakasih berkali-kali kepada pemuda itu dan kuantarkan kepergian mereka dengan sedikit imbalan yang tak berarti. Sekali lagi, terimakasih ya Allah. Tak ada satupun kejadian terjadi tanpa kehendakMu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar