Kamis, 18 Juni 2015

Mengapa harus berbohong


Dunia kita ini dunia bohong. Banyak sekali kita temui pembohong pembohong di sekitar kita. Anak anak membohongi orangtua dan gurunya. Suami.mrmbohongi istrinya. Istri membohongi suaminya. Penjual membohongi pembeli. Pembeli membohongi penjual. Pengguna jalan membohongi polisi. Siapa pembohong itu? Mungkin diri kita sendiri.
Sifat suka membohongi itu adalah penyakit hati. Kebohongan identik dengan kejahatan. Kejahatan apapun bermula dari kebohongan. Guru agama saya dulu pernah bercerita bahwa Nabi Muhammad pernah menasehati orang jahat dengan satu nasehat sederhana: jangan berbohong. Dan setelah ia konsisten tidak berbohong maka berangsur angsur orang yang jahat itu menjadi baik.



Berbohong. Setiap orang pasti pernah melakukannya. Ah..bohong bohong dikit lah, itu dalih kita kalau pas kedapatan kita sedang berbohong. Yach, bohong itu terlihat sebagai sesuatu yang sederhana tetapi sebetulnya sangat tidak sederhana. Karena perilaku.suka.berbohong itu cenderung mematikan rasa, menciptakan suasana galau dan akhirnya menjauhkan kita dari rasa nyaman.

Apa sih alasan seseorang berbohong? Saya pernah berbincang dengan salah seorang wali siswa. Beliau mengeluhkan putrinya yang bermasalah. Nia, sebut saja begitu, selalu saja berbohong. Ia tidak membayarkan uang sekolah hingga menunggak beberapa bulan. Ia bolos sekolah dan mengatakan kepada orangtuanya bahwa dia baik-baik di sekolah. Ia pamit kepada orangtuanya untuk.mengikuti kegiatan ekstra di sekolah tetapi sebetulnya ia sedang bermain.bersama temannya.

Si bapak ini begitu jengkelnya dan mengeluh, mengapa anaknya jadi pembohong seperti itu. Kemudian beliau bercerita panjang lebar tentang masa kecil Nia. Beliau seperti mengulang cerita masa lalu, flash back. Saya menyimaknya dengan seksama, dan sayapun membuat kesimpulan.

Menurut saya ada pemicu utama yang membuat seseorang berbohong. Orang yang berbohong adalah orang yang melakukan kesalahan dan ia sadar bahwa ia telah melakukan kesalahan. Awalnya berbohong bukan pilihan, tetapi karena ia tahu bahwa ia akan dihukum karena kebohongannya maka ia memilih berbohong. Kenyataannya, ia memang selamat dari hukuman setelah dia berbohong. Setelah beberapa kali berbohong dan srlalu aman maka iapun menyimpulkan bahwa berbohong akan menyelamatkannya dari hukuman.

Inilah yang terjadi kemudian. Orang berbohong untuk menutupi kesalahan karena lingkungan memang tidak mentolerir kesalahan.
Seorang istri yang bertanya kepada suaminya, mengapa suaminya pulang terlambat, tidak suka mendengar jawaban kalau suaminya ngopi dulu sebelum pulang. Padahal itulah yang terjadi sebenarnya. Si istri lebih suka mendengar alasan keterlambatan pulang itu karena lembut kerja. Bagi suami, yah dari pada ngomong jujur diomeli istri mending bohong aja. Toh urusan selesai kalau dia berbohong.

Seorang guru akan marah ketika bertanya kepada muridnya yang terlambat dan mendapatkan jawaban malas ke sekolah. Padahal itu jawaban yang sebenarnya. Menurut guru, itu alasan yang tidak masuk akal. Guru lebih suka mendengar jawaban yang lebih masuk akal.meskipun itu bukan jawaban yang sebenarnya.

Nah kalau sudah begini, maka Sistim lah yang berandil besar terhadap perilaku berbohong. Munhkin kita ada di dalamnya. Kita sebagai orangtua, guru, istri, suami, sahabat, pimpinan yang tidak bisa mentolerir kesalahan akan mencetak pembohong pembohong kelas wahid.
Ini pembelajaran yang sangat penting bagi para orangtua. Anak anak.seringkali melakukan kesalahan. Namanya juga anak anak. Belum paham dengan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh. Anak anak juga sensitif sekali dengan respon orang dewsa disekitarnya terhadap apa yang dilakukannya. Suara bentakan Saja sudah cukup membuat mereka ketakutan.

Yang harus kita lakukan bila mereka melakukan kesalahan adalah membuatnya merasa nyaman saat menjawab pertanyaan kita, menjelaskan alasan yang bisa mereka terima mengapa mmereka tidak melakukan itu dan meminta mereka tidak melakukannya lagi serta menyepakati sangsi yang harus mereka terima bila mereka melakukan kesalahan yang sama.
Di kemudian hari anak-anak tidak akan ragu berkata jujur karena ia tahu kejujurannya dihargai sebagai tindakan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar